Chapter 5

9 4 0
                                    

Sang mentari sedang berada pada posisi tertingginya saat ini, sebelum nantinya perlahan-lahan akan turun hingga digantikan kekasihnya, bulan.

Sekarang sudah menunjukan pukul 12.15 yang menunjukan sudah lewat 15 menit sejak waktu istirahat dimulai. Semua mahasiswa baru memanfaatkan waktu ini untuk mengisi tenaga sebelum aktivitas selanjutnya yang cukup memakan tenaga.

Hal ini juga berlaku bagi Rayn dan Marvel yang dalam beberapa menit yang lalu sudah menyelesaikan sesi mengisi tenaga mereka. Sekarang keduanya hanya berleha-leha menunggu waktu istirahat selesai.

"Woi lu pada mau ikut kagak ke kantin? beli es... panas bat dah ini." Salah satu teman satu kelompok mereka tiba-tiba muncul entah dari mana.

Iya sih, hari memang sedang panas-panasnya saat ini terlebih lagi matahari yang berdiri kokoh diatas sana membuat hampir tidak mungkin tubuh ciptaan Tuhan ini untuk mengeluarkan keringat sebagai hasil daripada metabolisme.

"Kuy lah, lu ikut kagak?" Itu si Marvel yang menjawab.

"Kagak dah, nitip ajadah gua. Mager hehe." Rayn dengan segala kemagerannya yang untungnya disetujui oleh Marvel.

Dan disinilah dia sekarang. Duduk termenung dengan sepasang earphone dikedua telinganya saat ini. Angin berhembus kencang membuatnya sedikit ngantuk, entah kenapa tiba-tiba matahari seolah-olah menyembunyikan keagungannya untuk sementara. Angin membuat rambutnya bergerak-gerak entah kemana, Rayn suka. Sensasi rambutnya berterbangan seperti saat ini.

Saat Rayn sedang asik dengan pikirannya saat ini tiba-tiba ia merasa terang matahari menghilang seketika, seolah-olah ada yang menutupinya. Secara otomatis Rayn membuka kedua kelopak matanya dan.....

Wahh...

Sebotol minuman kaleng tepat ada didepan matanya saat ini. Rayn otomatis mengalihkan kedua netranya ke samping, ke arah kemana pemilik tangan yang memegang erat minuman kaleng ini dan ternyata...

"Bang Dewa..." Lirihnya secara otomatis.

Sosok didepannya ini hanya memberikan senyuman tipis seperti sebelumnya sembari memberikan minuman kaleng tersebut dan langsung mengambil tempat disamping Rayn.

Angin semakin berhembus ke arah keduanya, seolah-olah sedang menyelimuti mereka dari realita. Mentari juga entah kenapa menyembunyikan dirinya, membuat suasana saat ini menjadi sangat adem dan tentram.

"Sendirian aja lu, belum dapat teman ya?" Kekehnya.

"Enak aja lu bang. Orang gua lagi nunggu teman-teman gua ke kantin." Rayn anti seanti-antinya dibilang tidak punya teman, entah kenapa itu menjadi topik yang cukup sensitif baginya. Tapi dia tidak marah kok dengan orang disampingnya ini.

"Lah kok lu kagak ikut?"

"Malas. Panas gini mending ngademin diri."

"Iyadah, tuan putri nggak boleh kepanasan hahaha.." 

Rayn yang sedetik kemudian mendengar balasan dari orang disampingnya ini langsung mencubit orang disampingnya ini. Enak aja ia dibilang tuan putri, kan normal manusia menghindari panasnya sang surya yang sangat luar biasa itu.

"Aaw...aw... iya-iya ampun dah. Kasar amat lu." Dewa yang merasa cubitan orang disampingnya ini cukup menyakitkan langsung beralih mengambil tangan sang pelaku pencubitan tersebut.

"Lembut..."

Entah suara batin siapa itu.

Rayn yang sadar tangannya cukup lama digenggam orang disampingnya ini langsung mencoba melepaskan tangannya yang syukurnya langsung dilepaskan. 

Ordinary BoyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang