Kampus rasanya dapat dikatakan sebagai rumah kedua bagi Rayn sekarang. Hampir seluruh harinya habis dilingkungan kampusnya ini, begitu juga sekarang. Rayn bersama Rakha dan Safira kini tengah mengerjakan salah satu tugas kelompok yang diberikan oleh dosennya.
Oh iya, mengenai hubungan Rayn dan juga Rakha semakin kesini semakin membaik loh. Walaupun pemuda tersebut masih bersikap dingin kepadanya tapi entah kenapa dalam beberapa kondisi ia dapat merasakan kepedulian pemuda tersebut kepada dirinya. Contohnya tadi ketika Rayn tak sengaja batuk sebab kondisinya yang memang kurang sehat, pemuda tersebut langsung membelikannya air di kantin yang jaraknya cukup jauh. Entah ini memang Rayn yang terlalu percaya diri atau bagaimana tetapi ia merasa sosok bernama Rakha tersebut sering kali melihat ke arah dirinya.
Dalam hati Rayn bersyukur hubungannya dengan pemuda aneh ini dapat membaik walau perlahan. Bagaimana pun mereka teman sekelas untuk empat tahun, waktu yang cukup panjang baginya. Sehingga sebaik mungkin Rayn mencoba untuk tidak memiliki musuh di masa-masa akhir pendidikannya ini.
Satu lagi mengenai Safira. Entah kenapa Rayn sedari tadi merasa wanita cantik ini terus curi-curi pandang pada Rakha. Rayn sejujurnya cukup paham kenapa wanita ini terus melirik ke arah Rakha.
Rakha itu bagaikan implementasi pemuda paripurna bagi setiap wanita menurut Rayn. Wajahnya sempurna, cukup tegas tapi juga tidak terlalu tegas sehingga dalam beberapa momen ia dapat terlihat cute. Tubuhnya juga ideal apalagi jika dibandingkan dengan tubuh Rayn yang kurus kering ini, jauh Rayn terbanting dengan pemuda ini. Sayangnya sikap Rakha yang terlalu cuek dan dingin menjadi poin minus dalam penilaiannya, Rakha terlampau cuek orangnya menurut Rayn tetapi sepertinya para wanita menyukai sikapnya yang seperti itu?
Kesimpulan Rayn di pagi menjelang siang ini, siapapun orangnya akan sangat beruntung ia nanti jika dapat mendapatkan hati pemuda ini. Walau sampai saat ini pandangan Rayn mengenai sikap pemuda tersebut belum berubah, freak.
"Lu makan dimana?"
"Ha?"
Entah kenapa di mata Rakha pemuda bernama Rayn ini sering kali termenung dalam berbagai kondisi. Sepertinya sudah lebih dari tiga kali pemuda ini berdiam diri dan fokus entah tentang apa dipikirannya, begitu juga saat ini. Sedari tadi Rakha memperhatikan pemuda dihadapannya ini yang entah sedang memikrkan apa. Berbagai ekspresi muncul di wajahnya selama proses termenung tersebut, seperti terlihat sedang berpikir, mengusap-usap dagunya, menggigit kukunya, mengangguk-nganggukkan kepalanya sampai ekspresi sedih seperti memajukan bibirnya.
Lucu.
Pemuda ini selalu penuh dengan ekspresi dan emosi. Sedikit berbeda dengan kebanyakan pria yang Rakha temui selama hidupnya ini.
"Udah jam makan siang ini, lu mau makan dimana?"
"Ooh... serah aja sih, gua ngikut lu aja."
"Emang gua ngajak lu?"
Fuck.
"Babi lah."
Pemuda tersebut tak pernah berhenti membuat Rayn malu. Sungguh ia sangat malu saat ini, mau ditaruh dimana mukanya ini. Huhuuu.....
"Serah dah, lu kalo mau makan pergi aja sana."
"Dih ngambekan."
"Siapa yang ngambek ha?"
Ucap Rayn dengan sensi sembari mengarahkan wajahnya ke arah pemuda tersebut. Alisnya yang bertaut, matanya yang mencoba mentap tajam di mata Rakha malah membuat pemuda didepannya ini terlihat cute?
Tanpa diduga tangan pemuda bernama Rakha tersebut menempatkan tangannya pada surai pemuda yang sedang menatapnya ini dan mengacak-ngacaknya. Memang hanya rambutnya yang diacak-acak tetapi entah kenapa hatinya juga ikut teracak-acak. Otomatis muka Rayn langsung memerah yang membuat sosok yang melihatnya melengkungkan senyumannya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Ordinary Boy
Любовные романыIni hanya salah satu dari banyaknya kisah cinta makhluk Tuhan. Bagaimana kisah ini dimulai dan bermuara entah sampai kemana. Sweat-love-sad-infinity Bagaimana kisah cinta tanpa akhir ini berjalan? dan bagaimana ini berakhir? Mari sama-sama menjadin...