BAB 45 Damai kita

267 42 0
                                    

Sooji terbangun dengan perasaan senang. dia membuka matanya perlahan dan melihat Harin yang masih terbaring di sebelahnya, tubuhnya tertutup selimut, namun bahunya sedikit terbuka. Sooji tersenyum tipis, mengingat kejadian tadi malam bersama Harin.

"Sayang, bangun, sudah pagi," bisik Sooji lembut.

Harin perlahan membuka matanya yang masih terasa berat karena kantuk. Saat dia melihat Sooji yang tersenyum kepadanya, wajahnya mendadak memerah, malu mengingat momen malam sebelumnya.

"Kamu demam ya? Kenapa pipimu merah?" tanya Sooji dengan polos sambil menyentuh dahi Harin untuk memeriksa suhunya.

"Tidak panas," kata Sooji setelah mengecek.

"Aku tidak sakit, Sooji," balas Harin lirih.

"Lalu kenapa?" tanya Sooji dengan wajah bingung.

"Aku malu mengingat yang semalam," jawab Harin malu-malu sambil menyembunyikan wajahnya di leher Sooji.

Sooji terkekeh mendengar jawaban Harin. dia mengecup lembut puncak kepala Harin dan mengelusnya perlahan.

Tiba-tiba, ponsel Sooji berdering, memecah keheningan. Sooji segera meraih ponselnya dari meja di samping tempat tidur dan menjawab panggilan itu.

"Halo, ada apa?" tanya Sooji.

" aku, Jaeun, dan Jaehyung berencana bertemu di minimarket dekat sekolah. Kamu mau ikut? " ajak Yerim dengan antusias.

Sooji melirik Harin sejenak dan berpikir. "Boleh, tapi apa boleh aku ajak Harin?" tanyanya.

Terdengar keheningan sejenak di seberang telepon. Yerim merasa sedikit ragu-ragu. "Apakah dia tidak apa-apa?" tanyanya, mengingat masa lalu Harin dengan Jaeun yang tidak baik.

"Aku pastikan tidak apa-apa," jawab Sooji dengan penuh keyakinan.

"Baiklah, kami tunggu siang ini, ya," ucap Yerim.

"Oke," jawab Sooji singkat. Setelah menutup telepon, Sooji meletakkan ponselnya kembali dan menoleh ke Harin.

"Siapa tadi?" tanya Harin penasaran.

"Yerim. Kamu mau ikut aku?"

"Ke mana?"

"Yerim mengajak aku bertemu dengan Jaehyung dan Jaeun" jelas Sooji.

Harin mengerutkan kening. "Sejak kapan Yerim dan Jaeun jadi akrab?" tanyanya.

"Sejak kamu pergi" jawab Sooji dengan santai

Wajah Harin langsung menunjukkan ekspresi tidak suka. "Kalian senang aku pergi, ya?" sindirnya.

Sadar jawabannya salah, Sooji buru-buru menanggapi, "Tidak, tidak, aku sangat sedih saat kamu pergi."

"Jangan diingat lagi. Itu sudah berlalu. Jadi, kamu mau ikut atau tidak?" tanya Sooji memastikan.

"Iya, boleh," jawab Harin singkat.

"Kalau begitu, aku mau mandi dulu dan membuat sarapan," kata Harin sambil hendak bangun.

"Tunggu!" cegah Sooji tiba-tiba.

"Ada apa?" tanya Harin bingung.

"Aku boleh minta sarapan yang berbeda tidak?" tanya Sooji dengan senyum jahil.

"Kamu mau aku masak apa?" tanya Harin.

Sooji menggeleng. "Tidak perlu masak," jawabnya.

Harin semakin bingung. "Lalu kamu mau apa?"

"Mau kamu," kata Sooji sambil terkekeh.

Harin memutar bola matanya. "Kan tadi malam sudah," jawabnya dengan malas.

MONOCHROMETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang