Rutinitas

21 5 2
                                    

Pagi ini, Bima dan keluarganya sedang menikmati sarapan di ruang makan. Nasi goreng menjadi menu langganan mereka setiap pagi, apalagi kalau sudah dicampur udang dan cabai yang banyak. Bima tidak pernah menyangka hubungannya dengan Mama tirinya kini sangat membaik, semuanya berkat Rain yang selalu meyakinkannya bahwa Mama tirinya adalah orang yang sangat penyayang. Kalau saja Bima tak mendengar masukan dari Rain, mana mungkin sekarang mereka menjadi keluarga yang harmonis.

"Nanti pulang kuliah, Bima langsung mengajar basket ya di sekolah." kata Bima sambil menyuap sesendok nasi kedalam mulutnya.

"Bim, kamu gak capek? Kayak gitu terus tiap hari? Pulang malam, sampai rumah langsung ngerjain tugas. Besok paginya udah kuliah lagi. " Mama tiri Bima.

"Enggak, Ma. Bima udah biasa kok. Bima gak merasa berat ngejalaninnya." sahut Bima.

"Biarkan saja dia mandiri, Ma. Udah  mahasiswa dia." kata Papa.

"Tapi Pa, Kak Bima gak pernah tengok Kak Rain ke Bali. Gara-gara kak Bima sibuk terus. Kasian Kak Rain. Nih cowok gak pernah peka." sahut Masya sambil mendelik pada Bima.

"Masya, kamu anak kecil tahu apa soal pacaran? " tanya Papa sambil tertawa.

"Nah, makanya kan kerja, supaya bisa dapat uang untuk kesana." kata Bima.

"Jarang ketemu sama Rain itu bagus, biar gak macem-macem kalau ketemuan aja kerjaannya." kata Papa lagi sambil tersenyum jahil pada Mama.

"Macam-macam gimana?" tanya Bima serius.

"Ya, kamu ngerti maksud Papa. Kamu udah dewasa. Sudah, Papa kerja dulu. Semangat kuliahnya Bim, semangat sekolah Masya." Papa mengelap mulutnya dengan tisu kemudian bangun dari duduknya.

"Ha ha, iya Pa. Makasih." sahut Bima.

Begitu selesai sarapan, Bima langsung menjalankan mobilnya menuju kampus. Kursi belakang mobil dipenuhi dengan bola basket juga sepatu olahraga Bima, juga beberapa kaos dan celana untuk ia berganti sepulang kuliah nanti.

***

Begitu sampai di kampus, Bima memarkirkan mobilnya didekat gedung fakultasnya. Ia agak terburu-buru keluar dari mobil dan berjalan cepat menuju koridor. Jalanan hari ini begitu padat, beberapa kali Bima terjebak macet dijalan, apalagi mata kuliah pertama dosennya sangat galak. Ia tak mau nilainya jadi C karena terlambat.

"Pagi bro!" sahut Tomas sambil merangkul Bima begitu mereka berpapasan di koridor.

"Hai bro." Bima tersenyum.

"Nih buat lo, dari kakak tingkat, cakep sih gue liat-liat. Katanya titip buat Bima yang ganteng. " kata Tomas sambil menyodorkan sebatang cokelat pada Bima.

"Hadeh, dia lagi? Bisa mabuk cokelat gue, buat lo aja. Gue gak suka cokelat. Yang cokelat lusa aja udah gue kasih adik gue." kata Bima.

"Serius? Makasi ya, lo sahabat gue paling baik!" Tomas cengengesan.

"Iyee.. Yuk ke kelas!" Bima tertawa kecil.

"Pacar lo gak cemburu lo dikasih cokelat sama cewek lain berhari-hari?" tanya Tomas sambil mengimbangi langkah Bima menuju kelas.

"Ya gue gak cerita lah! Lagian gak ada apa-apa antara gue dan kakak kelas itu, dia juga ngasih cokelatnya lewat lo mulu kan?" jelas Bima.

Tomas mengangguk setuju.

"Oke." sahut Tomas.

***

No, I'm Not.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang