Go With Your Heart

379 105 44
                                    

Malam hari itu Citra memasuki rumahnya dengan lunglai sepulang dari kantor. Wajah cantiknya terlihat lelah, kunciran rambutnya berantakan, dan matanya memerah menahan kantuk.

Sudah satu minggu Citra selalu pulang larut karena mengejar deadline pekerjaan yang diberikan Sekala. Pria itu benar-benar saklek. Bahkan cenderung sadis jika sudah memberikan pekerjaan untuknya yang notabene masih anak baru di kantor.

Citra menemukan keberadaan papanya duduk di ruang tengah sambil menonton MSNBC yang sedang menayangkan informasi stock exchange bursa efek.

Waktu sudah menunjukkan pukul sebelas malam. Citra pikir kedua orang tuanya sudah tidur. Ternyata papanya sengaja belum tidur karena menunggunya pulang.

"Kok belum tidur, Pa?" Citra menghampiri papanya dan duduk di sebelahnya.

"Anak Papa belum pulang, gimana Papa bisa tidur," ujar papanya. "Kenapa malam banget pulangnya, Sayang?"

"Lagi deadline, Pa. Capek banget."

Dengan penuh kasih sayang pria paruh baya itu mengusap-usap kepala anak gadisnya. "Lagian kamu ini aneh-aneh aja. Semua kebutuhan kamu sudah Papa penuhi. Buat apa lagi kerja?"

"Justru itu, Pa. Aku merasa hidupku nggak ada tantangannya karena selama ini Papa selalu memenuhi semua kebutuhan aku. Terbukti, kan. Baru satu bulan kerja di kantor Om Indra, aku bisa belajar banyak hal yang selama ini nggak pernah aku tahu. Salah satunya, aku udah bisa bikin teh manis dan masak mie instan sendiri."

Papa tertawa pelan mendengar perkataan Citra. "Jadi kamu ini kerja apa di sana? Jangan bilang kalau kamu direkrut sebagai office girl."

"Almost sih, Pa."

Lagi-lagi Papa tertawa. Tangannya memeluk pundak Citra dan menariknya lebih dekat. "Kamu senang kerja di sana?"

"Senang banget. Ini benar-benar dunia yang baru buat aku."

"Teman-teman kerja kamu memperlakukan kamu dengan baik?"

Citra tiba-tiba saja teringat Sekala. Selama ini hanya laki-laki itu yang selalu bersikap dingin kepadanya ketika teman-teman yang lain memperlakukannya dengan hangat.

"Semuanya baik, kok. Aku disambut hangat di sana."

"Syukurlah. Papa nggak nyangka ternyata anak gadis Papa ini sudah dewasa."

Citra tersenyum manja sambil bersandar ke bahu papanya. "Pa, aku mau cerita sesuatu."

"I'm all ears, Sweetheart."

Masih dengan posisi bersandar kepada sang papa, Citra bertanya, "How do I know if I like someone or just like the thought of liking him?"

"Just go with your heart." Jawaban Papa mengalir begitu saja tanpa perlu berpikir.

"Masalahnya aku nggak yakin apa aku suka dia atau nggak. Lagipula selama ini aku nggak pernah suka cowok duluan, Pa."

"Kamu tahu, ketika kamu mempertanyakan pikiranmu sendiri, itu berarti dua hal. Bisa jadi karena kamu bingung, atau karena kamu sedang berusaha menyangkal."

Penuturan Papa membuat Citra terdiam sesaat. Kenyataannya memang gadis itu sedang berusaha menyangkal perasaannya sendiri.

"Tell me who the guy is? Apa dia salah satu teman kerja kamu?"

Citra mengangguk. "Iya, dia teman kantor aku," ungkapnya.

"Hebat banget dia bisa bikin anak Papa sampai seperti ini."

PetrichorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang