"Bim, anter gue ke cafe yuk, gue mau beli kopi kesukaan. Udah lama nih gak kesana." Tomas menepuk bahu Bima. Bima menoleh kebalakang.
Mereka baru saja keluar dari kelas. Mata kuliah hari ini sudah selesai lebih awal karena dosen mata kuliah terakhir berhalangan mengajar sehingga mereka bisa pulang lebih awal.
"Oh, boleh juga. Gue pingin kesana. Sekarang nih?" tanya Bima memastikan.
"Nantian sekitar jam satu siang gimana?" tanya Tomas.
Bima melirik jam tangannya. Ia menghembuskan napas dengan berat.
"Elah, satu jam lagi dong?! Besok aja deh. Emang lo mau kemana sekarang? Kenapa harus jam segitu? Sekarang aja gimana?" protes Bima.
"Gue ada kumpul Senat, bentar doang beb." Tomas merangkul Bima dengan gemas.
"Idih, gak usah gitu. Geli gue! Iya-iya gue tunggu di kantin ya, gue beli makan dulu kalo gitu. Laper banget." kata Bima.
"Siap! Makasih bro, gue duluan ya. Nanti gue cari ke kantin." Tomas tersenyum lebar dan berjalan meninggalkan Bima sambil mengajungkan kedua ibu jari tangannya keatas.
Bima tertawa kecil dan melanjutkan langkahnya menuju kantin. Setelah memesan seporsi nasi pecel dan es teh, ia memilih duduk di meja pojok kantin sambil menikmati makanannya.
Setelah makan, Bima melirik jam tangannya. Masih sekitar empat puluh menit lagi. Bima memperhatikan sekitar. Beberapa pasangan yang sedang makan duduk didekat Bima, membuat Bima tersenyum sinis. Ia rindu pada Rain. Sangat Rindu. Bima merogoh ponselnya, membuka ponselnya dan menghubungi Rain.
"Tut.. Tut.. Tuutttt.."
"Halo Bima?" suara lembut Rain menyapa.
"Hai Rain. Lagi apa? Udah makan kamunya?" tanya Bima lembut.
"Aku baru pulang kuliah nih, ini lagi jaga toko. Udah makan kok baru aja, kamu gimana?" tanya Rain balik.
"Aku udah makan juga.."
"Oh, bagus deh. Semangat yaa kuliahnya." kata Rain sambil tertawa kecil yang malah terdengar menggemaskan bagi Bima. Bima tersenyum.
*Hening*
"Halo, Bima?" sapa Rain lagi.
"Aku kangen kamu, sayang." kata Bima lirih.
Beberapa saat Rain terdiam, sampai akhirnya ia berkata dengan suara yang berat.
"Aku juga,"
"Aku janji, nanti aku akan kesana lagi. " kata Bima sambil tersenyum. Padahal ia tahu, Rain tak akan melihat senyumnya.
"Ditunggu ya.. Kalo gitu, nanti telepon lagi. Ada pelanggan nih, bye Bima."
"Oh, okee.. Bye Rain." dengan berat Bima mematikan teleponnya.
Ia menatap foto profil gadis yang baru saja diteleponnya. Ia sangat rindu. Bima sedang difase tergila-gila dengan Rain, pacaran yang lagi bucin-bucinnya tapi malah LDR. Ini benar-benar menyiksa hati Bima.
"B-Bima?!" sapa seseorang dengan suara lirih.
Merasa mengenali suaranya, Bima tercengang. Ia langsung menoleh cepat kearah suara itu.
"Daya?!" Bima terbelalak.
Mantan terakhirnya itu berdiri disampingnya sambil tersenyum lebar, melambaikan tangannya pelan.
**
KAMU SEDANG MEMBACA
No, I'm Not.
Teen Fiction"Sekarang aku tanya sama kamu, apa kamu pernah beneran cinta sama aku? Atau jangan-jangan selama ini kamu cuma kasihan sama aku?!" Tanya Bima pada Rain dengan tatapan sayu. Ternyata, apa yang selama ini Bima semogakan, tidak akan pernah terjadi dal...