Pertemuan 2

45 5 2
                                    

'Minjeong' tidak bisa melanjutkan lebih jauh lagi dengan sepeda.

Begitu pikiran itu terlintas di benaknya, roda depan menabrak akar pohon dan lepas kendali. Reflek, 'Minjeong' meraih batang pohon di dekatnya saat sepeda itu terjatuh dari tubuhnya, sepeda mendarat di tanah sekitar tiga meter di bawahnya dengan benturan keras. Semua rodanya bengkok.

"Maaf, Yedam"

Gumamnya sambil mulai berlari di jalan setapak.

"Mengapa aku lupa? Kenapa aku tidak bisa mengingatnya selama ini?"

Saat berlari, Jimin berkonsentrasi pada kenangan yang muncul dari dalam dirinya.

"Minjeong. Pada hari itu, kamu-"

.

.

.

"Jimin.. Yoo Jimin"

Minjeong mengulangi nama Jimin dalam hatinya. Dia tidak tahu bagaimana cara mendekatinya, dia berdiri tepat di depan Minjeong namun tidak menyadarinya. Ekspresi seperti apa yang harus dia tunjukkan padanya? Minjeong berpikir dan berpikir dengan sangat serius. Dan kemudian, memasang tersenyum terbaiknya, dia berbicara.

"Yoo Jimin."

Jimin yang kaget karena namanya dipanggil tiba-tiba, menengok ke sumber suara tersebut. Tinggi badan mereka hampir sama. Tepat di depan mata Jimin ada sepasang lainnya, terbuka lebar.

"Iya?"

Minjeong bingung, begitu pun dengan orang di depannya

"Eh?... kamu tidak... ingat aku?"

"Siapa kamu? ...."

Rasa sesak memenuhi dada Minjeong. Wajahnya memunculkan semburat merah muda. Dia mengalihkan pandangannya ke bawah. Dengan suara yang nyaris tak terdengar, dia bergumam

"Ah... maaf..."

Kereta bergetar hebat. Para penumpang menjaga keseimbangan, tapi tidak sempat bagi kedua gadis yang sedang berdiri berhadapan.

Mereka berdua terhuyung ke depan, mengikis jarak keduanya. Kedua tangan mereka memegang lengan atas satu sama lain, tidak membiarkan salah satunya terjatuh.

Kata 'Maaf" mereka gumamkan, yang dibalas senyuman canggung.

Minjeong dengan putus asa memutar otaknya, yang telah jatuh ke dalam keadaan kacau.

"Kau adalah Jimin, tapi kenapa? Mengapa kamu tidak mengenaliku?"

Keheningan yang canggung terjadi di antara mereka

Penyiar menginfokan tentang pemberhentian stasiun berikutnya tidak lama lagi. Minjeong merasa agak lega sekaligus sangat sedih di saat yang bersamaan. Tapi dia tidak bisa tinggal di sana lebih lama lagi.

Pintu terbuka, dan Minjeong bersiap turun dari kereta bersama beberapa orang lainnya. Melihat punggungnya bergerak semakin jauh, sebuah pikiran tiba-tiba muncul di benak Jimin.

"Apakah gadis ini adalah seseorang yang harus kukenal?"

Tergerak oleh dorongan yang tidak dapat dijelaskan namun sangat kuat, Jimin berteriak,

"Hei tunggu! Siapa namamu?"

Minjeong berbalik, tapi gelombang orang yang ingin keluar kereta terus membawanya semakin jauh. Dia membuka ikatan tali tradisional yang mengikat rambutnya, mengulurkannya pada Jimin, lalu berteriak.

"Minjeong!"

Reflek, Jimin mengulurkan tangannya. Pita itu berwarna oranye cerah, seperti sinar matahari sore yang tipis menyinari gerbong kereta yang redup. Jimin mendorong tubuhnya ke kerumunan dan dengan kuat menggenggam tali itu.

Your Name (Jiminjeong / Winrina AU)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang