Lionel geleng-geleng kepala karena tingkah laku anaknya yang di luar dugaan. Saat ini ayah dan anak itu sedang dalam posisi berdiri saling berhadapan, sementara Citra sudah kabur ke kamarnya setelah dipergoki sedang berciuman dengan Sekala. Gadis itu bahkan tidak berani membalas tatapan Lionel dan hanya bisa menundukkan kepala.
"Citra," panggil Lionel sewaktu gadis itu melewatinya.
Dengan malu-malu Citra mendongakkan kepala dan membalas tatapan Lionel. "Kenapa, Om?"
"Jangan lupa kunci pintu kamar ya, Cit. Om khawatir ada penyusup yang diam-diam masuk kamar kamu."
Sudah pasti pesan itu membuat Citra semakin tidak bisa membendung rasa malu. Citra hanya mengangguk sambil balik badan dan bergegas kabur ke kamarnya.
Berbeda dengan Citra, sekala tetap bersikap santai. Dia berdiri menghadap papanya dengan kedua tangan masuk ke saku celana tidur sepanjang lutut yang dipakainya saat ini.
"Kenapa sih, Pa? Kayak nggak pernah muda aja!" ucap anak muda itu santai, seolah tidak peduli dengan tatapan penuh penghakiman yang dilayangkan papanya.
"Justru karena Papa pernah muda, makanya Papa bisa tahu isi kepala kamu. Untung yang mergokin kalian itu Papa, coba kalau mama kamu, bisa-bisa langsung heboh satu rumah."
Sekala menghela napas panjang. Sadar jika papanya masih belum puas menyidangnya.
"Kamu udah 28 tahun, Kal. Sebentar lagi mau 29 malah. Papa seumuran kamu ini udah punya anak dua."
"Itu sih karena Papa aja ngebet nikahin Mama."
Lionel berdecak. "Ini anak dikasih tau yang bener malah ngeles terus."
"Pa, it's not a big deal. Nggak perlu lah dibesar-besarkan. Intinya aku dan Citra saling suka dan hubungan kamu pun bukan sekedar main-main."
"Jadi kamu serius menjalani hubungan dengan Citra?"
"Bisa dibilang gitu," jawab Sekala.
"Memangnya kalian udah pacaran berapa lama?"
"Baru semalam."
"Kamu lagi bercadain Papa apa gimana sih, Kal?"
"Aku serius, Pa."
"Kenapa kamu bisa sampai seyakin ini?"
Sekala bersandar ke tembok di belakangnya. Masih dengan posisi berdiri saling berhadapan dengan Lionel, Sekala berusaha mengungkapkan perasaannya. "Aku juga nggak tau, Pa. Aku sendiri aneh sama perasaan aku ke Citra. Padahal waktu awal ketemu dia, aku sebel banget. Sumpah. Menurut aku dia cewek paling annoying yang aku kenal setelah Uni. Tapi, lama kelamaan aku malah nyaman setiap ngobrol sama dia dan nggak nyangka kalau ternyata dia se-cheerful itu. Nggak tau kenapa, sekarang rasanya malah jadi sayang aja sama dia."
"I think it's logic karena memang siklusnya selalu seperti itu. Istilah benci jadi cinta itu kenyataannya beneran ada, Kal."
Sekala mengangguk setuju. Dia belum berkata apa-apa lagi ketika papanya kembali bicara
"Papa dukung kalau kamu memang serius sama Citra. Papa suka sama anak ini. Orangnya sangat menyenangkan, tapi tetap sopan. Dan sifat dia yang terbuka, benar-benar bisa mengimbangi sifat kamu yang terlalu tertutup."
"Yang jadi masalah, Citra bukan orang biasa, Pa. Dia aja kerja selalu diantar supir pakai vellfire," ungkap Sekala.
"Memang siapa orang tuanya?"
"Aku nggak tahu. Yang pasti mereka bukan orang sembarangan."
"Terus yang kamu permasalahkan apa?"
"Papa tahu sendiri kerjaan aku masih belum settle. Gimana caranya aku meyakinkan orang tua Citra kalau aku mau serius sama anaknya, sedangkan kerjaan aku aja masih nggak jelas gini?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Petrichor
RomanceJangan biarkan perasaan ini semakin mendalam dan nyaman, untuk kamu yang hanya sebatas angan. Pergilah, menjauhlah, sebelum aku semakin jatuh karena sayang yang salah.