18. Minggu pagi

1.5K 82 2
                                    

" KEYRA, KAREL, KELVIN BANGUNN!! " Teriak Tifa membuat Jibran yang sedang menyeruput kopi panasnya sedikit tersedak.

Jam sudah menunjukkan pukul 8 pagi, namun semua anaknya Tifa tidak ada yang berniat untuk meninggalkan mimpi indah mereka.

" Yaudah kalo ga mau bangun! " Ucap Tifa membuat ketiga anaknya lantas bangun, kalo bunda mereka sampai ngambek hidup mereka ga baik baik aja!

Bisa bisa besoknya udah dikubur hidup-hidup sama ayahnya.

" UDAH BANGUN NDA! " Teriak ketiganya kompak, lantas mereka buru-buru mandi di kamar mandi dalam kamar.

Jibran hanya tertawa melihat kelakuan istri dan anaknya itu.

Beberapa menit setelahnya, Keyra yang lebih dulu turun ke ruang makan menghampiri ayah dan bundanya, " Pagi nda, yah! "

" Pagi " Jawab sepasang suami istri itu kompak, " Yang lain mana kak? " Tanya Jibran sambil membaca koran sedangkan Tifa melanjutkan acara memasaknya.

Keyra menggeleng dan duduk disamping Jibran, lalu Kelvin turun mengalihkan atensi ayah dan anak itu.

" Abang pulang semalem? " Tanya Kelvin dan duduk disamping Keyra.

“ Di mana-mana tuh ngucap salam dulu baru nanyain orang! ” Omel Keyra membuat Kelvin mengerucutkan bibirnya menatap sang ayah mencari pembelaan.

Jibran menggelengkan kepalanya kecil sambil terkekeh pelan, “ Iya, semalem sampe rumah. ”

Tak lama yang jadi bahan pembicaraan pun turun.

" Abang! " Karel menghampiri Kelvin lalu memeluknya erat dan dibalas tak kalah erat.

" Udah kayak sinetron aja! " Sinis Jibran yang masih kesal terhadap anaknya itu.

Karel tertawa dan duduk disebrang Kelvin, " Besok pulang sekolah, Karel ajak seseorang ke rumah boleh? "

Semua pasang mata langsung mengalihkan perhatian mereka dan tertuju menatap Karel tak terkecuali Tifa.

" Ajak siapa? " Tanya Keyra yang mewakili semua orang yang ada di situ.

" Rahasialah. Boleh? "

Tifa mengangguk dan meletakkan makanan ke meja makan lalu mengambil tempat duduk disamping Karel.

" Memangnya akan mengajak siapa? Teman-temanmu itu? Kalo iya kenapa harus izin dulu? Biasanya temanmu itu langsung nyelonong masuk ke rumah begitu saja. " Tanya Tifa menggunakan nada sinis di akhir kata sambil menyiapkan nasi untuknya dan suaminya.

“ Ih, Nda.. Aku ndak diambilin ta? ” Tanya Keyra merajuk.

“ Lah wong kamu sudah gedhe to kak? ”

“ Ayah juga sudah tua! ”

“ Sudah-sudah, sini! Bunda ambilkan semua. ” Ucap Tifa sambil mengambilkan nasi untuk anak-anaknya.


Karel tertawa kecil lalu menggeleng pelan, " Bukan Nda. "


Tifa yang ingin menyuapkan nasi ke dalam mulutnya lantas ia turunkan kembali tangannya dan menatap putranya bingung.

" Huh.. Bukan temen, Ndaa. "

Ucapan Karel sukses membuat hampir semua orang yang ada di meja makan nyaris tersedak.

" Kau ternyata laku juga ya? "

" Memangnya aku dirimu, Kak? " Tanya Karel disertai senyum mengejek.

Keyra pun memutar bola matanya malas, mau ngelak juga itu bener.

“ Sudah jadian atau hanya gebetan? ” Tanya Jibran sambil menaik turunkan alisnya.

“ Sudahlah ayah! ”

" Namanya siapa, Bang? "

" Kepo. "

Kelvin hendak memukul Karel, tapi tangannya ditahan sama Tifa.

" Udah gede, masih pada berantem. " Ucap Jibran mengejek anaknya, lagian ribut mulu. Mau tuker tambah anak rasanya—

" Ayah juga, udah tua masih godain anaknya! " Balas Tifa membela anaknya.

—tapi kehalang istri.

Mana Jibran dikatawain sama anak-anaknya, jadinya dia fek smel.

#Jibranbapaksabar

Setelah sarapan pagi disertai berbincang kecil, akhirnya keluarga kecil itu pergi ke supermarket untuk berbelanja sekalian family time setelah sekian lama.

Karna Karel jarang pulang ke rumah setelah ayah beliin apartemen buat dia!—Keluhan hati Tifa untuk putra tengahnya.

***

ini cuman baca doang ini? 😾

KAREL || ONGOINGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang