04. Tidak bisa menolaknya

241 24 4
                                    

Malam ini setelah Zeraya mendapatkan pesan dari dewan pesantren bahwa ada santriwati yang ingin loloskan diri dari pesantren.

Kini santri tersebut di hadapkan kepada Zeraya di area ndalem, dirumah kini Zahira, Zayara yang berada di ruang tamu menatap santri tersebut yang duduk dan menundukkan pandangannya.

"Apa alasan kamu ingin kabur dari penjara suci ini? Apa kamu ada masalah?" Tanya Zahira kini menatap Santriwati tersebut.

"Iya" jawab Santri tersebut. "Gue, eh maksudnya. Aku bukan, Saya. Selalu di perilakukan kasar oleh teman-teman asrama" Ucap Santriwati tersebut.

"Siapa namamu?" Tanya Zahira sekali lagi.

"Veira Arana Zeniara" jawab gadis tersebut.

"Dan saya juga tidak suka Ustadzah Ashiya, karna dia adalah Ustadzah yang tidak adil" Ucap Veira kini membuat Zahira menatap Zeraya.

"Tidak adil bagaimana?" Tanya Zeraya dengan tegas.

"Sore tadi dia memarahi saya, karna saya terlambat jama'ah di masjid padahal saya sudah bilang bahwa saya disuruh oleh teman-teman asrama membersihkan kamar saat itu" Ucap Veira membuat Zeraya mengangguk paham.

"Dan juga saya tidak suka dengan Ustadz disini" Ucap Veira kini menatap Zahira dan Zeraya.

"Siapa? Dan sebab apa?" Tanya Zahira.

"Karna-"

"Assalamualaikum"

Semua orang menatap kedatangan Gus Azzam, Hisyam dan, Arka. Hisyam pun terkejut ternyata gadis itu, menatapnya dengan penuh kebencian.

"Dia, Ning" Ucap Veira kini menunjuk kearah Hisyam.

"Hisyam?" Batin Zeraya kini bingung maksud santriwati tersebut.

"Dia percaya kepada Ustadzah Ashiya, dia memberikan saya hukuman lebih kali lipat setelah saya dihukum oleh Ustadzah Ashiya!" Ucap Veira kini menatap Hisyam dengan tajam.

"Bukan seperti itu, kamu jangan pernah memfitnah Saya maupun Ustadzah Ashiya. Saya tahu kamu adalah santri baru, dan juga saya tidak pernah menghukum santri tanpa ada saksi mata. Saya tahu kamu berusaha mencari kesalahan orang lain demi menutupi kejahatan yang telah kamu buat sendiri" Ucap Hisyam kini tidak menatap wajah Veira namun ia langsung pergi dari ruang tamu.

Zeraya pun menghela napas, ia menatap Gus Azzam dan kini Zeraya mulai membisikkan sesuatu kepada Gus Azzam hingga membuat pria tersebut mengangguk dan pergi menghampiri Hisyam.

"Nak, Saya hanya mau kamu jujur. Bukan memfitnah orang lain, saya tahu kamu masih baru melihat lingkungan disini" Ucap Zeraya kini membuat Veira hanya terdiam menatapnya.

"Saya ndak betah tinggal disini, saya bukan seperti santri yang menuntut ilmu. Tapi seperti pembantu" Ucap Veira kini dengan isakan tangisnya membuat Zahira pun langsung menatap Arka yang kini menggeleng menatap Zahira.

"Saya yang akan membantu kamu mendapatkan keadilan, Nak. Kamu jangan takut ya, disini kamu mendapatkan ilmu bukan mendapatkan siksa dan pembullyian" Ucap Zeraya kini membuat Veira langsung mengangguk.

~~~~🌻🌻🌻~~~~

Gus Azzam pun masuk ke dalam kamar Hisyam, disana Hisyam yang sedang berdiri menatap jendela kamarnya.

"Hisyam" panggil Gus Azzam kini membuat Hisyam langsung menatapnya.

"Abba?" Hisyam pun segera menghampiri Abbanya, kini Gus Azzam pun langsung duduk di sofa.

"Hisyam, mungkin kamu harus belajar dari Abba. Bagaimana menjadi pemimpin yang baik, yaitu bukan hanya kerja di luar pesantren namun kamu juga harus pikirkan kerjamu di dalam pesantren ini. Jangan pernah menghakimi orang lain sebelum kamu menemukan titik terangnya sendiri" Ucap Gus Azzam kini membuat Hisyam mengangguk.

Dia Adalah Gus HisyamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang