*biar lebih seru, video musik di atas silahkan diputar*"Kita mau kemana, Yur?" tanya Andrea yang duduk di belakang Yuri. Kedua tangannya kini memegang sebuah tas besar diantara mereka. Ia tadinya hendak pulang setelah selesai dinas malam di rumah sakit, namun begitu akan menyebrang jalan ia bertemu dengan Yuri. Tanpa menjelaskan apapun, Yuri menyuruhnya naik ke atas motor. Lebih tepatnya memaksanya.
"Pegangan yang kuat, jangan sampai jatuh," seru Yuri sambil melirik dari kaca spion. Ia tersenyum melihat wajah Andrea yang tampak bingung. Ia lalu mempercepat laju motornya. Rasa ngantuk Andrea kini berubah menjadi rasa takut. Yuri bisa saja menabrak atau menyenggol kendaraan lain dengan kecepatan seperti itu. Andrea akhirnya bisa bernapas lega setelah laju motor melambat dan akhirnya berhenti.
"Sudah sampai," seru Yuri sambil turun dari motor.
Andrea memandang sekeliling taman yang begitu familier baginya. Yuri membawanya ke taman yang dulu pernah mereka datangi.
"Ngapain kita disini, Yur?" tanya Andrea seraya turun dari motor.
"Yok, waktu kita tidak banyak," ucap Yuri penuh semangat.
"Kamu mau melakukan apa?"
Yuri menoleh ke arah Andrea yang mengikutinya sambil bertanya.
"Mau mengucapkan terima kasih," ucap Yuri sambil mengedipkan sebelah matanya. Ia lalu berjalan menuju sebuah pohon ketapang. Tepat di bawah pohon itu, dia mengeluarkan berbagai barang dari dalam tas ranselnya. Ia mengembangkan sebuah kain lalu mengeluarkan berbagai perintilan. Mulai dari peralatan melukis, makanan dan minuman sampai bantal leher. Yuri lalu memberikan isyarat agar Andrea duduk disebelahnya.
"Piknik?"
Yuri mengangguk.
"Saya ingin mengucapkan terima kasih karena kamu sudah membantu saya selama ini."
"Dengan cara menculik saya?"
"Kalau saya penculik, tangan dan mulut kamu tidak akan sebebas itu. Sudah, ayo duduk disini."
Andrea memutar bola matanya. Ia tak habis pikir betapa nekat dan keras kepalanya gadis ini. Ia lalu melepaskan ranselnya dan mengambil posisi di sebelah Yuri.
"Jadi Yurika, saya benar-benar penasaran bagaimana cara kamu mengucapkan terima kasih," ucap Andrea sambil mengamati Yuri yang sibuk sendiri menata barang yang ia bawa ke taman ini.
Yuri menggulung seluruh rambutnya menjadi satu lalu menatap Andrea.
"Saya akan melukis kamu disini. Saya tahu kamu lelah dan ngantuk setelah dinas malam, karena itu kamu boleh tidur disini. Kalau kamu lapar ada makanan, kalau haus ada minuman ini," jelas Yuri.
Andrea tertegun lalu mengangguk. Ia tidak menyangka Yuri mempersiapkan semua ini.
"Aku harus bergaya seperti apa? Seperti Rose dalam film Titanic?"
Yuri tak bisa menahan dirinya untuk tertawa.
"Sepertinya ide bagus," ucap Yuri disela-sela tertawanya.
Andrea melepaskan kacamatanya lalu berbaring dengan gaya tokoh Rose dalam film Titanic.
"Nggak cocok!" seru Yuri.
Dibawah pohon ketapang mereka tertawa terbahak-bahak.
*****
Andrea tampak tersenyum penuh percaya diri dalam kanvas tersebut. Lukisan itu baru selesai setengah, namun kini Yuri meletakkan kuasnya di atas palet. Ia memilih untuk menikmati wajah Andrea yang sudah tertidur pulas. Tak bisa dipungkiri, ia menyukai sorot mata dan senyuman di wajahnya. Entah sejak kapan, jantungnya berdegup kencang setiap kali bertatapan dengan Andrea. Entah ini cinta atau tidak, Yuri tak mau menyimpulkannya. Yang jelas, satu hari tanpa Andrea, ia merasa ada yang kurang. Meskipun ia tahu Andrea hanya sementara ada di sini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Next Window
General Fiction"Saya itu laki-laki dan kamu perempuan. Kalau tidak ada ikatan pernikahan, kita tidak bisa tidur berdua sekamar. Kamu nggak takut saya melakukan hal-hal aneh?" Yuri menggeleng cepat. "Gue percaya sama loe," ujarnya masih sambil mengunyah makanan. "...