10

3K 246 40
                                    









Azka melenguh, menatap ruangan yang ia yakini adalah kamar rumah sakit.

"Heh bocah, klo pusing gak usah maksa bangun"

Itu jaya, dengan Hoodie hitam juga celana piyamanya_Berdiri bersama Evan yang juga menatap lekat keadaannya yang mengenaskan. Tapi Azka gak peduli dengan kehadiran 2 temannya itu, yang terlintas diotaknya saat membuka mata hanya Satya.

Juga ingatan tentang ungkapan cintanya semalam.

"Satya mana?"

"Dia lagi urus administrasi" balas Evan seraya perbaiki letak selimut nya

"Dia_"

"Iya, dia udah tau prihal kehamilan Lo" ucap Evan hati hati.

"Ralat, kita udah kasih tau semuanya. Dari A sampe Z, hehe "

Azka buang muka, gak tau lagi harus dengan cara apa buang kedua temannya yang brengsek itu.

"Trus reaksi dia gimana?"

Evan dan jaya saling tatap, lalu berucap canggung karena takut menyinggung Azka yang masih terlihat pucat diranjangnya.

"Satya cuma diem, gak kasih reaksi apa apa. Biasanya dia suka panik, apalagi ini masalah serius kan. tapi _"

"Stop, gue gak mau denger lagi"

Gak tau kenapa semenjak hamil, perasaan Azka berubah jadi kaca tipis. Yang klo ke towel langsung retak gitu, dan penjelasan jaya Barusan mampu bikin dia sedih. Padahal harusnya Azka bisa marah, mungkin bakal tampar pipi Satya klo sewaktu waktu dia datang ke kamar nanti.

Cklek

Satya datang, bersama satu bungkus bubur ayam ditangan kanannya. Dan saat itu juga Satya sadar ada yang gak beres diruang itu, pokoknya mencekam bikin merinding.

"Ng.. yaudah kita mau pamit deh, udah jam lima pagi. Ngantuk, mana siangnya harus ke kampus "

Tanpa menunggu jawaban, kedua pasangan toxic itu akhirnya pergi dari sana, meninggalkan Satya sendiri bersama Azka yang suasana hatinya lagi buruk.

"Azka, udah mendingan? Masih pusing?"

"....."

Terdiam nya Azka bikin Satya semakin dirundung rasa bersalah, pasti Azka stres karena memikirkan masalahnya sendirian.

"Azka, gue tau perkataan maaf aja gak cukup buat tebus rasa bersalah gue sama Lo. gue emang brengsek dan pantas buat Lo benci"

Satu tangan Azka diraih, mengusapnya pelan sebelum memberikan kecupan halus disana " Lo mau kan maafin gue?"

Karena Satya manis banget omongan nya, akhirnya Azka luluh dengan suasana hatinya yang kembali seperti semula. Pelan pelan Azka mencoba duduk, membiarkan satu tangan Satya membantunya untuk bersandar pada bantal.

"Gak perlu minta maaf, gue juga sama salahnya kok"

Genggaman itu Azka lepas, seraya menarik kepala Satya untuk berbaring di pangkuannya.

"Tapi gue paling banyak nyakitin hati Lo, gue gak pernah peka dan biarin Lo jatuh cinta sendirian selama 6 tahun. Dan sekarang karena gue_Lo ada dalam masalah besar"

"Gue gak masalah, selagi ada Lo disisi gue"

Mendengar itu Satya bangun, mengunci tatapan Azka yang sekarang tengah diam dengan pipi merona.

"Azka, pipi Lo merah"

"Lo gak pernah sadar ya klo pipi gue sering baper setiap kita deketan kaya gini_"

XO [sungjake]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang