seventeen

6.5K 743 29
                                    

Suara jam dinding kelas terdengar dengan jelas. Mengisi kesunyian kelas yang sedang fokus mengisi soal-soal di meja masing-masing. Begitupun denganku.

Ku baca ulang semua jawaban yang telah ku tulis, lalu menyerahkannya pada guru yang mengawasi. Begitupun dengan beberapa siswa-siswi lainnya.

Aku keluar dari kelas dengan lega. Hari ini adalah hari terakhir ujian. Lalu perpisahan untuk kelas dua belas, dan akhirnya libur! Aku tak sabar mengabiskan waktu liburanku di desa lagi. Kalau saja Kahlevi tak akan mengganggu lagi kali ini.

Aku melangkah menyusuri lorong yang tak begitu ramai. Lalu pandanganku mengarah pada seorang pemuda yang meminum kopi kaleng di depan sana.

Kami saling melempar senyum. Dan pemuda itu, Chandra, menghampiriku dengan senyum lucu andalannya.

Dia menyodorkan kopi kaleng yang biasanya aku beli. Dengan senang hati aku menerimanya.

"Makasih, kak."

Dia mengangguk. Masih mempertahankan senyumannya. Aku dan dia mengalihkan pandangan ke luar jendela, menatap pada lapangan yang sepi, tak seperti hari biasa.

"Nggak kerasa, ya, sebentar lagi saya lulus. Kita nggak akan bisa sering ketemu lagi,"ujarnya sembari menaruh sebelah tangannya yang kosong pada saku celana.

Aku berdeham dan mengangguk. Namun tak sepenuhnya setuju. Waktu mungkin terasa singkat untuknya. Namun bagiku waktu terasa lama dan menyiksa.

"Iya, sepertinya baru kemarin saya bertemu kak Chandra di perpustakaan."aku terkekeh. Mengingat pertemuan tak terduga itu.

"Saya benar-benar menikmati waktu bersama kamu. Terimakasih, ya, kamu selalu mau mendengarkan dan menemani saya."dia menyodorkan tangannya.

Aku membalas jabatan tangan itu. Seperti biasa, Chandra adalah orang yang sangat formal.

"Saya juga senang menghabiskan waktu dengan kak Chandra."

Belum sempat kami melepaskan tangan, Kala mengambil tanganku dan memeluk dari samping dengan wajah lesu.

"Aga, ayo makan. Capek, habis ngerjain soal."Kala berujar manja. Membuatku menghela napas karena sikapnya.

Ku lihat Chandra masih mengembangkan senyumnya. "Kalau begitu kamu temani saja dia ke kantin. Saya akan berkeliling."

Aku mengangguk dengan senyum tak enak. "Baik. Saya permisi, kak."

*
*
*
*
*


Aku merebahkan tubuh pada kasur empuk milik Kala. Menatap langit-langit dengan diam untuk menghilangkan penat.

Aku kembali mendudukkan diri begitu mendengar Kala yang berkata akan mengambil cemilan.

Ku lihat Abi duduk di atas karpet sembari membaca buku. Meskipun buku itu sepertinya terbalik. Mungkin itu memang cara membaca Abi. Tak ku hiraukan hal itu dan menatap pada sekeliling kamar ini.

Ini bukan pertama kalinya untuk ku dan Abi mengunjungi rumah Kala. Di saat bisa, kami bertiga seringkali berkumpul bersama pada rumah salah satu dari kami bertiga.

Pandanganku tertuju pada laptop yang baru aku lihat kehadirannya hari ini. Aku mendekat dan membukanya dengan iseng. Namun yang ku temukan adalah sebuah rekaman seperti cctv yang menampilkan gambar hitam.

"Kamu lihat apa?"Abi bertanya. Menatapku seraya memperbaiki letak kacamatanya.

Segera ku tutup laptop itu dan kembali ke tempat tidur.

"Enggak ada. Cuma iseng."ujarku dengan senyum meyakinkan. Ku ambil ponselku yang tergeletak dengan posisi tengkurap di atas kasur.

Pintu kamar terbuka, menampilkan Kala dan senyum cerahnya. Di tangan pemuda tinggi itu ada minuman dan cemilan.

want to be successfulTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang