" Mumet anyinggg.. nongki dulu lah bro main ML" celetuk Evan gak lupa sebat satu Putung rokok ditangan kanannya.
"Gua juga, ternyata perjuangan skripsi tuh anjing banget. Apesnya dapet dosen yang suka jual mahal, syukur syukur klo tahun depan gua masih hidup " sambung Jaya, yang ikut ajang adu nasib.
"Ck.. mana nyokap belum kirim utelan, duit gua abis gara gara dosbim minta ketemuan di restoran mahal"
Utelan alias uang tengah bulan
Diam diam Satya tertawa, menunggu layar leptopnya mati sebelum tatap kedua kawannya yang masih asik gibah " gimana gak setres, Lo Lo pada skripsi belum kelar tapi masih sempat nongki. Obatin stres larinya main ML, yang padahal bukan ngurangin setres, tapi malah tambah setres"
"Cocok, lu mirip dosbim gua, banyak bacot" balas jaya gak ngaruh meski dapet 100 kali kata motivasi.
"Difikir fikir yang paling enak cuma si Azka. Materi lancar, tugas lancar, beban hidup juga lancar. trus kemarin bimbingan aja ditawarin langsung sama dosennya, gak bisa apa tuh anak sehari aja gak bikin kita iri dengki"
"Gak usah bawa nama dia diantara nasib buruk yang lagi kita jalani, inget gak kata kata anak agama_ Azka itu terlalu masyaallah untuk kita yang astaghfirullah" timpal jaya, mengutarakan fakta yang selama ini sulit ia terima.
Sejenak Evan perbaiki letak duduknya, mendekat cuma buat bisikin sesuatu yang gak penting_klo kata Satya sih gitu.
"Kalian nyadar gak sih klo si Azka makin sini malah makin keliatan cantik"
"Fuck, kirain gua doang yang nyadar" ujar jaya merasa setuju dengan ucapan Evan.
Satya menjauh, tatap bingung kedua temannya. Bulu kuduk nya berdiri membayangkan teman nya bernama Azka yang katanya makin keliatan cantik, padahal kan aslinya ganteng.
"Stop anjir, klo Azka tau bisa ngambek_ "
"Mana klo ngambek suka gemesin " potong Evan dengan raut wajah bucinnya "_ bayangin deh klo si Azka jadi jodoh gua, secerah apa masa depan gua dan anak gua kelak"
Serentak jaya dan Evan menatap penuh pada Satya secara bersamaan"_ menurut Lo gimana?"
Lidah Satya mendadak kelu, membuang muka seperti tak tertarik menjawab pertanyaan temannya " setres, gak usah ngomong aneh aneh ye.. nikah kok sama temen"
"Lah demi tuhan sat klo orang nya kek Azka, seribu tahun pun gua jalani"
"Lagian sakte mana yang melarang sepasang teman buat menikah"
Kini keduanya menjauh, lalu berucap bersamaan "ah lu mah aneh sat"
Karena gak terima dikatai aneh, Satya bangun menunjuk kedua temannya " Gua aneh? yang aneh tuh kalian, udah pernah party bareng, tidur bareng, mandi bareng. Sekarang gua tanya_status kalian apa?"
Ngomong nya sih santai, tapi mampu bikin Evan dan jaya kena serangan jantung, dan bodohnya lagi mereka malah saling tatap sebelum menjawab secara bersamaan
"temen"
"STRESS "
Drttt.. drttt
Ponsel Evan berbunyi, kesempatan itu ia gunakan untuk lepas dari tatapan sengit Satya yang masih enggan minta damai.
"Anjir... !! Gua lupa jemput si Azka"
"Yaudah jemput "
"Tapi 20 menit lagi gua ada pertemuan sama dosbim" tatapannya pindah pada jaya yang firasat nya udah buruk duluan" _jaya, jemput si Azka sana"
Raut wajah jaya memelas, terlihat enggan menjemput temannya yang ada di fakultas kedokteran " ah, jauh. Gua baru aja kesini, masa harus ke kampus lagi. Lagian mobil dia kemana, tumben banget minta jemput "
"Mogok"
"Kok lu tau mobil dia mogok" tanya Satya penasaran.
Dengan jail Evan berucap " karena gua spesial, makanya klo ada apa apa dia nyarinya gue, bukan kalian"
Dan anehnya, ucapan Evan malah menumbuhkan setitik rasa tak suka dihati Satya, seperti tak terima jika hanya Evan yang dijadikan teman spesial. Padahal dibandingkan yang lain, dirinya yang lebih dulu mengenal Azka.
"Trus gimana, suruh naik grab aja_"
"Gak perlu, biar gua aja yang jemput" beberapa buku dimasukkan kedalam tas, bersama satu leptop yang ditutup dengan gak santai.
Kepergian Satya membuat kedua temannya saling lirik disertai senyuman , lebih tepatnya senyum mencurigakan.
"Nah kan.. kena Lo"
Evan & jaya