Siang hari itu, Citra sedang mengerjakan laporan realisasi pos pengeluaran akhir quartal ketika Anaya, resepsionis kantor, tiba-tiba saja menghampiri meja kerjanya.
"Citra, Mbak Nagita mau traktir kita makan sambil karaokean nanti malam. Tolong infoin anak-anak yang lain, ya," tutur gadis itu
"Karaoke di mana?" sahut Citra.
"Di Octagon Melawai."
"Semuanya ikut?"
"Kalau bisa semuanya ikut. Lo ajakin Mas Kala sekalian."
"Kok aku yang ajak dia? Kenapa nggak kamu aja?"
“Bukannya lo lagi dekat sama Mas Kala? Kalau gue yang ajak, dia pasti nggak bakalan mau. Siapa tau kalau lo yang bujuk, dia bisa luluh."
"Gimana nanti aja, deh. Tapi aku ggak janji ya, Nay."
Anaya pun mengiyakan perkataan Citra sebelum kembali ke meja resepsionis.
Setelah kepergian Anaya, Indy menghampiri Citra dan bertanya, "Ngapain Si Naya?"
"Dia kasih info kalau nanti malam Mbak Nagita mau traktir kita makan sambil karaoke."
"Oh... Karena project kita kemaren goal kali, makanya Mbak Nagita traktir kita makan-makan sambil karaoke."
"Kak Indy ikut juga?"
"Ikut, lah. Sebagai anak kosan, mana mungkin gue menolak tawaran makan gratis."
Citra tertawa pelan. "Bener juga," sahutnya. "By the way, orang-orang kantor kayaknya udah tau aku jalan sama Mas Kala ya, Kak?"
"Risiko pacaran satu kantor, Cit, harus siap jadi bahan office gossip."
Ya, Citra sadar betul saat ini cewek-cewek di kantor tengah sibuk menggosipi dirinya dengan Sekala. Namun, Citra tidak mau menghiraukan hal itu.
Bekerja di Bluewave merupakan hal yang menyenangkan bagi Citra. Rekan kerjanya delapan puluh persen pria, dan sisanya wanita. Sebagai orang yang efisien, tentu hal itu menjadi alasan mengapa Citra senang bekerja di startup karena tidak adanya pretensi dan peraturan. Sehingga Citra berusaha mengabaikan masalah-masalah kecil yang mengganggunya selama bekerja di Bluewave.
Setelah percakapan dengan Indy, Citra menghampiri Sekala yang terlihat sedang sibuk bekerja. "Mas, nanti malam mau ikut karaoke nggak?" tanya Citra begitu tiba di hadapan Sekala.
"Siapa yang mau karaokean?" sahut cowok itu.
"Kak Indy bilang Mbak Nagita mau traktir kita makan-makan sambil karaoke karena project kemaren goal."
"Terus?"
"Mas Kala nggak ikut?"
Sebelum Sekala menjawab, Kemal yang menempati meja di samping Sekala, sudah menyahut lebih dulu. "Si Kala mana pernah ikut-ikutan acara kayak begitu, Cit," sosornya. "Empat tahun kerja di sini mana pernah dia ikut nongkrong sama anak-anak. Acara gathering aja nggak pernah ikut. Gue nih, udah temenan sama dia selama empat tahun, belum pernah diajak main ke apartemennya sekalipun. Beneran anti sosial dia mah orangnya."
Citra kembali menatap Sekala dengan ekspresi keheranan. "Beneran, Mas?"
"Nggak usah dengerin Kemal. Suka lebay dia kalau ngomong."
"Gue selepet kolor lo, ngatain gue lebay. Emang kenyataannya gitu."
"Kenapa Mas Kala nggak pernah ikut acara kantor?" tanya Citra lagi.
"Males aja," jawab Sekala tak acuh.
"Kali ini ikut dong, Mas. Temenin aku."
"Kalau kamu mau ikut, ikut aja. Ada Indy, kan?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Petrichor
RomansaJangan biarkan perasaan ini semakin mendalam dan nyaman, untuk kamu yang hanya sebatas angan. Pergilah, menjauhlah, sebelum aku semakin jatuh karena sayang yang salah.