.
.
.
.
.
.
perkiraan Lucas tidak meleset, karena benar saja pada saat malam hari Alaric merasakan tubuhnya sangat sakit bahkan membuatnya tidak bisa beranjak dari kasurnya tersebut.
Lucas sedari tadi menahan tangisnya sambil membantu ayahanya mengompres tubuh Alaric yang terasa keram, sedangkan Evalianan membantu memberikan ramuan pereda nyeri untuk Alaric.
memang Alaric akui bahwa ini sangat sakit, namun melihat kakaknya yaitu Lucas yang menangis sampai ingus di hidungnya keluar malah membuatnya harus menahan tawa di tengah sakitnya tersebut. Xavier dan Evaliana pun melakukan hal yang sama seperti Alaric dimana mereka pun menahan tawa, wajah Lucas yang menahan tangis sangat lucu mulai dari hidung merah, ingus kelar, mata yang berkaca-kaca, dan reaski nya yang menarik nafas untuk mencegah ingusnya jatuh sangat lucu.
"sudahlah kak.. Prff- kan aku yang sakit" ucap Alaric yang mencoba sebaik mungkin menahan tawa.
"hiks.. tapi kan.. sakit.. hiks.. salah ku.. membuat-Hiks.. mu sakit. gara-gara ku- Hiks.. kamu sakit! uwaa!!" akhirnya tangisan Lucas pecah sambil terus memegangi baskom air yang sudah dingin.
Evaliana sampai tak bisa menahan tawa lagi melihat kelakuan adiknya tersebut, namun dirinya tak mau melukai hati kecil adiknya tersebut akhirnya tertawa lepas di bantal. sedangkan Xavier terus menahan tawanya sambi mengambil sapu tanganya dan membersikan ingus Lucas mengunakan itu.
"prff- sudahlah, keluarkan ingusmu sekarang" Lucas mendengarkan perkataan ayahnya tersebut dan melakuanya, hanya saja suara nya lumayan nyaring bahkan sampai kedengaran ke luar ruangan dan pelayan atau penjaga yang mendengarnya menahan tawa.
perlahan ramuan yang di berikan oleh Evaliana mulai bekerja, rasa sakit di tubuhnya pun perlahan berkurang dan membuatnya mampu duduk kembali.
'hah.. rasanya aku mengalami encok deh..' batin Alaric
Alaric langung mencoba mengerakkan tubuhnya, Luas yang melihat itu dengan cepat memeluk Alaric "uwa!! Ala!! kamu sudah sembuh?! kamu sudah sembuh?!" ucapnya dengan tangisan
"eh? i-iya"
"ekhm! kamu tidak sepenuhnya salah, tapi tidak benar juga. Alaric masih sakit hanya saja sekarang rasa sakit itu sedikit berkurang" jelas Evaliana setelah benar-benar tenang dan tidak tertawa lagi
"sungguh? lalu bagaiman cara Ala sembuh?" tanya Lucas pada Evaliana dengan mata yang berkaca-kaca
Xavier pun akhirnya tertawa dan membawa Lucas pada gendonganya "hanya waktu yang akan benar-benat menyembuhkannya, kakak mu hanya membantu untuk Alaric untuk melewati rasa sakitnya saja" jelas Xavier pada putranya tersebut
"itu artinya Alaric masih sakit?"
"sayangnya ya, tapi itu akan berlalu. karena sekarang sudah malam lebih baik kita tidur oke? besok juga akan sembuh kok"
"aku ingin tidur dengan Alaric! aku sudah janji padanya akan bertanggung jawab untuk untuk nya malam ini" jelasnya dengan nada memohon
Xavier hanya tersenyum melihat sisi manja putranya kembali. walaupun kini Lucas bukan lagi anak bungsunya karena sudah memiliki adik, namun sikap manja nya masih ada dan Xavier tidak masalah dengan hal tersebut "baiklah, bersihkan tubuh mu dulu baru tidur"
"siap!" seru Lucas yang langsung tirun dari gendongan Xavier dan menuju ke luar "Melly! aku bisa bersihkan diri sendiri! aku kan kakak!" teriaknya dari luar
KAMU SEDANG MEMBACA
The Spirit Controller [Setiap Hari Rabu]
FantasíaLahir dengan memiliki ingatan kehidupan sebelumnya membuat Alaric bisa beradaptasi dengan cepat, dirinya yang baru mungkin setengah bulan harus mulai bisa bertahan idup sendiri karena dirinya di tinggal begitu saja oleh para pengasuh dan pelayan kar...