6

199 26 2
                                    

.

.

.

perlahan Alaric membuka matanya dengan perlahan, Alaric pun melihat ke sekitar yang ternyata dirinya sudah berada di dalam kamar nya yang baru ini. Alaris sedikit melihat ke sekitar, dirinya masih mengumpulkan nyawa, hingga tanpa sadar dada nya mulai bersinar.

Alaric kaget dan sempat ingin berteriak, namun cahaya tersebut keluar dari tubuhnya dengan empat warna yang Alaric ketahui sekaligus Alaric rindukan.

"Apin! Nari! Ayu! Agin! kalian kembali!" seru Alaric dengan sangat bersemangat. karena walaupun dirinya sudah mendapat keluarga baru, dirinya sangat merindukan sosok yang merawatnya sejak kecil.

"kami ada di sini Tuan"-Ayu

"apa kabar tuan! apa menyenangkan?"-Apin

"tuan baik-baik saja kan? aku lumayan khawatir"-Nari

"selamat siang tuan"-Agin

Alaric terkekeh mendengar kembali suara mereka, walaupun baru satu hari dirinya tidak menemui atau mendengar mereka, namun baginya sudah bertahun-tahun. Alaric meraih keempat spiritnya tersebut "aku baik-baik saja" gumamnya.

"syukurlah kalau begitu! lalu apa yang akan tuan lakukan sekarang"- Apin

"tuan, apa keputusan mu sekarang?"-Ayu

"aku.. aku ingin tingga bersama mereka" putus Alaric dan Ayu beserta yang lain mengangguk menghargai keputusan tuan mereka.

"kenapa kalian tidak memberitahuku tentang spirit? aku khawatir pada kalian tau!" ucap Alaric dengan nada sebal.

Keempat spiriynya pun saling pandang dan menundukan kepala mereka " maafkan kami" ucap mereka serentak.

"lain kali kalian harus mengatakan nya!" tegas Alaric pada semua spiritnya lalu memeluk mereka semua. semua spiritnya tersenyum dan menjawanya serentak pula "baik!"

"kalau begitu, kalian kembali dulu lah ke tubuh ku, kalian perlu istirahat dan pulihkan kekuatan kalian" ucap Alaric pada semua Spiritnya, mereka semua mengagguk dan mulai masuk kembali ke tubuh Alaric.

setelah semuanya masuk, Alaric menyentuh dadanya merasakan kehangatan dari mereka semua "terima kasih telah merawatku" gumamnya

Krekk

suara pintu yang di buka membuat Alaric melihat ke sana, ternyata dia adalah Xavier dengan seseorang di belakangnya "kamu sudah bangun anakku"

"ayah" sahut Alaric.

"ini adalah orang yang akan membuatkan pakaian mu Alaric, kemarilah" Xavier memperkenalkan orang tersebut

"salam, pangeran"

Alaric terdiam terlebih dahulu setelah mendengar pangilan tersebut, memangnya dirinya sudah di akui sebagai pangeran? "apa aku sudah akui pangeran?" 

Xavier tersenyum lembut dan mengendongnya, dengan nada lembut dirinya menjelaskannya "secara hukum memang belum, tapi mau bagaimana pun kamu adalah putra ku sekaligus pangeran"

"ohh.. bagaimana cara aku di akui secara hukum?"

"ayah akan membuatkan sebuah acara untuk memperkenalkan mu ke semua orang, dengan begitu kamu akan di kenal oleh semua orang dan dari situ kamu akan di akui sebagai pangeran secara hukum dan dengan sedikit tradisi" jelas Xavier sembari mendudukan Alaric di tempat yang sudah di siapkan.

Awalnya Alaric ingin bertanya tentang tradisi yang di maksud, tapi dia memilih untuk diam saja

penjahit tersebut pun segera mengukur tubuh Alaric dengan cermat dan menulis kan ujuannya di bukunya. tentu Alaric sangat tenang mengikuti arahan dari sang penjahit dan itu membuat proses pengukuran berjalan dengan lancar dan cepat.

The Spirit Controller [Setiap Hari Rabu] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang