"Anjir, kan! lo sih, kenapa isi salah kirim segala? Lo kan tau kalau Daya masih berharap sama gue?! Kalau kayak gini, apa dia gak makin berharap? Terus gue harus bilang apa? Salah pencet? Yang logis ajalah, kalaupun salah pencet, tapi artinya gue sengaja emang lagi lihat kontak dia. Lo sih!" Bima berdecak sebal.
Tomas terpaku ditempatnya. Baru kali ini ia benar-benar kena omelan dari sahabatnya itu. Tapi ia benar-benar tak sengaja.
"Maafin Tomas ya, Bim." Tomas menunjukkan wajah bersalahnya yang malah sungguh terlihat menjengkelkan bagi Bima.
"Gue telepon Daya sekarang, lo yang minta maaf bilang salah pencet. Gue gak mau tahu. Gue gak mau ikut-ikut. Gue gak mau kalau setelah ini Daya akan sering hubungin gue." ucap Bima sambil menekan tombol 'panggil'.
Tomas mengangguk setuju. Ia dan Bima memandang ponsel Bima dengan serius.
"Maaf, nomor yang anda hubungi tidak menjawab-"..
"Ah, pakai acara gak diangkat. Ngeselin lo! Nanti dia telepon balik, males banget gue!" Bima berdecak sebal.
"Minta maaf banget bro. Nanti gue yang hubungi dia, gue janji. Lo gak usah angkat teleponnya kalau dia telepon balik." ucap Tomas.
Disaat sedang asik berbincang, tiba-tiba seorang pelayan datang dan meletakkan sepiring cheesecake diatas meja Tomas dan Bima. Sontak Bima terkejut saat melihat pelayan itu. Ia sampai memundurkan tubuhnya sangking tak percayanya melihat Daya ada dihadapannya. Kenapa hari ini begitu sial? Ia bertemu Daya sudah dua kali dalam sehari! Terlebih ia panik apa Daya mendengar obrolannya dengan Tomas? Sementara itu, Tomas hanya melongo melihat reaksi Bima yang seperti melihat setan. Ia tak tahu kenapa Bima terkejut melihat pelayan itu.
"Kaget ya? Gue kerja disini, Bim. Gue baru aja datang, gue lihat ada lo sama temen lo. Jadi ini kue buat kalian ya, anggap aja sogokan biar kalian sering kesini. Ini free kok. Semoga suka. Sering-sering kesini ya. Siapa tau kita bisa sempet ngobrol." Daya tersenyum dan kemudian pergi.
Bima menatap Daya yang kini sudah kembali ke meja kasir. Ia melongo. Tahu Daya kerja disini, Bima mungkin sudah mencari cafe lain dari awal.
"Anjir, kok jadi gini, sih?" Umpat Bima sambil menendang meja dengan pelan.
"Siapa? kok lo segitunya?" tanya Tomas bingung.
"Itu Daya, anjir." Bisik Bima sambil memijat dahinya yang mendadak pusing.
Ia menghembuskan napas berat. Bima seketika merasa tak nyaman disana.
"Astaga. Bisa-bisanya. Apes lo hari ini," Tomas melirik Daya yang nampak sibuk dimeja kasir. "Serius yang ini gue gak ikut-ikut dan bukan salah gue ya." Ucap Tomas sambil mengalihkan pandangannya.
Tomas dan Bima terpaku dengan kebetulan yang tak diharapkan ini. Mereka menghabiskan minumannya, tanpa menyentuh kue dari Daya, mereka langsung bergegas pergi dari tempat itu.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
No, I'm Not.
أدب المراهقين"Sekarang aku tanya sama kamu, apa kamu pernah beneran cinta sama aku? Atau jangan-jangan selama ini kamu cuma kasihan sama aku?!" Tanya Bima pada Rain dengan tatapan sayu. Ternyata, apa yang selama ini Bima semogakan, tidak akan pernah terjadi dal...
