36. Hujan

43 5 3
                                    

"Browniesnya jangan sampai nggak dimakan loh," ujar Bu Gunawan di sela-sela perbincangan yang begitu hangat di ruang tamu. Pak Gunawan tampak menyeruput kopinya sesaat lalu mengambil sepotong brownies. Sementara di depannya, Andrea tampak tak menyentuh makanan dan minuman di depannya.

"Ini Tante masak sendiri?" tanya Nadia seraya mengunyah sepotong brownies yang ia gigit dengan penuh keanggunan.

"Iya, dong. Gimana rasanya?" tanya Bu Gunawan yang tak sabar mendengar respon Nadia, tamu mereka yang datang dari tempat jauh hari ini.

"Enak banget, Tante," ujar Nadia jujur.

"Kamu coba, sayang. Enak loh," ujar Nadia lagi sambil tersenyum manja kepada Andrea. Andrea mengangguk, namun tetap tak menyentuh brownies tersebut.

"Jadi kapan kalian akan tunangan ?" tanya Pak Gunawan sambil melihat Andrea dan Nadia bergantian.

"Oom, maksudnya..."

"Rencananya bulan depan, Om," potong Nadia cepat. Ia dengan segera menggenggam tangan Andrea yang hanya bisa pasrah perkataannya dipotong.

"Berarti begitu selesai dari rumah sakit ini, dokter Andrea langsung menetap di Jakarta?" tanya Pak Gunawan.

"Iya, Oom. Rencananya kamu akan menikah dan menetap di Jakarta. Kebetulan saya akan meneruskan klinik kecantikan Mama saya, Oom," jawab Nadia cepat.

Pak Gunawan dan Bu Gunawan mengangguk.

"Kalau begitu, nanti jangan lupa undang kami ya. Om dan Tante pasti datang. Nanti Oom ajakan Yuri juga. Semoga dia nggak sibuk," jelas Pak Gunawan yang juga diiyakan oleh istrinya.

"Kamu jangan lupa ya, sayang," ucap Nadia sambil menepuk lembut punggung tangan Andrea.

Andrea melirik Nadia sekilas. Tatapannya terlihat tidak nyaman, sangat berbeda dengan tatapan Nadia yang begitu bersemangat.

"Kamu kenapa?" bisik Nadia yang menyadari Andrea yang terlihat tidak bersemangat.

Andrea menepis tangan Nadia yang menggengam tangannya. Ia lalu menyeruput teh hangat di depannya.

"Nanti kita makan malam dulu ya disini. Kebetulan tante masak soto hari ini. Hujan-hujan kayak begini cocok makan soto yang hangat," ujar Bu Gunawan yang menyadari suasana yang canggung antara Andrea dan Nadia.

Usai berkata demikian, tiba-tiba pintu ruang tamu terbuka. Suara hujan serta dinginnya udara malam langsung menyerbu masuk bersama sosok yang basah kuyup.

Air dari pakaian Yuri yang basah langsung membasahi lantai. Ia berjalan masuk ke dalam kamarnya tanpa mengeluarkan sepatah kata pun. Semua mata kini tertuju kepadanya. Termasuk Andrea yang refleks berdiri.

"Yur, kamu dari mana? Kok hujan-hujanan begi..."

Belum selesai kalimat Bu Gunawan, Yuri menutup pintu kamarnya dengan bantingan yang sangat keras. Semua orang di ruang tamu terperanjat kaget.

"Ada apa dengan dia Bu?" tanya Pak Gunawan bingung.

Andrea segera menghampiri kamar Yuri dan mengetuknya. Berkali-kali ia memanggil nama Yuri. Namun tak ada jawaban. Sebab Yuri sedang menangis sejadinya di dalam kamar.

 Sebab Yuri sedang menangis sejadinya di dalam kamar

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Love Next Window Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang