Trainee

66 4 0
                                    

Mata 'Jimin' berbinar melihat interior kafe tersebut. Dia tak henti mengagumi apa yang ada di dalam kafe ini, hingga daftar menu yang digenggamnya ia abaikan.

“Jimin..”

Tidak ada jawaban dari si pemilik nama 

“Jimin…” 

Masih tidak ada jawaban

“Hei-”

“Ah! Iya ada apa?” Minjeong akhirnya tersadar setelah larut mengagumi kafe ini. Dia juga lupa kalau sekarang dia bernama Jimin.

“Kau lupa namamu lagi? Kau sudah memutuskan akan memesan apa?”

“Ah iya, tunggu sebentar” ‘Jimin’ mulai membaca daftar menu. 

“Wah, harganya bisa untuk biaya hidupku selama sebulan” Gumamnya pelan namun masih cukup keras untuk didengar dua orang di sampingnya.

“Memangnya kau hidup di jaman apa?” Balas Aeri

Minjeong nampak berpikir keras dan tidak menanggapi Aeri. Dia bimbang apakah harus memesan atau tidak karena harganya yang benar - benar tidak masuk akal baginya.

“Biarlah, toh ini juga mimpi.” Sorak ‘Jimin’ tiba - tiba yang membuat dua orang temannya hanya bisa memasang raut wajah bingung. 

.

.


Setelah pesanan mereka sampai, mereka mulai menikmatinya. Sesekali mengobrol dan membahas topik yang Minjeong benar - benar tidak tahu. Sepanjang obrolan dia banyak diam, sesekali mengangguk dan menjawab singkat. 

/Drrtt drttt/

Ponsel Jimin bergetar. 

“Latihan..” Gumam 'Jimin' pelan, membaca deskripsi alarm pengingat di ponsel itu. 

“Yah! Bukannya ini waktunya kau latihan?”

“Cepat pergi atau mereka akan mencari trainee lain.”

“Trainee? Aku seorang trainee?!” Tanya ‘Jimin’ bingung membuat kedua temannya menjadi lebih bingung. 

“Apa kau bercanda? Cepat pergi!”

‘Jimin’ yang panik segera mengemas barangnya dan berdiri dari tempatnya. 

“Baiklah aku pergi sekarang. Dahh..” 

“Bye~” 

“Hati - hati di jalan.”

‘Jimin’ beranjak dari tempat itu dan menuju pintu keluar. Namun ada satu hal yang mengganggu pikirannya, membuatnya berbalik arah ke kedua temannya. 

“Ehm, aku trainee di mana ya?”

“Hahh..” Respon bersamaan Aeri & Yeji, tidak percaya dengan apa yang mereka dengar. 


.

.

.


SM Entertainment 

Bingung, senang, khawatir, bersemangat. Minjeong tidak tahu bagaimana mendeskripsikan perasaannya sekarang. Dia sekarang seorang trainee di agensi terbaik di Korea. Tidak pernah terpikirkan olehnya tentang menjadi trainee. Dia tidak pernah menyangkal bahwa dia suka bernyanyi dan menari. Satu - satunya pengalaman menari di depan umum yang dia miliki adalah menari untuk ritual keluarga. Selebihnya menyanyi dan menari dia lakukan di dalam kamarnya. Dia sangat ingin mengikuti klub menyanyi di sekolahnya, namun kegiatannya di klub matematika dan kegiatannya di kuil tidak memberinya banyak pilihan. 

Baginya mimpi untuk tinggal di Seoul sudah cukup berat untuk terwujud. Menjadi trainee idol menurutnya adalah suatu kemustahilan. Tapi disinilah dia sekarang. Di tempat terbaik pelatihan idola.

“Ini terlalu bagus untuk menjadi kenyataan -eh mimpi. Bahkan terlalu bagus untuk jadi mimpi….”

“Yu Jimin!” Panggil seseorang sambil menepuk pundaknya.

“Eh- Halo.”

“Mengapa bengong di sini? Ayo masuk latihan sudah hampir dimulai.”

Gadis yang tidak dia ketahui namanya itu menarik ‘Jimin’ masuk ke gedung itu.

.

.

.

Di dalam ruangan banyak sekali trainee. Ada yang melakukan peregangan, ada yang berlatih menari, ada yang berlatih vokal, dan ada yang sudah terlihat lelah. Keadaan ini membuat Minjeong gugup. 

Bagaimana kalau aku mengacaukannya…

Tapi ini cuma mimpi, kan? Semuanya pasti akan baik - baik saja, aku hanya harus menampilkan yang terbaik.

Minjeong berusaha meyakinkan dirinya. Toh kalau dipikir - pikir ini adalah kesempatan emas, kapan lagi bisa bermimpi menjadi trainee di SM Entertainment? 

‘Jimin’ mulai membuka ponsel.

Jimin, maafkan aku karena membuka ponselmu. Aku harap kau memahaminya

Dia membuka aplikasi pemutar lagu. Tangannya mengetikkan sebuah judul lagu dari grup perempuan paling berpengaruh di Korea. Minjeong sangat menyukai lagu dan koreografinya. Dia selalu menyanyikan lagu itu setiap kali ingin menyanyikannya; di tempat tidur, di dapur, di halaman rumah, di mana - mana. Dia terlalu malu untuk menarikan di publik. Walaupun dia sering menari di perayaan, tapi itu untuk tarian tradisional. Tetapi dia masih sering menarikan tarian lagu idola itu, walaupun sambil sembunyi - sembunyi. 

“G-e-n-i-e... Oh, sepertinya Jimin juga menyukai lagu ini.”

Gumamnya ketika mengetahui lagu tersebut tersemat simbol hati.

'Jimin' mengambil earphone di tas sekolahnya. Memasangkan ujungnya di ponsel dan kedua ujung yang lain di telinganya. 

Baiklah, aku hanya perlu menari dengan lepas. Jika perlu aku juga akan bernyanyi

Minjeong mengambil napas dalam - dalam. 

Bagaimana pun ini hanya mimpi. Tidak ada yang benar - benar melihatku menari.

Tanpa dia sadari beberapa pasang mata mengawasinya. Sebagian mengobservasi, sebagian kagum, dan sebagian melihat dengan mata berbinar. 


.

.

.


Kini ‘Jimin’ sudah ada di kamarnya.

Dia langsung membaringkan tubuhnya di kasur karena kelelahan. Sepertinya ini pertama kalinya dia menari sebanyak dan se-energik ini. Setelah selesai menari dan menyanyikan ‘Genie’, trainee lain menjadi heboh dan bersorak-sorai. Banyak yang kemudian mengajaknya berlatih menari bersama - sama. Anehnya saat itu dia tidak merasa lelah sama sekali, sehingga dia menyetujui semua ajakan berlatih menari dan bernyanyi bersama. Saat ini lelah dan sakitnya baru terasa menjadi - jadi. 

“Lelah sekali … Bukankah di alam mimpi seharusnya tidak bisa merasakan sakit dan lelah?”

‘Jimin’ mengambil ponselnya. Melihat - lihat isi ponsel itu.

“Oh, dia sering menulis catatan harian.”

‘Jimin’ tidak membaca catatan harian tersebut, jarinya terus menggeser cepat layar ponsel yang menampilkan tanggal - tanggal Jimin menulis catatan harian. 

“Sepertinya dia sangat terorganisir.”

Hal itu memunculkan ide di kepalanya. Dia membuka halaman baru pada aplikasi catatan harian tersebut. Jarinya mulai menuliskan tanggal dan peristiwa - peristiwa yang terjadi hari ini. Setelah selesai menuliskan semuanya, ia teringat akan sesuatu.

(Siapa namamu?) Tertulis di halaman buku catatannya

Dia mengambil spidol di meja dan mulai menuliskan sesuatu di telapak tangan Jimin

‘Kim Min Jeong’

Tiba - tiba pandangannya mengabur dan dia merasa sangat mengantuk.

Your Name (Jiminjeong / Winrina AU)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang