30. Terpuruk

712 43 5
                                    

" Nda? Bohong kan, Nda? Yang ada di pikirannya Karel itu ga bener kan? "

" Karel sabar ya. Ke rumah sakit sekarang bisa? Liat nenek untuk yang terakhir kali. "

" Nda?! Jangan bohong, Nda.. "

Segera Karel mematikan telpon itu, langkahnya ia percepat keluar sekolah. Bahkan temannya yang sedari tadi memperhatikan gerak-gerik nya tampak bingung.

***

Dengan langkah lebar ia berlari di koridor rumah sakit. Tubuhnya pun sesekali menabrak orang yang di sekitarnya.

Saat tiba di dekat kamar inap milik neneknya, langkahnya memelan. Kakinya terasa lemas, bahkan rasanya berdiri pun tidak kuat.

Di depan kamar itu terlihat Tifa masih menangis yang sedang ditenangkan oleh Jibran.

Kakaknya dan Adeknya pun sudah berada di situ. Terlihat kakaknya seperti sehabis pulang dari kuliahnya, sedangkan Adeknya memang membolos karna ingin menemani sang nenek.

Terlihat Keyra dan Kevin saling berpelukan dengan air mata yang masih mengalir deras.

Dengan perlahan Karel mendatangi mereka, " Nda.. " Tangan Tifa terulur meraih Karel lalu memeluknya dengan erat.

Jatuh sudah pertahanan Karel, dia pun menangis sejadi-jadinya di pelukan Bundanya.

" Mas, udah hubungi yang lain? " Tanya Tifa ke suaminya. Dengan tergesa Jibran menelpon anggota keluarga istrinya yang lain.

Sebenarnya, Tifa yang ingin menghubungi keluarganya yang lain, namun baru menghubungi Karel saja pertahanannya sudah runtuh kembali.

***

Sedari tadi, Karel tampak melamun, memandangi gelapnya langit di malam hari. Namun, terdapat bulan dan bintang yang menyinari gelapnya malam itu dengan cahaya mereka.

Dia duduk termenung di balkon kamarnya, pikirannya berkecamuk. Pikirannya terus memutar kejadian hari ini.

Sorot matanya yang sembab itu tampak kosong, bibirnya pun masih sepucat tadi pagi.

Mengapa terasa berat sekali? Jika boleh, Karel ingin kejadian hari ini terundur beberapa tahun kemudian. Atau bahkan tidak terjadi.

Matanya kembali meneteskan setitik air, air itu tampak mengalir bebas di pipinya. Angin berhembus menerpa tubuh Karel, menusuk dinginnya malam.

Biasanya, Karel akan menemui neneknya di masa ia terpuruk seperti ini, lalu menceritakan semua keluh kesahnya pada neneknya. Tetapi sekarang, neneknya pergi meninggalkan dirinya.

Dengan gerakan pelan, Karel masuk ke kamarnya. Di saat seperti ini, dia tidak boleh meninggalkan tanggung jawabnya.

Tangannya meraih benda pipih miliknya yang terletak di meja belajar. Tubuhnya ia dudukkan di kasur dan menyenderkan punggungnya yang terasa pegal.

Berita duka ini, belum sampai pada warga sekolah, terutama pacarnya. Karna dengan sengaja Karel merahasiakan tentang keluarganya.

Babu sekolah ( Osis )

Caca
Gila-gila, acaranya besok gais!
19.46

Rea
Ngga ca, tahun depan mulainya
19.47

Adit
Bentar lagi lucu itu, Re.
19.47

Rea
Titit.
19.48

Oliv
Besok kerja keras nih!
19.50

Velyn
Dari dulu juga kerja keras anying.
19.51

KAREL || ONGOINGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang