Hari ini tidak ada pelajaran yang membuat otak sooji berasap, semua dilewati dengan mudah. saat bel istirahat berbunyi, sooji tetap berada di kelas untuk memakan bekalnya.
Saat sedang asyik makan, tiba-tiba dia dikejutkan oleh dayeon yang menarik kursinya dan langsung mencengkeram kerah dasi sooji. Dayeon memaksa sooji untuk berdiri dan mendorongnya ke dinding belakang kelas. Dayeon kemudian melepaskan cengkeramannya, namun langsung menarik tangan Sooji ke belakang dan mengikatnya dengan sebuah tali. selanjutnya, kepala sooji ditutup dengan sebuah kantong kain warna hitam. teman-teman sekelas yang melihat kejadian itu hanya terdiam takut untuk melerai, jaeun yang masih duduk dibangkunya pun turut melihat kejadian itu
"kan sudah ku bilang sung sooji" ucap jaeun menyesali tingkah temannya yang tidak mendengarkan dia
dayeon dan seolha menuntun sooji dan memaksanya berjalan ke sebuah ruangan. sesampainya di ruangan itu, penutup kepala sooji dibuka, terlihatlah ruangan yang cukup mewah dengan interior klasik. Ada beberapa sofa, dan sebuah meja di ruangan itu, serta deretan rak buku yang tertata rapi di sepanjang dingin.
"Ruangan apa ini, dan untuk apa kalian membawaku kemari?" tanya sooji
"kau tidak perlu tau ruangan apa ini, kami hanya ingin memberimu pelajaran" jawab dayeon dengan tegas. setelah menjawab pertanyaan sooji, Dayeon langsung mendorong sooji hingga jatuh ke belakang. mereka berdua langsung memukuli wajah dan badan sooji. Tidak ada perlawanan dari sooji karena tangannya masih diikat, dan tentu tenaga dari dua lawannya ini cukup besar, terutama seolha yang seorang atlet karate, mereka dengan mudah memukuli sooji hingga terkapar tidak berdaya. Setelah puas memukuli, seolha dan dayeon lalu melepas ikatan di tangan sooji dan meninggalkannya begitu saja didalam ruangan.
setelah mereka pergi, sooji mencoba duduk bersandar di rak buku yang ada di belakangnya. Dia merasa sekujur tubuhnya remuk hingga ke tulang-tulang. Sooji terlalu sibuk dengan rasa sakitnya hingga tidak menyadari bahwa Harin sudah berdiri di dekat dia.
"kamu tidak apa-apa?" ucap harin sembari mengulurkan tangannya untuk membantu sooji berdiri.
"apa kau yakin bertanya seperti itu? aku yakin kau kan yang menyuruh dua orang tadi memukulku" ucap sooji dengan marah , menepis tangan harin dan langsung berdiri.
"aku sudah memperingatkan mu sooji!!" jawab harin tegas
"aku tidak peduli, dan satu hal lagi harin. Pukulan dayeon dan seolha tidak ada apa-apanya bagiku. Ada hal yang jauh lebih menyakitkan dari pada itu" sooji mulai berjalan mendekati harin, mengikis jarak diantara mereka. Kini sooji dan harin berdiri saling berhadapan, Sooji bahkan bisa mencium wangi parfum yang harin pakai.
"Harin..." sooji menjeda ucapannya, mencoba berfikir sebentar dan melanjutkan kata-katanya "aku harap kau ingat alasannya"
setelah mengucapkan kalimat itu sooji lalu pergi begitu saja meninggalkan harin yang masih berdiri kebingungan dengan ucapan sooji yang aneh.
Sooji kini berada di ruangan UKS. Ruangan itu sepi, sepertinya penjaga UKS sedang pergi entah kemana. Akhirnya sooji memutuskan mencari sendiri obat untuk luka memarnya.
Sooji terlalu fokus mencari obat sampai dia tidak menyadari ada seo doah yang kini berdiri tepat di belakangnya.
"biar aku saja yang cari obatnya sooji, kau duduklah" ucap doah
"Astaga, kau mengagetkanku saja Do"ucap sooji yang sambil membalikan tubuhnya ke arah doah
"baiklah, aku akan duduk, terima kasih" lanjut sooji sembari berjalan menuju ranjang UKS
Setelah menemukan obat yang dibutuhkan, Doah lalu berjalan mendekati sooji dan mulai mengoleskan obat di luka memar sooji.
"Doah, kenapa kamu kemari? kalau harin memarahimu karena menemaniku bagaimana?" tanya sooji penasaran
"aku ketua kelas sooji, aku terkadang diminta guru untuk menemani murid yang sakit, Jadi harin tidak akan curiga" jawab doah menjelaskan.
"Ooh begitu ya" sooji mengangguk tanda paham.
Tiba-tiba saja tanpa diduga, sooji memegang kedua pipi doah, menatapnya dengan serius, melihat setiap detail wajah doah. Doah sedikit terkejut dengan tindakan sooji
"Issh sooji lepas!!" Doah menepis tangan sooji
"Hahaha, maaf, maaf. Kau lucu, rambutmu sekarang pendek," Sooji tertawa melihat muka Doah yang cemberut. Namun, ekspresi itu segera hilang, digantikan kembali dengan wajah datar Doah, dan itu mampu membuat Sooji berhenti tertawa. Doah pun kembali melanjutkan aktivitas mengobati luka Sooji yang sempat tertunda tadi.
Ruangan UKS kembali hening, Sooji tau doah tidak akan memulai percakapan jika tidak penting.
"Doah, aku dan yujin kangen" sooji menatap mata doah, tidak ada ekspresi apapun yang keluar dari wajah doah.
"seo doah" panggil sooji lagi untuk menarik perhatiannya "ayook kembali Do"
Doah yang mendengar ucapan sooji hanya diam, sorot matanya kini mulai berubah menjadi sendu. Sejujurnya, dia juga rindu dengan sooji, teman lamanya saat duduk dibangku sekolah menengah pertama. Dulu doah tidak terlalu dingin seperti sekarang, dia masih bisa berbaur dengan banyak orang, tapi masa-masa menyakitkan yang pernah dia lewati membuat doah enggan untuk kembali. Doah ingin, mereka yang termasuk bagian dari masa lalunya cukup tetap berada di masa lalunya, termasuk sooji ataupun yujin. Doah tahu mereka tidak salah apa-apa, mereka adalah orang yang baik. Namun, bagi doah mengingat kembali kenangan masa-masa bersama Sooji dan yujin di kota yang dulu pernah dia tinggali bersama keluargannya, dapat kembali mengingatkan hal yang paling menyakitkan bagi hidup doah.
Luka memar sooji kini sudah diobati. Doah segera membereskan obat-obatan yang berserakan dan mengembalikannya ke kotak p3k. Setelah semuanya rapi, dia kembali berdiri didepan sooji, menatap mata sooji yang penuh kesedihan.
"Sooji kau belum memberitahu Yujin aku sekolah disini kan?" pertanyaan doah memecah lamunan sooji.
"Belum, do" sooji menjawab pertanyaan doah dengan menundukan wajahnya menatap ke arah lantai. "aku tidak tega" sooji melanjutkan ucapannya dengan lemas, "kalau aku memberitahunya, pasti dia memaksa untuk bertemu kamu, dan aku tau kamu akan menolaknya . Yujin akan kecewa, dan aku tidak mau melihat dia kecewa doah"
Ahn yujin, sebagai Yujin