First Meet

3 0 0
                                        

Rain membuka toko kuenya, ia menyalakan lampu toko. Kemudian ia lanjut menyapu lantai toko dan mengelap meja pengunjung. Ia menyalakan lagu dari speaker untuk menambah semangat pagi itu.

Hari ini Rain begitu bahagia, sepulang jaga toko nanti, ia berencana membelikan Bundanya ponsel baru, sudah lama ia tak pernah membelikan Bundanya hadiah bagus untuk ulang tahunnya. Apalagi hari ini Rain tidak ada jam kuliah, ia bisa pulang lebih awal.

Rain menyalakan komputer kasirnya, tiba-tiba pintu toko terbuka. Seorang laki-laki datang memasuki tokonya. Laki-laki bertubuh atletis dengan kacamata berbingkai hitam menghiasi wajahnya. 

"Pagi, sudah buka?" tanya laki-laki itu.

"Sudah kak, mau pesan apa?" Rain tersenyum ramah.

"Hm, yang baru disini apa ya? Gue udah lumayan sering kesini, biasanya pesan roti-rotian gitu, mau coba menu lain. Yang enak tapi gak terlalu manis, apa ya?" laki-laki itu tersenyum, menatap Rain lekat.

"Kebetulan kita ada menu baru, namanya dessert in glass, jadi dia pudding tapi dasarnya ada softcake-sedikit juga pakai cream diatasnya. Pilihan rasanya ada strawberry, tiramisu, keju dan cokelat." jelas Rain.

"Boleh deh, yang tiramisu satu sama satu hot coffee brown sugar , ya." Laki-laki itu merogoh ponsel dari saku celananya. "Gue bayar pakai QRIS ya." ucapnya.

"Baik, totalnya enam puluh lima ribu ya kak, mau take away atau dine in?" tanya Rain.

"Dine in. Sudah ya." laki-laki itu memperlihatkan bukti pembayaran melalui ponselnya pada Rain.

"Terimakasih kak, ditunggu ya." Rain tersenyum dan mencetak bill.

"Lo jarang kelihatan. Biasanya jam segini lo gak ada disini." ucap laki-laki itu sambil menerima bill dari Rain.

"Ah iya, sambil kuliah." Jawab Rain singkat.

Laki-laki itu menggangguk sambil tersenyum, kemudian berlalu menuju meja yang berada didekat jendela. Rain memandangi laki-laki itu, rupanya memang sudah hafal dengan kehadiran Rain di toko kue ini.

Ia mengalihkan pandangannya, kemudian mempersiapkan pesanan tersebut. Menu barunya memang yang paling laris adalah tiramisu. Mungkin paling cocok dipadukan dengan kopi. Rain begitu menikmati pekerjaannya, sudah dari SMA ia bercita-cita punya toko kue sendiri, dan ini saatnya mimpi itu terwujud berkat doa dan dorongan dari orang satu-satunya yang masih ia miliki, yaitu Bundanya.

"Pagi kak, maaf telat ya, tadi aku ke pasar dulu sama Bapak." ucap Winna, karyawan satu-satunya yang ia terima untuk membantunya di toko.

"Santai, gue juga gak ada kuliah hari ini." Rain tersenyum.

Winna mengangguk sambil melepas jaketnya. Begitu selesai menyiapkan pesanan, Rain lantas mengantarkan pesanan itu pada laki-laki tadi. Laki-laki itu nampak sibuk dengan laptopnya.

"Permisi kak, silakan menikmati." Rain menaruh pesanan itu disamping laptop laki-laki itu.

"Tunggu, boleh bicara sebentar?" tanya laki-laki itu sambil tersenyum

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Tunggu, boleh bicara sebentar?" tanya laki-laki itu sambil tersenyum. "Silakan duduk." ucapnya lagi sambil menggeser kursi disampingnya.

Dengan canggung Rain tersenyum dan duduk disamping laki-laki itu.

"Kenalin, gue Ardi Gue pemilik Distro disebelah." Ardi mengulurkan tangannya pada Rain.

"Oh tetangga." Rain tertawa. "Gue Rain," Rain membalas uluran tangan Ardi. 

"Gue tau lo pemilik toko ini. Seperti yang gue bilang, gue sering kesini jadi tau banget." Ardi tertawa. "Gini Rain, eh tapi gue panggil Rain aja gak apa-apa kan? kayaknya lo lebih muda dari gue." Ardi menebak.

"Boleh, Rain aja." Rain tersenyum.

"Gini Rain, gue rencana pesan dessert, untuk acara tunangan kakak gue, masih minggu depan sih. Terserah lo mau kasih dessert apa, gue percayakan sama lo. Gue minta empat jenis dessert dengan masing-masing dessertnya lima puluh biji ya. Untuk total harga bisa belakangan waktu lo antar dessertnya ke rumah gue." jelas Ardi.

"Bisa! Bisa banget." jawab Rain semangat.

***

No, I'm Not.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang