23

1.5K 150 7
                                    


Happy reading

•••

"Ya udah deh aku minta maaf, aku ngaku salah. Btw kamu kurang tenaga kenapa? Apa karena kamu selam ini ga aku kasih nafkah batin?" Zean tersenyum dengan menaik turunkan alisnya menggoda Chika. Satu kata yang Chika pikiran saat ini "menyeramkan"

"Iisshh apa sih zee. Udah ah aku capek ladenin kamu." Cetus Chika

"Oohhh capek" gumam Zean manggut-manggut paham.

Tanpa banyak bicara lagi Zean langsung menggendong chika ala bridal style, yang membuat Chika terkejut.

"Apaan sih zee, heran aku tuh!. Turunin ga!" Ucap Chika


"Katanya tadi capek, makanya aku gendong aja biar ga capek naik tangganya" alasan yang di berikan Zean membuat Chika makin kesal.

"Kan aku bilangnya aku capek ladenin kamu, bukan aku bilang kalau aku capek buat pergi ke kamar!" Sungut Chika yang sekin memberontak. Tapi zean malah mengeratkan gendongannya.

"Shuutt, diem! Tadi siapa yang bilang tulangnya kayak jelly? Udah diem anteng aja!" Ucap Zean

Chika diam, tak mengeluarkan sepatah katapun. Dia pasrah mau dibawa kemana dia oleh Zean.

Dari kejauhan terdapat bi Ijah yang melihat beberapa kejadian yang terjadi di rumah majikannya.

Mulai dari mereka datang, ribut, sampai Chika digendong pun bi Ijah melihatnya. Bi Ijah tersenyum melihat itu.

"Lucu banget sih mereka berdua, cinta kok gengsi"

"Ini udah sampai kamar, turunin sekarang!" Titah Chika tapi bak angin lalu di pendengaran Zean.

Zean membuka pintu kamar mandi dan menaruh Chika di sana dengan pelan-pelan. " Dah, sana mandi"

"Iya, tapi kamu minggir dong. Ngapain masih disini?" Heran Chika

"Ga mau mandi bareng, biar hemat air" canda Zean menaik turunkan alisnya.

"Ga-ga ada, mandi sendiri-sendiri" ucap Chika seraya mendorong badan zean agar tak berada di pintu kamar mandi. Zean terkekeh, ia berhasil menjahili Chika.

Tak membutuhkan waktu lama Chika keluar dari kamar mandi dengan handuk kimono yang membalut tubuh polosnya. Tadi Chika tak sempat membawa baju ganti, jadi mau tidak mau ia harus memakai handuk itu.

Zean mati-matian melawan hawa nafsu yang semakin membara. Ia tak mau merusak Chika saat ini. Cepat-cepat lah dia masuk ke dalam kamar mandi. Ngapain? ya sesuai dengan imajinasi kalian ajalah.

Pagi hari yang indah menyelimuti kamar Chika. Cahaya matahari yang lembut menembus tirai tipis, menciptakan sinar keemasan di sudut-sudut ruangan.

Di ranjang besar, sepasang suami istri masih terlelap dalam pelukan satu sama lain, posisi mereka begitu dekat, seakan tak ingin terpisahkan oleh waktu.

Perlahan, Chika mulai membuka matanya, merasa hangat dan nyaman dalam dekapan suaminya. Ia memandangi wajah Zean yang tenang, lalu mengerucutkan bibir, mencoba menahan senyum yang nyaris muncul.

"Bangun nggak sih, Zean...?" bisik Chika, sedikit malas dan berpura-pura tidak peduli.

Zean membuka mata perlahan, menatap Chika dengan senyum tipis. "Pagi, sayang..."

Chika mendengus kecil, lalu memalingkan wajahnya sedikit. "Siapa juga yang sayang? Aku cuma ngebangunin aja, bukan apa-apa."Zean tertawa pelan, menarik Chika lebih dekat.

"Biar gimana pun, aku tetap bersyukur bangun dengan kamu di sini."Chika merasa pipinya memanas, tapi tetap mempertahankan wajah datarnya.

"Terserah kamu aja deh... Tapi, kita nggak ada rencana apa-apa hari ini, kan?"

Zean mengusap punggung Chika dengan lembut. "Nggak ada. Kita cuma di sini aja, menikmati waktu berdua. Kamu nggak keberatan, kan?"

Chika menatap Zean sebentar, lalu pura-pura mengangkat bahu. "Ya... kalau kamu nggak keberatan sih, aku juga nggak masalah."

Zean tersenyum lebih lebar, menatap Chika dengan penuh kasih. "Aku nggak butuh apa-apa lagi selain kamu."Chika menggigit bibirnya, berusaha menahan senyumnya yang akhirnya menyerah.

"Iya-iya, aku tahu. Jangan lebay." Ucap Chika

Mereka berdua kembali terdiam, menikmati keheningan pagi yang sempurna, di mana tidak ada kata-kata yang harus di ucapkan lebih lanjut.

£

Di markas Aderfia yang biasanya penuh dengan hiruk-pikuk dan kesibukan, pagi itu terasa berbeda. Ollan dan Onel duduk di sofa besar di tengah ruangan, saling bersandar, dengan wajah yang tampak begitu bosan.

Ollan menguap lebar, menatap langit-langit seakan mencari inspirasi dari sana. "Onel, lo pikir kita mau ngapain hari ini?"

Onel angkat bahu, "Gue juga bingung, lan. Otak gue kayak lagi mogok."

Ollan mendengus, "Sama. Markas ini biasanya penuh kegiatan, tapi sekarang kayak nggak ada yang perlu dikerjain."

Onel merebahkan diri sepenuhnya di sofa, "Kadang-kadang, nggak ada tugas juga bikin bosen, ya?"Ollan menatap Onel yang tampak nyaman.

"Gue rasa lo kebanyakan santai, makanya jadi males." Ucap Ollan

Onel memiringkan kepala, "Bukannya lo juga malas sekarang?"Ollan tersenyum,

"Ya, mungkin. Tapi, kita nggak bisa gini terus, nanti malah jadi nggak produktif." Kata Ollan

Onel menutup matanya lagi, "Kadang-kadang rebahan juga penting, bro. Lagian, produktif terus juga capek."

Ollan menggeleng sambil tertawa kecil. "Ya udah, kita nikmatin aja kemalasan ini dulu. Tapi, jangan kebablasan."Onel buka mata dan memandang bantal yang dilempar Ollan.

"Oke, kentang goreng, kalau gitu, rebahan aja sambil mikir-mikir. Gue sih belum kepikiran apa-apa selain makan." Ujar Onel

Ollan ikut berbaring di sofa. "Ya udah, kita enjoy aja dulu nyantai gini. Sampai kita kepikiran tentang hal-hal yang lebih seru yang bisa kita lakuin"

Keduanya kembali terdiam, menikmati suasana markas yang sepi sambil membiarkan waktu berlalu dengan santai.

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

Malam Minggu ku terus tidur, tidak lupa ku up cerita. Habis up ku terus tidur lagi~

Itu pakek nada bangun tidur ku terus mandi itu loh, agak ga nyambung sih tapi ya udahlah udah malam, waktunya tidur. Kalian juga tidur loh jangan begadang Mulu kasian badan kalian.

See you next chapter 💫✨🦖🐟
👋🏼

Masih SMA kok udah nikah?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang