CHAPTER XII : STAY DETERMINED TO FINISH IT

30 13 0
                                    

Mereka semua terkejut melihat seseorang di hadapan mereka, tentu saja mereka mengenalinya karena orang yang menghalangi mereka berenam adalah Joseph, kepala sekolah yang baru saja kembali dari kantor polisi.

Kepala sekolah itu menatap mereka satu persatu dengan tatapan curiga, karena tak kunjung membuka suara ia pun memulainya pertama.

“Ada apa ini? Kenapa kalian bawa tas segala dan apa isi tas kalian itu.” tanya Joseph dengan curiga.

Mereka berenam masih terdiam, mencoba menjawab namun mereka takut keceplosan, membuat Zane yang terpaksa menjawab pertanyaan kepala sekolah itu.

“Kenapa bapak bertanya seperti itu? Apa bapak takut kami akan tetap menjalankan kasus itu, bukankah bapak sudah melaporkannya ke polisi.” jawab Zane.

Jawaban dari Zane membuatnya skak mat, dari mana ia tahu jika ia sudah membuat laporan apa benar anak ini mempunyai batin yang bisa mengetahui segalanya.

Pria paruh baya itu mencoba untuk bersikap biasa saja, lalu mengambil paksa tas mereka semua, tentu saja mereka terkejut mendapat perlakuan itu secara mendadak.

“Pak kembalikan tas kami!” teriak salah satu dari mereka memohon, namun tak di indahkan pria paruh baya itu.

Kemudian, Joseph membuka semua resleting tas dan mengeluarkan semua barang-barang di dalam tas itu dengan kasar, mereka berenam hanya bisa membelalakkan mata, tak bisa berbuat apa-apa.

Kini, Joseph meraih barang tersebut dan kembali bertanya kepada mereka semua. “Apa maksudnya ini? Apa kalian tetap ingin menjalankan kasus itu?”

Tak bisa menjawab hanya terdiam saja, membuat Joseph semakin geram dengan mereka semua.

“Saya sudah bilang kalau saya tidak akan membiarkan kalian melakukan tindakan yang akan membuat reputasi saya hancur!” kesal Joseph dengan berapi-api.

Sontak mereka jadi terkejut mendengar apa yang di katakan kepala sekolahnya itu, ternyata memang benar apa yang di ceritakan oleh Zane. Joseph tak ingin kehormatannya pergi begitu saja, memang egois sekali lebih mementingkan diri sendiri daripada keselamatan orang lain.

“Pak, jika kita hanya diam saja dan tidak membantu. Semua orang akan dalam bahaya termasuk murid-murid bapak,” ujar Keanu.

Joseph tersenyum sinis. “Hah dari mana  kamu tahu, jika itu akan terjadi?” tanyanya lalu melirik satu murid yang ia sangat ia kesali. “Apa anak ini yang mempengaruhi kalian semua, sehingga kalian menjadi seperti ini!” lanjutnya sambil menunjuk Zane dengan amarahnya.

“Bapak bisa saja fitnahnya, aku suka di fitnah seperti itu. Bapak cocok sekali bermain sebagai aktor film fitnah-fitnahan.” ucap Zane yang menerima segala fitnahan dari kepala sekolahnya.

Bukannya menjawab ucapan Zane malah makin memfitnah pria itu dengan membalikkan keadaan. “Kalian semua, jangan dengarkan dia. Dia akan membahayakan diri kalian semua, dia yang lebih mementingkan dirinya sendiri. Atau jangan-jangan dia sendiri yang melakukan pemujaan setan itu, lalu membuat rencana yang akan membuat kalian tertarik ikut dengannya dan kalian pun akan termasuk menjadi tumbalnya.”

Perkataan dari Joseph membuat semuanya tercengang, fitnahnya tidak main-main. Kenapa kepala sekolahnya berubah, apa yang membuatnya berubah menjadi seperti ini.

Keanu tersenyum miring lalu merencanakan sesuatu. “Kami sudah mendengarnya pak, dan apakah bapak mau tahu jawabannya?” tanya Keanu membuat semua menengok ke arahnya dan diangguki oleh Pak Joseph.

ia terdiam sejenak lalu menjawab. “Sayangnya kami tidak percaya dengan apa yang di ucapkan bapak!” jawaban Keanu membuat mereka merasa lega, mereka kira Keanu akan berpihak pada Joseph ternyata sebaliknya.

𝐙𝐀𝐍𝐄 [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang