31. Event

213 26 1
                                    

Pagi-pagi sekali, Karel sudah berada di sekolah menyiapkan kabel-kabel dan juga properti panggung.

Sorot matanya tampak lelah, kantung matanya pun makin ketara namun masih samar sedikit, matanya pun semakin sembab, bibirnya juga masih pucat sedari kemarin, suhu pemuda itu tampak panas.

Yang lain sudah berkali-kali menanyakan kondisi Karel, lantaran pemuda itu beberapa kali hampir terjatuh namun tetap memaksakan diri.

Guru-guru juga sudah berkali kali menyuruh Karel untuk pulang ke rumah saja, namun dengan sopan Karel menolaknya.

“ Kalo ga kuat jangan dipaksa, Rel. Masih ada kita kok. ” Ucap Rea yang melihat Karel tampak memegangi kepalanya yang berdenyut.

“ Gapapa, gue masih bisa kok. ”

Sebentar lagi acara akan dimulai, warga sekolah pun tampak berdatangan. Karel dan anggota osis yang lainnya berada di belakang panggung kecuali yang berjaga stan.

Dengan pelan Karel dan Velyn menaiki panggung di saat jam sudah menunjukkan pukul 8 pagi, pertanda acara akan di mulai.

“ Selamat pagi semuanya! ” Salam mereka barengan, namun ditanggapi dengan pelan oleh penonton.

“ Wah kurang semangat nih, sekali lagi deh. ” Ucap Karel.

“ Selamat pagi semuanya!!? ” Penonton pun berteriak lebih kencang dari sebelumnya.

“ Oke, karna udah semangat, jadi ga sabar nih apa aja yang bakal tampil di panggung mewah ini! ”

“ Mewahnya mepet sawah ya, haha. ”

“ Tapi ga ada sawah nih, gimana kak Velyn? ”

“ Anggep aja ada sawah. ”

Acara pun berjalan dengan santai dan lancar, beberapa kali Karel tampak meringis kala kepalanya merasakan sakit luar biasa. Namun ia tetap memaksakan diri.

Kali ini, saat matahari berada di atas mereka, giliran Karel tampil di panggung, ia bawakan lagu milik Sheila On 7 yang berjudul Sebarapa Pantas.

Karel tampak santai menaiki panggung sambil menenteng gitarnya, ia dudukkan dirinya di kursi yang telah disediakan.

Mic-nya ia betulkan posisinya agar sejajar dengan mulutnya.

Petikan gitar mulai terdengar, ia edarkan pandangannya mencari sosok yang dicari. Netranya terkunci pada satu tempat yang terdapat pujaan hatinya.

Senyumnya tampak mengembang, sorot matanya memandangi kekasihnya dengan tatapan kagum. Mengagumi betapa indahnya ciptaan Tuhan yang ia tatap. Membuat Dimas yang ditatap gugup setengah mati.

Seberapa pantaskah kau untuk ku tunggu

Cukup indahkah dirimu untuk selalu ku nantikan

Mampukah kau hadir dalam setiap mimpi burukku

Mampukah kita bertahan di saat kita jauh

Suara berat nan halus itu terdengar, membuat siapapun yang mendengarkannya dibuat jatuh cinta pada suaranya. Para penonton pun ikut bernyanyi sambil melambaikan tangannya ke atas selama Karel bernyanyi dan memetik gitarnya.

Seberapa hebat kau untuk ku banggakan

Cukup tangguhkah dirimu untuk selalu ku andalkan

Mampukah kau bertahan dengan hidupku yang malang

Sanggupkah kau menyakinkan di saat aku bimbang

Matanya terpaku pada manik legam milik kekasihnya, memerhatikan setiap sudut wajah Dimas dengan tatapan memuja.

Pipi Dimas bersemu merah sampai menjalar hampir ke seluruh wajah, dia menutupi wajahnya dengan kedua tangannya.

Celakanya

Hanya kaulah yang benar-benar aku tunggu

Hanya kaulah yang benar-benar memahamiku

Kau pergi dan hilang ke mana pun kau suka

Celakanya

Hanya kaulah yang pantas untuk kubanggakan

Hanya kaulah yang sanggup untuk aku andalkan

Di antara pedih aku slalu menantimu

***

Petikan gitar itu mulai berhenti karna lagu yang ia bawakan telah habis, jemarinya menggenggam microphone.

“ Lagu tadi saya bawakan untuk pacar saya. ” Ucapnya dengan mata yang sedari tadi tak lepas memandangi pacarnya yang sangat indah.

Semua penonton pun mengarahkan fokus mereka pada Dimas. Dimas yang terkejut pun membuat wajahnya semakin merah karna malu menjadi pusat perhatian.

“ Terimakasih sudah mendengarkan. ” Karel tersenyum, lantas turun dari panggung, menaruh gitarnya dan menghampiri kekasihnya yang ternyata juga berjalan menghampiri dirinya.

“ Iyas.. Maaf kakak salah. ” Ucap Karel saat berada di hadapan Dimas sambil menunduk.

Sedangkan Dimas terkejut melihat keadaan Karel yang dari dekat ternyata lebih berantakan.

Sorot mata yang memandangi Dimas terlihat sayu, rambutnya acak-acakan, bibirnya kering dan pucat, bahkan lingkaran di area matanya terlihat namun tertutupi oleh bedak yang digunakan.

“ Kenapa? ” Sontak yang ditanyai mendongak, alisnya terangkat sebelah, bingung akan perkataan pacarnya.

Dimas berjalan lebih mendekat ke arah Karel, sorot matanya tampak khawatir melihat kondisi pacarnya sekarang.

Dengan perlahan, ia dekap erat tubuh Karel, seolah-olah Karel akan pergi meninggalkan dirinya.

Tanpa pikir panjang lagi, Karel pun balas memeluk pacar kecilnya. Mereka saling melepas kerinduan, melupakan kejadian yang membuat mereka berpisah.

Setelah beberapa menit, mereka dengan kompak melepaskan pelukan mereka. Yang lebih muda tampak bersiap mengeluarkan omelannya.

“ Kok bisa sampai berantakan gini sih, Kak? Dijaga kak pola makan sama tidurnya. Jangan maksain diri ih! ”

Karel tampak menghela napas, lalu tersenyum kecil, “ Nenek kakak kemarin meninggal, Iyas. ”

Dimas tampak mematung untuk beberapa saat, pemuda itu terkejut. Tentu saja Dimas dekat dengan neneknya Karel. Bahkan saat pertama kali Karel mengajak bertemu dengan keluarganya, pertama kali yang Karel kenalkan adalah neneknya.

Nenek Karel mempunya hati yang lembut, terakhir bertemu baru seminggu yang lalu. Dan sekarang ia dikejutkan oleh kabar duka seperti ini.

“ Hah? ”

“ Nenek dari tiga hari yang lalu drop, sebelum drop pengen minta ketemu kamu terus. Tapi kakak gabisa bawa kamu ketemu nenek.. Bahkan, kemarin pagi nenek ga ada, kakak ga ngajak kamu ketemu nenek untuk yang terakhir kalinya. Kakak minta maaf. ”

Rasa bersalah menyelimuti diri Karel, tangannya sedikit bergetar, nafasnya juga mulai memburu, pandangannya mulai mengabur, kakinya yang sedari tadi sudah lemas membuat dirinya hampir terjatuh jika tidak berpegangan.

Bruk

***

Mau nuntasin dulu deh..
Beberapa chapter lagi tamat, yey.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: 6 days ago ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

KAREL || ONGOINGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang