Sakit akibat menstruasi memang mengerikan bagi sebagian wanita. Begitupun yang dirasakan oleh Citra. Setiap bulannya pada hari pertama periode menstruasi, Citra tidak bisa melakukan apa pun dan hanya mampu berbaring di tempat tidur. Bahkan untuk sekadar mandi saja rasanya malas sekali.
"Masuk," ucapnya ketika mendengar pintu kamar diketuk dari luar.
Tidak lama setelah itu muncul seorang wanita paruh baya dari balik pintu. Wajah wanita itu masih tampak cantik walaupun usianya tidak lagi muda. Dengan anggun dia melangkah memasuki kamar anaknya sambil membawa nampan berisi nasi dan sup hangat.
"Mami masak sup buat kamu supaya perutnya lebih enakan. Dimakan dulu mumpung masih hangat," tutur wanita itu sambil menyimpan nampan yang ia bawa di meja rias.
Citra memaksakan diri untuk bangun dari tempat tidur. Dengan langkah gontai ia berjalan menuju meja rias dan mulai memakan makanan yang dibawakan oleh maminya. "Makasih, Mi. Mami nggak jadi ikut Papa ke Bangkok?"
"Jadi, kok. Flight-nya masih nanti malam, jadi Mami bisa urusin kamu dulu. Kamu nggak apa-apa ditinggal ke Bangkok selama seminggu?"
"I'm not a child anymore, Mami. Lagian di rumah banyak Mbak yang nemenin aku."
"Ya sudah kalau gitu, kamu habiskan supnya. Ingat, besok nggak usah kerja dulu. Istirahat aja di rumah."
Citra mengangguk. "Iya. Aku udah izin besok nggak masuk kerja."
Keesokan harinya, menjelang sore hari, Citra sedang istirahat di kamarnya ketika seseorang mengetuk pintu kamar. Citra menyimpan bungkusan chips yang sedang ia nikmati sambil menonton serial Netflix, lalu bergegas membuka pintu kamar.
"Non Citra, ada tamu yang nyariin Non di bawah," ujar asisten rumah tangganya.
"Tamu siapa, Mbak?" tanya Citra.
"Laki-laki, Non. Kalau nggak salah namanya Sekala."
Citra terperangah. Dia sama sekali tidak menduga Sekala akan berkunjung ke rumahnya. Lagipula cowok itu tidak memberikan kabar apa-apa sehingga Citra tidak tahu menahu soal kedatangannya.
"Mbak yakin namanya Sekala?" tanya Citra untuk memastikan informasi itu.
"Kalau saya nggak salah dengar, namanya benar Sekala."
Citra keluar dari kamarnya dan berlarian kecil menuruni tangga menuju ruang tamu. Benar saja, Citra menemukan keberadaan Sekala di ruang tamu rumahnya, sedang dalam posisi berdiri sambil memperhatikan foto keluarga yang terpanjang di sana.
Dari jauh, Citra menyadari penampilan Sekala lain dari biasanya. Cowok itu terlihat keren dengan jaket kulit dan setelan kasual yang ia pakai. Sangat berbeda dengan penampilannya setiap bekerja.
"Mas, kok nggak ngabarin kalau mau ke sini?" sambut Citra, dengan riang Citra menghampiri Sekala lalu melingkarkan tangannya di leher Sekala.
Spontan Sekala balas memeluk pinggang Citra. "Aku sengaja mau kasih kejutan buat kamu. Nggak apa-apa, kan, aku datang ke rumah kamu?"
"Nggak apa-apa, dong. Aku malah senang kamu datang ke sini. Ayo, kita duduk di dalam aja."
Dengan kedua tangan yang saling bergandengan, Citra membawa Sekala menuju ruang keluarga yang suasananya lebih nyaman dibanding ruang tamu.
"Gimana perutnya? Masih sakit?" tanya Sekala setelah mereka duduk berdampingan di sofa panjang.
"Udah mendingan, kok," jawab Citra. "Maaf kemaren aku nggak sempat pamitan dulu sama kamu. Soalnya antrian mobil di area drop off lobi lagi panjang banget, jadi Pak Hadi nggak bisa berhenti lama-lama."
KAMU SEDANG MEMBACA
Petrichor
RomanceJangan biarkan perasaan ini semakin mendalam dan nyaman, untuk kamu yang hanya sebatas angan. Pergilah, menjauhlah, sebelum aku semakin jatuh karena sayang yang salah.