Prolog

88 4 0
                                    

Aku berjalan di koridor rumah sakit sambil menenteng tas yang berisi beberapa pakaian milik kakakku, Nayna, yang sedang dirawat karena penyakit tipes dan anemia. Selama aku berjalan bau obat-obatan sangat menusuk ke dalam hidungku. Sesungguhnya aku benci bau ini, baunya begitu membuat kepalaku pusing.

"Bau sialan!" gumamku.

Akhirnya aku sampai di depan kamar kakakku. Aku pun menghela nafas panjang sebelum memasuki kamar kakakku.

"Hai honey," sapa ibuku, Angela.

"Hai mom," balasku sambil memeluk tubuhnya yang begitu ramping.

"Hai Nayna," sapaku.

"Hai," balasnya dengan senyuman tipisnya.

Nayna terlihat begitu tidak sehat. Ia terbaring lemah tak berdaya, wajahnya begitu pucat, Ingin rasanya memeluk tubuhnya yang tak berdaya itu. Aku hanya bisa memandang dari jarak yang sedikit jauh, mungkin sekitar 2 meter.

"Kau sudah makan?" tanya ibuku membuatku mengalihkan pandangan ke arahnya.

"Sudah," jawabku.

"Baik, kalo begitu ibu ingin keluar sebentar. Ibu ingin membeli buah. Jaga kakakmu ya!" pintanya sambil menyentuh bahuku singkat.

Aku mengangguk mengerti menjawab perintah ibuku.

Ibuku pun berjalan menuju pintu sembari mengenakan jacket-nya, lalu berlalu meninggalkanku dan Nayna.

Suasana di kamar 704 yang ditempati kakakku seketika menjadi hening. Nayna yang sedang asik menonton tv, aku yang hanya sibuk dengan cemilanku sambil memainkan handphone.

"Briley!" panggil Nayna.

Aku mengalihkan pandanganku ke arahnya. "Apa?"

"Kau kan baru lulus, kau tidak ada kesibukan apa pun kan?" tanyanya. "Kau juga tau kan penyakitku butuh waktu yang lama untuk sembuh?

Aku mengerutkan dahiku. "Lalu kenapa?" Sambil merubah posisiku menjadi menyender.

"Um-- begini, aku tidak mau bosku akan menggantikan posisiku sebagai sekertaris pribadinya karena absen yang terlalu lama. Kamu mau ga menganggantikanku?" tanyanya penuh harapan.

Aku bangkit dari posisi menyenderku menjadi duduk kembali. Aku menundukkan sedikit kepalaku berfikir.

"Hanya sementara Bril?"

Aku mengalihkan pandanganku ke arahnya. Keadaannya memang tidak memungkinkan untuk kembali kerja saat ini, penyakitnya juga tidak bisa sembuh dengan cepat. Penyakit cacar sangat membutuhkan waktu yang cukup lama untuk sembuh, di tambah kakakku juga tipes. Tuhan! Aku tidak tega melihatnya, dia begitu tidak berdaya. Namun semangatnya masih membara. Aku ingin membantunya tapi apa aku bisa? Sekertaris bukan pekerjaan yang mudah. Kakakku sangat berjasa dalam hidupku, dia yang membantuku membuat skripsi untuk tugas akhirku hingga aku lulus. Dia selalu meluangkan waktunya untukku. Apa dengan ini aku bisa membalas kebaikannya?

Aku memejamkan mataku dan menarik nafas dan membuangnya. Meyakinkan diriku sendiri bahwa keputusan yang ku ambil ini adalah benar. "Baiklah, aku bersedia."

Senyuman dari bibir Nayna pun terpancar saat aku mengucapkan kata 'Aku bersedia'.

"Terimak kasih, Briley," ucapnya.

Aku pun mengganggukan kepalaku sambil tersenyum semanis mungkin ke arahnya.

"Baik, aku akan beri kabar ke bosku untuk ini." Sambil mengambil handphone-nya di meja.

"Baiklah. Aku akan menunggu." kataku sambil kembali menyender di sofa.

Nayna pun memencet-mencet layar handphone-nya, menunjukan bahwa ia sedang mengetik sesuatu.

"Ok, aku sudah mengabarinya." ucapnya sambil melirikku dengan kedua alisnya yang terangkat.

"Dia bilang apa?" tanyaku.

"Dia belum membalas."

Tiba-tiba handphone milik kakakku berdering. Tanda ada pesan masuk.

"Bril, dia membolehkan!!! Asal kau bisa tepat waktu dan tidak bermalas-malasan. Dia bilang begitu!" ujar kakakku penuh kegirangan. "Oh ya! Nama bosku adalah Harry Styles. Kau panggil dia Mr. Styles. Ok?"

"Baiklah."

Guys! Vommens ya.
Aku minta tolong nih ya, kalo abis baca tolong vote dan comment. Karena aku butuh saran dan pendapat kalian.

P.S. Cerita ini itu sedikit detail ya guys! Jadi maaf aja kalo kalian ngerasa kaya gimana gitu. Karena aku bikin cerita ini dari pas mereka pdktan gitu.


all the love.
stylessevgi.

SEGITIGA(Harry Styles)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang