17 hari berlalu, dan semua beneran sesuai perkiraan. Iya, prediksi Azka gak salah, dan Apesnya setelah kejadian itu gak ada satupun rencananya yang jalan.
Dalam diamnya Azka merutuki benda yang tengah ia genggam, terdapat dua garis di testpack yang menandakan jika dirinya positif hamil.
Iya, Hamil anaknya si Satya
"Yah... Tekdung beneran" lirih jaya, menatap prihatin pada Azka yang total frustasi.
"Bajingan !!! Klo udah gini gua harus gimana ?"
"Ya klo udah gini gua juga bingung, terpaksa harus terus Terang sama si Satya. Lagian gua mana tau klo akhir akhir ini si Satya bakal dipaksa fokus sidang skripsi sama bokapnya"
Akhirnya Testpack itu dilempar sembarangan, masabodo dengan nasibnya sekarang ini. Perutnya yang masih rata dia usap pelan, menikmati perasaan yang mendadak berbunga-bunga.
Azka yang hamil tapi jaya yang kelimpungan
"HEH.. INI SERIUS MAU GINI AJA SAMPE LU JADI SINGLE PARENTS?"
Tapi dibalas acuh oleh Azka yang masih santai usap usap perut "sttt.. Diem_ anak gua kayanya bakal ganteng kaya bapaknya "
Kini giliran jaya yang frustasi, dengan gontai hampiri Azka untuk ikut rebahan diatas kasur.
"Azka.."
"Hmm"
"Kayanya terpaksa rencana A harus bisa jadi rencana Z"
Azka buka matanya, menoleh pada jaya yang mukanya serius pake banget.
"Klo gak berhasil_"
"Yang ini pokoknya harus berhasil "
Dan ucapan Azka selanjutnya bikin jaya terperangah, kaget dan entah rasanya bukan lagi kasihan, tapi miris membayangkan kehidupan temannya setelah ini.
"Lo gak usah khawatir, Klo gagal uangnya bakal tetep gua transfer sesuai perjanjian kita. Gak usah mikirin gimana nasib gue, klo nanti siSatya gak mau tanggung jawab_gue harus siap pilih jadi singel parent dan hadapi orang tua gua sendirian, atau mungkin.. "
"_cari dokter buat aborsi janinnya "
🌼🌼🌼
"Bang Satya?"
Sion mendekat, menepuk pelan pundak Satya yang diam berdiri dengan tatapan kosong mengarah pada pintu balkon.
Bukan pertama kalinya dia menyaksikan kebisuan sang kakak setelah perdebatan panjang dengan ayahnya.
" omongan ayah jangan terlalu dibawa serius, kita gak bisa memaksa sesuatu yang bukan dari hati kita. Klo Abang suka orang lain, coba tolak pelan pelan_"
"Gak bisa"
"Bisa.. Abang gak pernah mau nyoba, turuti terus kemauan ayah. Sekali kali tolak lah bang, klo gini terus mau sampe kapan selesainya"
Satya berbalik, menatap adik satu satunya itu.
"Klo gue nolak, kemungkinan besar Lo yang bakal jadi sasarannya "
Jawaban singkat itu membungkam Sion, membiarkan sang kakak berlalu melewatinya.
"Sekarang Abang mau kemana?"
Disela pakai jaketnya Satya berbalik, menatap balik Sion disana" selesain masalah gue sama Azka"
Setelah kepergian kakaknya, Sion buang nafasnya berat, Seakan perdebatan pada makan siang tadi telah menguras seluruh energinya.