Mataku menatap pada langit dari dalam mobil. Langit terlihat kelabu hari ini, entah kapan akan menjatuhkan bulir-bulir hujannya. Aku menghela napas.
Ini sedikit mendebarkan, aku tak pernah meninggalkan desa sejauh ini.Aku menerawang, mengingat alur-alur novel yang aku masuki ini. Alur akan dimulai saat pemeran utama memasuki sekolah menengah atas. Bersamaan denganku. Lalu fakta lainnya, pemeran utamanya adalah anak dari istri baru ayah tubuh ini. Bungsu dari keluarga Madhava.
Di katakan, bahwa Raga yang pada dasarnya egois dan tamak memiliki rasa iri pada pemeran utama, Kahlevi. Lalu Raga membuat berbagai konflik untuk Kahlevi serta sering kali merundungnya. Di akhir cerita Raga akan di buang dan di biarkan begitu saja oleh keluarga itu. Berujung menjadi gelandangan dan bunuh diri di jembatan.
Aku menggelengkan kepala. Itu mengerikan. Aku yang sekarang menjadi Raga tak akan pernah mencari masalah dengan keluarga Madhava. Terutama pada Kahlevi.
"Tuan, kita sudah sampai."suara supir menyadarkan ku.
Jantungku kembali berdebar. Namun aku berusaha membuat wajah biasa saja. Aku mengangguk dan turun dari mobil.
Supir itu keluar dan membuka bagasi, mengambil koperku yang berukuran sedang itu.
Aku akan membawanya, tapi supir itu menolak.
"Tidak apa-apa, tuan muda. Ini adalah tugas saya,"ujarnya sedikit menunduk.
Aku menggaruk kepala belakangku dan mengangguk kikuk. Kami memasuki halaman rumah mewah itu. Aku tak terlalu terkejut, karena keluarga Madhava memang keluarga yang sangat kaya.
Di teras besar rumah ini, keluarga yang terlihat sangat serasi itu menyambut ku.
Ayah mendekat dan berjalan di sampingku sembari memegang pundakku. Membuat aku mengernyit untuk sepersekian detik. Sok akrab sekali.
"Selamat datang, Raga,"sambut wanita yang aku ingat bernama Lisha itu dengan senyuman. Begitu pula dengan tiga anak di belakang sana.
Yang sulung terlihat dominan dan berwibawa. Anak tengah memberikan kesan anak baik dan tenang. Lalu si bungsu, terlihat berapi-api, nakal, namun memiliki kesan imut pula. Seperti pemeran utama pada umumnya.
Dengan canggung aku membalas senyuman itu. Mataku tak sengaja menatap pada si sulung, namun segera ku alihkan. Aura orang itu membuatku tak tahan.
Aku dituntun memasuki rumah mereka. Seperti yang aku duga, di dalam sini tak kalah mewah dari tampak luarnya. Sejenak aku berpikir, jangan-jangan ayah sebenarnya pergi ke dukun sehingga menjadi sekaya ini?
*
*
*
*
*Aku keluar dari kamar mandi dengan handuk yang mengusap kepala. Setelah berbicara sebentar dan melakukan makan malam, akhirnya aku di tunjukan di mana kamarku.
Kamar ini adalah kamar dengan dominan warna putih dan abu-abu. Luas dan mewah. Kakiku melangkah mendekati balkon yang mengarah pada taman belakang rumah yang tertata dan indah.
Tak jauh dari balkon kamar ini, ada balkon kamar milik Kahlevi yang bisa aku lihat dari sini. Aku menghela napas dan bersandar pada pembatas balkon. Menatap pada rintik hujan yang mulai berjatuhan setelah mendung seharian ini.
Ibu, doakan aku bisa cepat lulus dengan baik ....
Suara ketukan pintu terdengar. Aku berdiri dengan tegak. Berjalan ke arah pintu dan membukanya.
Di sana, ada Gara. Si anak tengah yang sedang tersenyum padaku. Senyum itu tak terlihat tulus, namun tak juga memiliki kelicikan di dalamnya untuk ku.
KAMU SEDANG MEMBACA
want to be successful
FantasiaCover by pinterest •not bl🙅🏻♀️ Ayash menyia-nyiakan kehidupannya karena terlarut dalam kesedihan. Pria berusia sembilan belas tahun itu menjadi pemabuk setelah ibunya meninggal, melupakan permintaan terakhir sang ibu yang ingin anak semata wayan...