Ardi menatap lurus kepintu begitu pintu distro terbuka, ia langsung mengalihkan pandangan saat melihat yang memasuki toko adalah seorang laki-laki. Ia kembali fokus mengerjakan rekapan di laptopnya. Sesekali ia melirik ke pintu distro. Suasana distro detik ini masih ramai, Ardi juga sebenarnya bingung kenapa orang rata-rata mencari kemeja hari ini. Namun ia tetap bersyukur, stok barang barunya kini terpajang mengisi rak-rak yang mulai kosong.
"Permisi kak, mau bayar." Seorang laki-laki menghampiri meja kasir.
Ardi yang sedang fokus pada laptopnya langsung menoleh kearah pembeli itu.
"Sebentar ya." Ardi tersenyum. "Nan! Ada yang bayar. Tolongin bentar." Ucap Aldi sambil fokus kembali pada laptopnya.
Kinan yang sedang menata barang di rak, langsung bergegas ke kasir dan berdiri disebelah tempat duduk Ardi, mengerjakan pembayaran dari pembeli tersebut. Tak lama pintu distro terbuka, Ardi langsung menoleh cepat kearah pintu. Benar saja, yang ia tunggu akhirnya datang. Rain tersenyum ramah berjalan kearah meja kasir sambil membawa dua kopi dingin.
"Eh, Hai Rain." Ardi tersenyum ramah sambil menutup laptopnya. Ia menghampiri Rain dan menerima kopi yang diberikan Rain.
"Hai." Rain tersenyum. "Kinan!" sapa Rain sambil melambaikan tangannya pada Kinan. Kinan yang masih mengerjakan pembayaran dikasir hanya balas menyapa singkat pada Rain.
"Kopinya berapa Rain?" tanya Ardi sambil merogoh saku celananya.
"Oh tadi udah ditransfer kok sama Kinan, dia emang selalu bayar dulu." Jelas Rain.
"Oh, oke." Ardi tersenyum.
"Yaudah gue balik ya, makasih udah belanja hari ini." Ucap Rain ramah.
"Eh, Rain." Ardi mencegat Rain dengan cepat. "Gak duduk dulu? ngobrol-ngobrol disini." Ardi hendak menarik sebuah kursi untuk Rain
"Gak usah, gue buru-buru. Kasian Winna sendiri di toko. Maaf ya," Rain nampak tak enak hati.
"Oh, yaudah gak apa-apa." Ardi mengangguk mengerti. "Mungkin bisa lain kali kita ngobrol diluar jam kerja?" tanya Ardi.
Rain terpaku ditempatnya.
"Kalau lo gak sibuk." tambah Ardi dengan cepat sambil tertawa berusaha mencairkan suasana.
"Oh, ha ha, oke." Rain balas tertawa. "Yaudah, makasih ya." Rain melambaikan tangan sambil berjalan keluar dari distro.
Begitu Rain hilang dari pandangan, Ardi kembali duduk dan membuka laptopnya, ia mengambil segelas kopi dan meminumnya. Kinan yang baru selesai melayani pembeli, langsung menatap Ardi dengan senyum jahilnya.
"Bos, lo demen ya sama Rain?" tembak Kinan sambik tertawa.
"Apaan," Ardi terkejut dan salah tingkah. Kinan yang membaca ekspresi tubuh Ardi malah tambah tertawa kencang.
"Ngaku! Ya emang cantik sih, tapi masih enak kuliahan. Baru-baru lulus SMA. Lo udah mau kepala tiga beberapa tahun lagi. Ngingetin doang." Kinan menutup mulutnya.
"Mending lo diem, balik kerja sana!" Ardi mengulum senyumnya.
Kinan cekikikan sambil kembali menata baju di rak. Jari Ardi berhenti sejenak dari aktivitas di laptopnya. Ia memandang kosong kearah pintu distro, apa mungkin Rain bisa menyukainya?
***

KAMU SEDANG MEMBACA
No, I'm Not.
Teen Fiction"Sekarang aku tanya sama kamu, apa kamu pernah beneran cinta sama aku? Atau jangan-jangan selama ini kamu cuma kasihan sama aku?!" Tanya Bima pada Rain dengan tatapan sayu. Ternyata, apa yang selama ini Bima semogakan, tidak akan pernah terjadi dal...