"Gua heran deh sama si Satya, tapi lebih heran ke elo, kok bisa tahan suka sama orang kek dia?"
"Kaya sekarang, masa cuma gara gara Lo dijemput si Nathan_ngambeknya langsung skip janjian party kita.. ribet banget, udah kek cewek aja klo cemburu"
Satu gelas minuman alkohol kembali ia tuang, mencoba tuli pada ucapan jaya yang sok bijak itu. Padahal status percintaannya aja gak jelas, bahkan lebih gila dari cara dia mencintai Satya.
"Kenapa gak bar bar aja, ungkapin klo Lo cinta sama dia" tambah Evan sedari tadi merasa iba pada temannya itu "_mau sampe kapan Az, udah 4 tahun Lo kejar dia tapi gak ada hasil"
"Ralat, gua kejar dia 6 tahun"
"Whatever, dan 6 tahun bukan waktu yang sebentar. Itu pilihan Lo sih, dan kita tetep support apapun keputusan Lo"
Pusing dengan nasib percintaannya, Azka akhirnya tumbang bersandar untuk tenangkan fikiran nya yang kusut.
"Guys, It's not that easy .... Posisinya si Satya lagi gak belok, klo gua sembarangan nyatain cinta gitu aja, yang ada dia ilfill" sudut matanya berkaca-kaca, membiarkan lelehan itu basahi pipinya yang mulai memerah"_ gua takut, gua gak mau cinta gua gagal dengan sia sia"
Jaya yang melihat itu sontak mendekat, menepuk bahu yang tengah bergetar itu memberi ketenangan.
"Gak apa-apa, nangis aja sepuasnya. Gimanapun caranya kita bakal bantu sampai si Satya cinta mampus sama Lo, pokoknya tunggu aja"
10 menit setelah minum minum, akhirnya Azka total gak sadarkan diri. Yang kini tengah Berbaring nyaman disofa dengan selimut menutupi sebagian tubuhnya.
"Jaya.."
"Hmm"
Jaya diam, membiarkan Evan bersandar dengan kecupan yang dibubuhkan pada tengkuknya.
"jujur Gua gak yakin sama ide Lo yang satu ini" Ujar Evan saat menyaksikan jaya yang tengah sibuk meracik sesuatu yang dia sebut ide cemerlang.
"Cuma dikit, paling si Azka panas panas doang. Syukur syukur bisa pancing hasrat si Satya _"
"Klo gak berhasil, Lo mau tanggung jawab? Pokoknya klo si Azka ngamuk gua gak mau ikut campur "
Gelas kecil itu ia simpan dimeja, kembali cek ponsel yang menampilkan pesan singkat dari Satya.
"Dia udah di basement _" pelan pelan tubuh Azka diguncang, membiarkan temannya itu bangun untuk meneguk satu gelas tadi tanpa perlawanan
"_ klo kita gagal goyah hati si Satya, ya.. goyah aja akal sehat sama mentalnya. Gak kebayang se-frustasi apa si satya saat tau hari harinya udah dihantui wajah sange si Azka "
.....
"Azka, Lo kenapa?"
Satya kelimpungan, mungkin hampir gila pas lihat tingkah aneh Azka sekarang. itu terjadi saat Satya berhasil membawa tubuh Azka yang gak sadarkan diri sampai apartemen. Setelah baringkan Azka dikasur tiba-tiba Azka terbangun, dan mengeluh rasa panas yang luar biasa pada tubuhnya.
Pelan pelan Satya usap pelipis Azka yang basah oleh keringat. Satya fikir Azka terkena demam tinggi, tapi yang Satya rasa justru suhu tubuh Azka yang terbilang normal.
"Satya.. panasss " Azka merintih juga menggeliat gelisah, kedua tangannya bergerak rusuh diatas kasur.
"Iya, gua bingung lu panas kenapa. AC udah full, justru malah gua yang kedinginan. Yaudah gua ambilin air dulu.. sekalian dikompres" final Satya, pergi tinggalkan Azka begitu saja sendirian.