Glimpse Of You

309 78 12
                                    

Ekor mata Sekala tak henti memperhatikan gerak-gerik Citra yang sejak tadi berulang kali mondar-mandir di depannya tanpa menyapanya sama sekali. Bahkan, menoleh ke arahnya pun tidak, seolah dirinya hanyalah sosok tak kasat mata yang tidak terlihat.

Sekala menyadari ada yang berbeda dengan sikap Citra hari ini. Gadis itu terlihat sengaja mengabaikannya. Entah karena Citra memang sedang sibuk, atau mungkin juga karena masih pengaruh PMS sehingga mood-nya terlihat kacau.

"Lo lagi berantem sama Citra?" tembak Kemal, menyadari perang dingin yang terjadi di antara kedua sejoli itu.

"Gue aja bingung salah gue apa, Mal. Tiba-tiba aja didiemin kayak gini."

Kemal terkekeh. "Gue kasih tau ya, Kal, sebelum lo punya kekuatan bisa menembus pikiran seseorang, jangan berani-beraninya punya cewek."

"Maksud lo apa, sih?"

"Emang semua cewek kayak gitu, kan? Kalau ada apa-apa bukannya ngomong langsung, malah diem aja sambil berharap kita punya telepati jadi bisa ngerti apa yang dia mau. Kalau nggak gitu, dia cuma ngasih kode-kode, berharap kita bisa jadi Sherlock Holmes yang pinter mecahin kode."

Sekala tidak menanggapi perkataan Kemal. Makin pusing kepalanya mendengar ocehan Kemal yang nggak jelas makna dan tujuannya. Sekala pun tidak mau ambil pusing dengan sikap Citra. Mungkin pacarnya itu memang sedang banyak pekerjaan sehingga tidak sengaja mengabaikannya.

Hingga saat memasuki jam makan siang, Sekala berniat menghampiri Citra untuk mengajaknya makan siang bareng seperti biasanya. Namun, gadis itu alih-alih menunggunya, yang ada Sekala malah mendapati Citra sedang jalan bareng dengan genk perempuan menuju lift.

"Citra." Panggilan Sekala membuat Citra menghentikan langkahnya. "Kamu mau ke mana?" tanya Sekala.

"Aku sama cewek-cewek mau makan siang ke Senci," jawab Citra.

"Kenapa harus ke Senci?"

"Kak Indy bilang lagi ada promo Sushi Tei. Makanya aku mau ikut makan di sana."

Alasan yang dilontarkan Citra membuat Sekala menatapnya dengan ekspresi wajah yang seolah berkata, "Sumpeh lo?"

Sebenarnya Sekala nggak masalah kalau Citra memang ingin makan siang bareng teman-teman kantor yang lain. Hanya saja alasan yang dibuat oleh Citra terlalu mengada-ngada.

Yang benar aja Citra sengaja ingin makan siang di Senayan City demi promo Sushi Tei. Apa kabar tas Loro Piana seharga enam puluh juta yang sedang ditenteng olehnya saat ini kalau makan Sushi Tei saja harus mengejar promo?

"Oke kalau kamu mau makan bareng cewek-cewek. Tapi, nanti pulang bareng aku."

"Gimana nanti ya, Mas."

Sekala mengernyit tak suka. "Kenapa?"

"Aku lagi deadline, nggak tau beres sampai jam berapa. Udah ya, Mas. Aku udah ditungguin." Setelah mengucapkan itu, Citra langsung balik badan dan kembali menghampiri teman-temannya yang sudah menunggu di depan lift.

Kini Sekala setuju dengan perkataan Kemal bahwa perempuan itu memang membingungkan. Dan sepertinya ia harus belajar lagi untuk mengelola regulasi emosinya saat berhubungan dengan makhluk bernama perempuan.

"Ngapain lo di sini? Nggak makan bareng Citra?" tanya Kemal yang saat itu sudah bersiap turun.

"Dia mau makan di Senci sama cewek-cewek," jawab Sekala.

"Horang kayah emang beda. Padahal lagi tengah bulan tapi masih bisa makan siang di emol."

Akhirnya Sekala memilih makan siang dengan Kemal di area foodcourt yang terdapat di belakang gedung perkantorannya. Baginya, mengisi perut yang kosong lebih penting ketimbang pusing memikirkan sikap perempuan yang membingungkan.

PetrichorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang