Pertukaran

54 5 0
                                    

Minjeong terbangun dari tidurnya. Ketika berusaha mengumpulkan kesadarannya, dia dikagetkan dengan tulisan memenuhi kedua lengannya. Tertulis dengan spidol hitam tebal.

‘Kim Min Jeong? Siapa kau sebenarnya?’

Minjeong tidak mengerti maksud dibalik tulisan tersebut. 

“Kakak, tumben kau tidak menghabiskan waktu memandangi diri sendiri di depan cermin... Cepat bangun! Sarapan sudah siap.”

“Aku melakukan apa?! Yah! Kembali ke sini!”


.

.

.


“Selamat pagi.”

Minjeong membuka pintu kelas sambil mengucapkan salam. Tapi respon yang dia dapatkan adalah pandangan tajam dari seisi kelas. Sebenarnya tidak semuanya memandang tajam, beberapa memandang dengan ekspresi datar, bingung, dan khawatir. 

Minjeong langsung berjalan menuju tempat duduknya, sesekali menengok ke arah teman temannya, sesekali menundukkan kepala. 

“Ning, kenapa mereka melihatku seperti itu?”

Minjeong bertanya kepada NingNing yang duduk bersebelahan dengan mejanya.

“Yah… Kemarin kau membuat heboh, kau tidak ingat?”

“Hah?” 






“Hei, kalian melihat poster pemilihannya?”

“Aku tidak peduli siapa yang menang.”

“Yang banyak uangnya pasti yang terpilih.”

“Cih- ada orang yang hidup bergantung pada pemilihan itu loh.” 

“Hihi hihi”

Saat ini kelas sedang melakukan praktik melukis. Terdengar beberapa anak tengah menggosip perihal pemilihan walikota, diikuti dengan tawa ejekan. 

“Mereka sedang membicarakanku, kan?”

Tanya ‘Minjeong’ pada Ningning di sebelahnya, memastikan sesuatu. 

“Hmm.” Jawab Ningning lirih, tampak wajah khawatirnya memperhatikan ‘Minjeong’. ‘Minjeong’ menghela napas dan meletakkan kuasnya. 

“Tunggu, Min-”

Belum sampai selesai Ningning mencoba memperingatinya. ‘Minjeong’ mengangkat kakinya dan menendang meja di depannya sampai terbalik. Membuat wajah beberapa siswa yang tadi menggosip tentangnya menjadi merah padam. 

Beruntungnya saat itu kelas sedang tidak dihadiri oleh ibu guru. 






“Aku melakukan apa?!” Begitulah reaksi Minjeong sesaat setelah mendengar semuanya. 

Mereka bertiga kini tengah berjalan bersama. Saat diperjalanan pulang Ningning menceritakan apa yang terjadi kemarin di sekolah.

“Apakah kau benar - benar tidak bisa mengingatnya?” Tanya Yedam 

Minjeong hanya bisa tergeleng lesu. Dia tidak bisa mengerti apa yang terjadi pada dirinya akhir akhir ini. 

Tiba - tiba dia teringat sesuatu. 

“Ningning, Yedam, aku pulang duluan, ya. Ada sesuatu yang harus aku lakukan. Sampai jumpa besok~” Ucap Minjeong lalu berlari meninggalkan kedua temannya.

“Ya..” 

“Hati - hati!”



.

.

.



Jimin menyadari sesuatu.

Dia mulai membuka aplikasi catatan harian di ponselnya. Jimin membaca satu persatu catatan itu. Dari cara penulisannya dia bisa menyadari jika catatan - catatan itu seperti ditulis oleh dua orang. Dialeknya, pemilihan katanya, emoticon-nya, tidak salah lagi.

“Jangan - jangan, kami benar - benar…..”

Di sisi lain, Minjeong melihat - lihat buku catatan sekolahnya. Dia membuka lembar demi lembar. Tertulis di sana, tanggal, catatan materi, gambaran, dan coretan tidak jelas. Dari tulisan tangannya bisa dipastikan itu bukan tulisan tangan Minjeong. 

“Tidak salah lagi…”

“Di mimpi kami, aku dan Jimin…”

“Di mimpi kami, aku dan Minjeong…”

“BERTUKAR TUBUH?!”



.

.

.




“Aku mulai mengerti yang terjadi. Jimin, Yoo Jimin adalah gadis yang tinggal di Seoul.”

“Aku dan Minjeong bertukar tubuh secara acak  beberapa kali dalam seminggu, polanya tidak pasti. Pemicunya adalah tidur. Penyebabnya tidak diketahui.”

“Ingatanku ketika bertukar tubuh mengabur saat aku bangun.”

“Tapi sudah pasti bahwa kami bertukar tubuh. Itu dapat dilihat dari reaksi orang di sekitar kita. Karena itu…”

“Karena itu, kami memutuskan membuat peraturan untuk melindungi kehidupan kami. Hal - hal yang perlu diperhatikan saat pertukaran tubuh dan larangan - larangannya.”

/Ponsel Minjeong/
Tidak boleh mandi
Tidak boleh menyentuh badan 
Tidak boleh melihat area tubuh yang tertutup
Tidak boleh terlalu dekat dengan Bang Yedam atau anak laki - laki lain

/Ponsel Jimin/
Jangan menghabiskan uang 
Jangan pakai dialek
Jangan telat latihan
Jangan terlalu dekat dengan trainee senior ataupun trainee laki - laki

“Kami juga setuju untuk memberikan laporan di ponsel masing - masing.”

“Kami bekerja sama menghadapi fenomena aneh ini. Tapi..”

“Tapi…”

“Yah! Jangan main - main!” - Jimin & Minjeong

Sepertinya kerjasama kali ini tidak akan berjalan dengan mudah. 


.

.

.


“Yah! Perhatikan rokmu ketika bertingkah!”

“Jangan menghabiskan uang di kafe!”

“Yang makan tubuhmu~ Lagipula aku harus latihan, menjadi trainee tidak gampang tau!”

“Menganyam benang sangat susah. Ini membuatku frustasi!”

“Yah! Kau bermain basket?!”

“Kau memerlukan sedikit olahraga~”

“Hari ini aku menghabiskan waktu dengan Kak Koeun. Kalian berdua jadi sangat akrab!”

“Awas kau, Kim Minjeong! Berhentilah mengubah hubunganku dengan orang sekitarku!”

“Yah! Jimin-ah! Ada apa ini?! Kenapa ada cewek yang menyatakan cinta padaku!”

“Mau bagaimana lagi… Saat aku jadi kau, kau jadi lebih populer.”

“Jangan sombong dulu! Kau sendiri masih jomblo!”

“Kau juga jomblo!”

“Aku…” 

“Aku…” 

“Aku jomblo karena aku menginginkannya!” - Jimin & Minjeong 

Pertempuran melalui catatan harian ini sepertinya lebih tegang dari yang diperkirakan.

Your Name (Jiminjeong / Winrina AU)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang