Mentari baru saja keluar dari tidurnya untuk menunjukan kebesarannya. Jam di telepon genggamnya bahkan masih menunjukan pukul 06.55 yang berarti ini masih sangat-sangat pagi sekali tetapi disinilah sekarang Rayn berada.
Gedung rektorat.
Susana hati Rayn sangat-sangat tidak baik pagi ini. Hari ini seharusnya tidak ada perkuliahan sehingga sejak semalam ia berpikir dapat berleha-leha dan bersantai pada hari ini tetapi gara-gara sesuatu yang sangat-sangat menyebalkan maka disinilah ia sekarang, menunggu sendirian seperti orang tolol.
Ia sejujurnya masih sangat-sangat ngantuk sebab ia baru saja tidur pukul dua malam semalam sebab keasikan bermain game dan scrolling sosial media yang selalu menjadi candu baginya. Ia bahkan sudah merencanakan untuk bangun sekitar jam sebelas agar waktu tidurnya cukup ideal tetapi segala rencana indahnya itu runtuh seketika ketika telepon genggamnya berdiring saat jam di dindingnya masih menunjukan pukul lima pagi.
Rayn yang takut bahwa itu merupakan sesuatu yang penting maka ia mengangkat telepon dari nomor asing tersebut yang ternyata merupakan nomor dari..........
Our beloved kosma.
Kosmanya yang gila itu menyuruhnya untuk menemaninya mengambil almamater di rektorat pada pukul enam pagi pas! Rayn yang mendengar kabar tersebut langsung kalang-kabut segera mandi karena waktunya yang mepet. Tetapi sampai sekarang waktu sudah menunjukan pukul tujuh pagi, kosmanya itu tidak juga menunjukan batang hidungnya.
Ia kesal, sangat kesal. Ia sudah berusaha menghubungi nomor kosmanya tersebut tetapi tidak sekalipun diangkat oleh pemiliknya. Matanya sudah tidak dapat menahan diri untuk menutup, maka tanpa sadar kedua kelopak mata itu menyembunyikan netranya dan membiarkannya beristirahat ke dunia mimpi jika beruntung, untuk sementara.
Dunia Rayn berhenti untuk seketika tetapi yang lain terus berjalan. Sang mentari semakin menunjukan keagungannya di atas sana, sinarnya semakin luar biasa sampai rasanya sedikit menyakitkan bagi yang merasakanya jika berlama-lama. Begitu juga dengan makhluk Tuhan satu ini, tidurnya terasa sedikit terganggu sebab sinar sang mentari. Dapat dilihat dari raut wajah dan gerak-geriknya yang mencoba menutupi wajahnya.
Gerak-geriknya tersebut akhirnya berhenti bahkan dapat dilihat lengkungan tipis diwajahnya ini. Tak tau kenapa tetapi ia merasa ada yang menutupi sinar tersebut atau mungkin hari tiba-tiba menjadi mendung. Rayn kembali ke dunia mimpinya dengan tenang dan nyaman, suara nafasnya yang stabil menjadi salah satu tanda bagi sosok yang sedang ada dihadapannya bahwa makhluk satu ini sudah nyaman dalam tidurnya.
Entah apa maksud ekspresi sosok yang sedang menutupi mentari ini untuk Rayn dan entah kenapa ia merasa harus melakukannya. Kesimpulannya jatuh kepada rasa kemanusiaan, ya pastinya karena itu.
Tak terasa angka tujuh telah berganti menjadi angka sepuluh pada jam di telepon genggam. Rayn yang merasa tidurnya sudah cukup dan nyaman mencoba kembali ke realita, matanya ia buka sembari menggosok-gosok kedua matanya dan fuckkkk ternyata ada orang didepannya saat ini dan yang lebih mengagetkan sosok ini malah menatapnya langsung ke netranya.
Sorry ada yang lebih mengagetkan jantung Rayn saat ini, bukan karena tatapan orang didepannya ini tetapi siapa sosok didepannya ini yang lain tak bukan adalah Rakha. Rayn yang bingung dan kaget atas informasi yang sangat-sangat tiba-tiba ini hanya berdiam diri menatap balik orang didepannya ini.
Netra keduanya kembali saling menatap sampai untuk sekali lagi Rayn menjadi orang pertama yang memutuskan kontak mata keduanya. Rayn yang bingung harus bagaimana kini mencoba merapikan rambutnya yang sebenarnya sudah rapi, kegiatan yang tak luput dari netra orang dihadapannya ini.
"Ehmm... kok lu disini sih?"
Pertanyaan bodoh.
Jelas ia tahu alasan kenapa pemuda ini ada disini saat ini tetapi salahkan otaknya yang sering kali membeku seketika sehingga membuatnya mengeluarkan pertanyaan bodoh seperti itu. Sejujurnya Rayn bertanya seperti itu juga hanya sebagai basa-basi sebab ia sangatlah canggung terlebih lagi sosok didepannya ini tak henti-henti menatap Rayn, kan Rayn maluuuuu dan canggung tentunya.
Sungguh Rayn sangat-sangat membenci suasana saat ini. Ia sangat membenci keadaan awkward seperti ini, ia benar-benar tidak tahu harus berbuat bagaimana.
Rakha, sosok dihadapannya ini malah menaikan salah satu alisnya sebagai respon akan pertanyaan Rayn sebelumnya. Menyebalkan, selalu seperti itu. Padahal Rayn sudah memantapkan dirinya untuk memperbaiki hubungannya dengan sosok dihadapannya ini terlebih lagi mereka merupakan kosma dan wakil untuk empat tahun kedepan tetapi orang didepannya ini selalu bersikap unwelcome dan freak menurut Rayn.
"Ayok." Kata pertama yang keluar dari bibir makhluk menyebalkan ini sembari beranjak dari duduknya dan meninggalkan Rayn yang masih fokus dengan pemikirannya.
Rayn yang mendengar hal tersebut langsung beranjak dari duduknya dan mengikuti sang kosma dari belakang. Ia tidak mau berjalan disamping kosmanya tersebut. Nanti canggung, pikir Rayn.
"Lu emang suka banget ya jadi anak ayam dibelakang gitu?"
Rakha menyadari sosok dibelakangnya ini sengaja mengambil posisi dibelakang dirinya. Bahkan saat Rakha memperlambat langkahnya, sosok dibelakangnya ini juga memperlambat langkahnya. Saat ia berhenti untuk pura-pura melihat telepon genggamnya, sosok dibelakangnya ini juga berhenti dengan alasan untuk merapikan tali sepatunya.
"Biarin, ngurus amat luh." Ujar Rayn sembari menatap ke segala arah kecuali ke arah Rakha, ia masih tidak berani untuk menatap lama-lama netra tersebut. Apalagi responnya itu yang sangatlah tidak positif.
Rakha masih berdiri pada posisinya sebelumnya dan jangan lupakan tatapannya itu yang fokus ke arah Rayn, ia tidak bicara apa-apa tapi jelas Rayn tau apa yang pemuda tersebut inginkan. Awalnya Rayn mencoba menghiraukan pemuda aneh tersebut dengan berbagai aktivitas seperti meregangkan lehernya, memperbaiki bajunya sampai membuka telepon genggamnya tetapi pemuda aneh ini tetap pada pendiriannya fokus menatap Rayn.
Sungguh ya, jika ia tahu dimana tempat almamater itu berada ia akan meninggalkan sosok didepannya ini tetapi ia tidak tahu sama sekali huhuhuu. Orang-orang yang berlalu lalang disekitar mereka pastinya memberikan tatapan bertanya dan bingung sebab aksi mereka berdua. Tak sanggup lagi denggan kecanggungan yang terjadi maka Rayn memutuskan untuk mengalah kali ini.
"Hadahh iya-iya buru dah jalan, gua disamping lu nih." Ucap Rayn kesal sembari menyamai langkahnya dengan posisi pemuda yang masih menatapnya ini.
"Oke."
Rayn mungkin tidak menyadarinya tetapi dapat terlihat dari pemuda disampingnya ini lengkungan tipis di wajahnya yang entah karena apa. Hanya ia dan Tuhan yang mengetahui alasannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ordinary Boy
RomanceIni hanya salah satu dari banyaknya kisah cinta makhluk Tuhan. Bagaimana kisah ini dimulai dan bermuara entah sampai kemana. Sweat-love-sad-infinity Bagaimana kisah cinta tanpa akhir ini berjalan? dan bagaimana ini berakhir? Mari sama-sama menjadin...