Satya terdiam saat melihat keadaan kamar tempat Azka dirawat telah kosong, barang barang nya masih lengkap, tapi Satya tau ada yang tidak beres telah terjadi saat dia pergi. Satu bungkus rujak mangga Satya simpan diatas meja, bergegas panik keluar kamar untuk temui suster dan perawat.
"Permisi Suster, pasien diruang delapan pergi kemana?"
"Loh, baru aja dijemput keluarganya mas"
Satya bungkam, berbalik untuk mengemas sisa barang yang tertinggal. Dalam hati bertanya tanya siapa yang baru saja jemput Azka pulang, mamanya atau papanya.
Yang jelas_
"Mati gue"
🌼🌼🌼
"Setelah semua yang udah papa kasih buat kamu_ini balasan yang pantas kamu kasih buat papa?"
Azka menunduk, memeluk perutnya dengan lelehan air mata mengalir dikedua pipinya. Dia fikir hal mengerikan akan datang pada ayah Satya, ternyata kemurkaan papanya jauh lebih menakutkan. Bahkan hanya untuk sekedar menatap matanya saja Azka tak berani, jadi ia hanya bisa diam pasrah dihujani ucapan menyakitkan juga suara tangisan mamanya.
"Azka minta maaf pah"
"Maaf?" Papa Azka beranjak, mencengkram rahang anak satu satunya "_ papa didik kamu supaya jadi manusia benar, papa ajarkan kamu sedari kecil untuk faham seberapa penting nya menjadi manusia terhormat. Papa jaga kamu, papa lindungi kamu, bahkan papa rela mati hanya untuk kebahagiaan kamu. Tolong kasih tau, dimana letak kesalahan papa?_"
Karena tak tahan, tubuh Azka luruh bersimpuh memeluk tungkai papanya meminta ampunan.
"Maafin azka.. semua salah Azka"
"Siapa? Bilang sama papa, kamu dipaksa kan?" Papa Azka menangis kencang melihat Azka yang diam mengeratkan pelukannya.
"Hiks.. Maaf pa, Azka mohon "
"Maaf mu buat hati papa sakit"
Setelah nya, Azka merasakan tangan kanannya ditarik untuk masuk kedalam kamar. Mencoba tahan tangis karena melihat ponsel dan leptopnya dibawa pergi, amarah itu berakhir dengan suara pintu yang tertutup kencang.
Semua hampa, Azka baringkan tubuhnya di ranjang, meraung keras dibalik bantal karena tak mau tangisannya menambah kesedihan sang mama yang tengah bersandar dibalik pintu. Ditengah kekacauan nya Azka berharap agar Satya segera datang, menjemput dan membawanya pergi sekarang juga.
Rasa sakitnya tak tertahan, apalagi saat mengetahui sang papa enggan menerima kehadiran bayi yang tengah ia kandung.
Bayi yang sepenuhnya sudah Azka sayangi sepenuh hati.
🌼🌼🌼
Saat tiba dikediaman Azka, tanpa fikir panjang Satya berlari menerobos hujan lebat. Terlihat acuh mengetahui bajunya yang sepenuhnya basah, juga papa Azka yang sudah berdiri didepan pintu seakan tau Satya akan datang menit itu juga.
Tanpa rasa takut Satya maju hingga 3 langkah dihadapan papa Azka yang diam dengan raut tak terbaca.
"Om_"
"Kamu kan?"
To the poin, tanpa basa basi langsung membungkam Satya dalam sekejap.
"Satya bisa jelasin om_"
Bugh
Pukulan keras itu mengarah langsung pada rahang Satya, hingga menimbulkan darah hasil dari bibirnya yang sobek.
"Pergi, saya gak butuh penjelasan apapun. Mulai detik ini jangan harap kamu bisa temui Azka lagi"
Satya tercekat mencoba meraih tangan papa Azka untuk meminta permohonan, meski pada akhirnya ia gagal, pintu itu sudah tertutup rapat. Meninggalkan Satya dengan segala penjelasan dan penyesalan yang tak bisa tersampaikan.
Dengan langkah pelan Satya putari rumah untuk dekati pohon mangga, menengadah menatap balkon kamar Azka yang tertutup rapat.
"AZKA !!"
Tak sampai 10 detik pintu balkon itu terbuka, menampilkan Azka yang sama kacaunya.
"AZKA, LO GAK USAH KHAWATIR. GUE JANJI BAKAL NIKAHIN LO DAN BESARIN ANAK KITA. APAPUN YANG TERJADI HARI INI JANGAN JADIIN BEBAN, LO HARUS SEHAT, JANGAN SEDIH.. ADA GUE DISINI"
Diatas sana Azka mengangguk, menghapus air matanya yang tak kunjung berhenti "ANJING BIBIR LO BERDARAH "
"ORANG HAMIL GAK BOLEH NGOMONG KASAR"
"BODOAMAT, BTW MANGGA GUE MANA?"
"TOLOL EMANG, LAGI KAYA GINI SEMPET SEMPET NYA NANYAIN MANGGA"
Meski begitu, Satya rela berlari kearah mobil untuk mengambil rujak mangga untuk dilemparkan kearah balkon.
"GUE BISA TELFON LO?"
"GAK BISA, PAPA SITA HP SAMA LAPTOPNYA "
Satya tersenyum miris, meremas jaket kulitnya sekuat tenaga "NTAR KLO LO MAU NGIDAM MANGGA MENTAH GIMANA?"
"YA TINGGAL PETIK"
Tatapan Satya berpindah pada pohon mangga yang tengah berbuah lebat, tertawa sebentar sebelum kembali menatap Azka .
"KOCAK LU, PADAHAL GUA LAGI SERIUS"
"SATYA, BENTAR YA_" Azka hilang dibalik pintu balkon, lalu kembali dengan keresek berisikan handuk dan baju ganti "_ PULANG SEKARANG, LANGSUNG GANTI BAJU. LO JUGA HARUS SEHAT, KARENA WAKTU KITA MASIH PANJANG"
senyum Satya hilang, jari jari dinginnya meremas kencang bungkus plastik.
"Azka.."
Ditempatnya Azka menangis, berteriak menyuruh Satya agar segera pergi sebelum menyaksikan tubuh kecil itu dibawa paksa hingga hilang dibalik pintu balkon.
Sejauh itu Azka memperjuangkan cintanya.
"Azka.. gua gak akan tunggu sampai hari esok datang, Malam ini juga Lo harus ada dipelukan gue"
Bjir lah lama banget gak update.. Ya maap kmaren tuh abis kena tipes, trus pas udah sembuh malah gak mood ngapa ngapain selain rebahan doang.
Maaf pendek dulu, besok double update deh biar kalian senang.
Yaudah bye bye dulu👋 🤓