"Mas.. aku fikir lebih baik tunggu Satya pulang dulu, nanti kan mas bakal lama pulangnya lagi"
Disela berkemas baju, ayah Satya berbalik menatap wajah cantik istrinya lama" Satya udah gede Bun, lagian ayah pergi juga Satya gak bakal nanyain. Tau sendiri anak kita orang nya kaya gimana"
"Mas gitu terus deh sama Satya, sadar gak sih Kenapa Satya gak pernah mau Deket sama kita? Apa mas pernah tau apa yang Satya mau, atau peka dengan semua yang terjadi di kehidupan sehari-harinya Satya?"
"Mulai deh.. kita udah sering bahas ini, semua udah ayah lakukan? "
Bunda Satya menggeleng, menatap dalam suaminya penuh kecewa" nggak, mas gak pernah ada buat Satya. Mas selalu berbuat sesuka hati, mas gak pernah faham perasaan Satya"
"Trus kamu maunya gimana?"
"Batalin perjodohannya, Satya sudah punya orang yang dia cintai "
Ayah Satya diam tak memberi respon, justru acuh dan pergi bersama 1 koper hitam yang akan dibawa menuju mobil.
"Mas !! Aku gak mau tau, pokoknya perjodohan harus tetap dibatalkan_"
"Oke, Aku setujui. Tapi dengan syarat Satya harus mencintai seorang wanita, bukan pria" ujarnya tegas, mengunci tatapan bunda Satya dalam dalam
"Tapi yang Satya suka_"
Brak !!
Keduanya menoleh, menatap Satya yang baru saja tiba dengan keadaan kacau juga Raut wajahnya penuh kekhawatiran.
"Loh, Satya.. kamu kenapa?"
"Ayah, bunda. Ada hal penting yang harus Satya kasih tau, tapi Satya mohon untuk kali ini ayah dan bunda mau dengerin penjelasan Satya dulu. Ayah boleh marah, tapi tunggu sampai Satya selesai bicara_
"_ sebenernya azka lagi hamil anak satya"
Suasana mendadak hening, dengan atmosfer mencekam seakan menyadarkan Satya jika dalam hitungan detik hidupnya akan selesai. Pelan pelan Satya bawa tungkai nya mendekat, bersimpuh meremas jemari tangannya yang sudah memutih karena kedinginan.
"Yah, tolong Satya. Azka dikurung sama papanya, dia pasti ketakutan. dokter bilang Azka gak boleh setres, satya_" nafasnya tersengal, sekuat tenaga melawan rasa takut akan kemurkaan ayahnya "_takut"
Harus menunggu 10 menit lamanya untuk ayah Satya memberikan respon, raut wajahnya tak terbaca, tenang tapi mematikan.
"Azka hamil?_anak kamu?"
"Iya, maaf sudah mengecewakan, aku tau semua ini salah. tapi aku bakal tetep pilih Azka, sekalipun ayah usir Satya detik ini juga"
Waspada takut wajahnya kembali dihajar, alih alih hantaman, justru ayahnya tertawa renyah dengan tatapan mata seperti biasanya.
Satya bersumpah akan mengamuk jika ayahnya menganggap ucapannya hanya sebuah candaan, sudah setengah mati masa Satya harus ulangi ucapannya lagi.
"Ganti baju sana" ucapnya singkat.
"Ha?"
Ayahnya berlalu lewati Satya, Sempatkan menepuk pundak itu dan berujar pelan
"Ayah tunggu didepan, kita jemput Azka sama sama"
🌼🌼🌼
Ayah bilang bakal jemput Azka sama sama. iya sih sama-sama, tapi bukan gini juga yang Satya mau