Bandung pada pagi hari memang indah. Sangat menentramkan dan membuat hati damai. Begitulah pemikiran Citra ketika berdiri di balkon kamar hotel pagi hari ini.
Hotel yang ia tempati saat ini berada di daerah perbukitan dengan pemandangan hijau tersaji dari balkon kamar. Citra sama sekali tidak mengira Sekala akan membawanya menginap di hotel ini, mengingat rate kamar paling murah di hotel ini tidak masuk budget yang diberikan kantor. Namun, Citra tidak mau memikirkan hal itu. Dia hanya ingin menikmati waktu liburan singkatnya di sela-sela kesibukan bekerja.
Ketika Citra masih menikmati pemandangan yang tersaji di hadapannya, ponselnya berbunyi. Citra memasuki kamar dan meraih benda itu yang tersimpan di nakas. Ternyata WhatsApp Call dari Sekala.
"Kenapa, Mas?" sapanya saat menjawab panggilan itu.
"Kirain belum bangun," sahut Sekala. "Setengah jam lagi kita turun. Sarapan dulu, lanjut checkout.
"Kok udah checkout lagi sih, Mas? Aku masih betah di sini."
Terdengar suara kekehan Sekala dari seberang telepon. "Next time kita bisa ke sini lagi buat liburan."
"Maksudnya Mas Kala mau ajak aku ke sini lagi?"
"Tadi lo bilang betah di sini. Ya udah, kapan-kapan kita bisa balik lagi ke sini."
Perkataan Sekala membuat Citra mesam-mesem sendiri. "Ya udah, kalau gitu aku mandi dulu."
"Oke, ketemu setengah jam lagi."
~~~~
Selain pemandangannya yang indah, menu breakfast di hotel itu pun luar biasa enaknya. Citra sampai melupakan program dietnya karena tidak bisa menahan keinginan untuk mencicipi semua makanan yang ada di sana. Lupakan soal defisit kalori. Citra menganggap hari ini adalah cheating day-nya sehingga dia bisa menikmati semua makanan itu sepuasnya.
"Ini apa, Mas?" tanya Citra sambil menunjuk hidangan penutup yang diambil oleh Sekala.
"Lo nggak tahu serabi?"
Citra hanya menggelengkan kepala. "Aku baru lihat," jawabnya. "Rasanya gimana? Manis atau asin?"
"Yang ini rasanya asin karena pakai toping oncom."
"Oncom?" Citra mengulangi ucapan Sekala dengan ekspresi bingung.
"Lo nggak tahu oncom juga?"
Lagi-lagi Citra menggelengkan kepala hingga membuat Sekala berdecak. "Orang kaya mana tau oncom. Cobain aja. Rasanya enak, kok."
"Emangnya nggak apa-apa aku makan makanannya Mas Kala?"
"Makan aja."
Menuruti perkataan Sekala, Citra mencicipi makanan itu sedikit sambil mengangguk lamat-lamat. "Beneran enak ternyata," komentarnya.
"Apa gue bilang. Makanan tradisional kita itu semuanya enak, Cit. Bahkan beberapa ada yang masuk daftar makanan paling enak di dunia."
"Aku suka makan makanan tradisional, kok. Tapi, memang ada beberapa yang belum familiar."
Sewaktu mereka sedang asyik berbincang, seseorang menghampiri mereka dan menyapa Sekala hingga membuat percakapan kedua orang itu terhenti seketika.
"Kal, kok nggak kasih kabar kalau kamu ke Bandung?"
Citra dan Sekala menoleh bersamaan, menemukan keberadaan seorang pria paruh baya sedang berdiri di samping meja mereka.
"Papa," sahut Sekala hingga membuat Citra sedikit terperangah. Terutama ketika laki-laki itu berdiri dan langsung disambut pelukan hangat oleh papanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Petrichor
Storie d'amoreJangan biarkan perasaan ini semakin mendalam dan nyaman, untuk kamu yang hanya sebatas angan. Pergilah, menjauhlah, sebelum aku semakin jatuh karena sayang yang salah.