"Aku baru sadar kalau ternyata kita belum banyak mengenal satu sama lain," ucap Citra.
Saat ini mereka sedang duduk di area living room apartemen Sekala sambil menonton serial Netflix. Karena sudah terlalu kerasan, Citra jadi malas pulang ke rumah dan kembali menginap di apartemen Sekala. Keduanya duduk bersandar di sofa panjang sambil berangkulan, dan Citra menyukai momen itu melebihi hari lain yang mereka habiskan bersama.
"Aku boleh tanya sesuatu?" ucap Citra lagi.
"Tanya aja. Selama aku bisa jawab, pasti aku jawab."
"Aku masih penasaran aja sama cerita Mas Kala. Sejak kapan Mas Kala tahu kalau Om Lionel bukan papa kandung Mas Kala?"
"Mungkin sekitar empat atau lima tahun yang lalu," jawab Sekala.
"Kenapa Mas Kala bisa tahu? Apa Tante dan Om terus terang dengan sendirinya?"
Sekala menggelengkan kepala. "Mama dan Papa nggak pernah membahas masalah itu sama sekali. Aku tahu kalau aku bukan anak kandung Papa, karena ada orang yang mencari aku ke kampus. Orang itu mengaku kalau dia suruhan papa kandung aku yang ingin ketemu sama aku."
"Memangnya papa kandung kamu ke mana aja selama ini? Kenapa dia baru cari anaknya setelah dua puluh tahun lebih?"
"Papa bilang, orang itu udah berusaha ketemu sama aku dari aku kecil, tapi, Papa dan Mama selalu mencegah hal itu. Mereka nggak nyangka akhirnya bisa kecolongan setelah aku kuliah."
"Apa itu artinya ayah kandung Mas Kala memang peduli sama Mas Kala? Buktinya selama bertahun-tahun dia terus berusaha ketemu kamu."
Kali ini Sekala terdiam. Napasnya menghela ketika ingatannya kembali ke masa-masa kelam itu. Masa paling buruk dalam hidupnya yang tidak ingin ia ingat lagi.
"Kamu mau tahu, siapa orang suruhan ayah kandung aku yang mendatangi aku waktu itu?"
Kedua mata Citra menatap Sekala dengan sorot penasaran. "Siapa?" tanyanya.
"Pak Hadi. Orang yang sekarang jadi supir kamu."
"Pak Hadi?" ulang Citra, tidak percaya dengan apa yang ia dengar. "Mas Kala yakin? Kejadian itu udah hampir lima tahun yang lalu. Bisa aja kamu salah orang."
"Nggak. Aku yakin ingatanku nggak salah. Namanya memang benar Pak Hadi, dan orangnya pun sama dengan orang yang bekerja sebagai supir kamu sekarang."
"Jadi, karena itu kemarin Mas Kala tanya soal Pak Hadi?"
Sekala mengangguk. "Aku sempat khawatir kamu ada hubungannya dengan ayah kandung aku. Dan waktu kamu jawab kalau Pak Hadi belum satu tahun jadi supir kamu, aku lega karena itu artinya kamu memang nggak ada sangkut-pautnya sama sekali dengan ayah kandung aku."
"Aku yakin, kok. Lima tahun lalu aku masih SMA, dan waktu itu supirku masih Pak Leo. Aku baru ketemu Pak Hadi setelah Pak Leo meninggal."
"Aku boleh minta satu hal sama kamu?" pinta Sekala kemudian.
"Bilang aja Mas Kala butuh apa."
"Aku minta kamu jangan bahas soal ini dengan Pak Hadi. Aku takut dia masih berhubungan dengan ayah kandungku dan dia mencari tahu soal aku dari kamu."
"Memangnya kamu nggak mau tau siapa papa kandung kamu?"
Dengan tegas Sekala langsung menggelengkan kepala. "Nggak sama sekali," jawabnya. "Aku nggak peduli dengan orang itu. Yang ada aku berharap dia udah mati dan busuk di neraka."
Gadis cantik yang memiliki mata bulat dengan bulu mata lentik alami itu, mengamati Sekala dalam diam. "Mas," panggilnya, kembali menarik perhatian Sekala. "Kenapa kamu membenci ayah kandung kamu sendiri sampai sebesar ini?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Petrichor
RomanceJangan biarkan perasaan ini semakin mendalam dan nyaman, untuk kamu yang hanya sebatas angan. Pergilah, menjauhlah, sebelum aku semakin jatuh karena sayang yang salah.