Segitiga #3

44 4 0
                                    

Aku bangun dari tidurku karena alarm sialan yang berbunyi. Aku  segera mematikan alarm itu yang berada di meja tepat di samping tempat tidurku. Aku merubah posisiku yang tengkurap menjadi duduk untuk mengumpulkan nyawaku di pagi hari ini.

Aku mengambil handphone-ku yang berada di sampingku. Jam menunjukkan pukul 07.00 am. Aku memutuskan untuk mandi dan bersiap kembali untuk bekerja.

Setelah aku selesai mandi dan berpakaian, aku langsung menyiapkan barang-barang yang akan aku bawa ke dalam tasku; Charge, alat make up, ikat rambut, tissue, sisir, dompet, dan handphone. Aku rasa barang-barang itu selalu ada di dalam tas para gadis lainnya.

Setelah merasa semuanya sudah lengkap aku pun keluar dari kamarku dan langsung bergegas ke kantor. Aku pergi ke kantor menggunakan taksi. Kebetulan rumahku tidak terlalu jauh dari kantor.

***

Aku berjalan memasuki gedung sambil merapihkan bajuku memastikannya terlihat rapih. Suasana kantor pagi ini lumayan ramai. Aku pun bergegas menuju lift  untuk pergi ke lantai 5 tempat dimana ruangan kerjaku berada.

Saat aku akan memencet angka 5, seseorang datang dengan terburu-buru dan menghentikan pintu lift yang akan tertutup.

Yup! Itu Mr Styles.

"Selamat pagi Mr Styles!" ucapku seramah yang aku bisa.

Ia hanya melirikku dan mengangguk sekali menjawab sapaanku.

Aku menelan air liurku, berusaha menyabarkan diriku pagi ini menghadapi manusia satu itu. Mengapa dia tidak membalasnya atau setidaknya tersenyum saja? Begitu mahalka senyumanya? Harusklah aku bayar dengan uang hanya untuk melihatnya tersenyum?

Kami hanya terdiam satu sama lain tanpa adanya komunikasi saat berada di dalam elevator. Tapi tidak bisa kupungkiri, wangi tubuhnya sangat menggoda indra penciumanku. Dia sangat harum.

"Um-- buatkan aku surat pengajuan untuk mentri pariwisata!" perintahnya saat pintu elevator terbuka dan mendahuluiku keluar begitu saja.

Tidak bisakah dia memintanya dengan sedikit ramah? Kenapa ada orang berbicara sedingin itu?

Aku pun mengikuti langkahnya keluar dari lift sambil mengerutkan dahiku menanggapi perintahnya.

Mr Styles berjalan membelakangiku menuju ruanganya. Dari belakang saja gayanya sudah sangat terlihat dingin. Dasar pemuda kutub utara!

Aku menempelkan kartu absen Nayna untuk absen. Setelah itu aku langsung masuk ke dalam ruanganku dan duduk di kursi kerjaku. Tanpa basa basi aku langsung menyalakan komputer untuk membuat surat pengajuan untuk mentri yang di perintah Mr Styles. Beruntung aku mengerti maksudnya. Karena aku pernah di beri tugas membuat surat pengajuan saat kuliah dulu. Jadi aku tidak perlu repot bertanya dengannya. Tidak bisaku bayangkan jika aku bertanya dengannya. Melihat wajahnya dan mendengarkannya berbicara panjang lebar sedingin es itu.

Komputer pun menyala. Aku langsung mengerjakan tugasku untuk membuat surat pengajuan.

Setelah selesai mengerjakan tugasku. Aku langsung mem-print-nya dan bergegas menuju ruangan Mr Styles untuk memberikannya.

Aku mengetuk pintu ruangannya.

"Masuk!" ucapnya dari dalam.

Aku pun membuka pintunya pelan. Ketika memasuki ruanganya aku disambut dengan pemandangan kota London yang cerah di pagi hari."Ini surat pengajuannya!" ujarku sambil meletakannya di meja kerjanya. Ia terlihat sedang menandatangani sesuatu.

"Permisi." ucapku berpamitan setelah aku menaruh pekerjaanku. Aku langsung memutar badanku untuk bergegas kembali ke ruanganku.

"Tunggu! Um-- Briley!" panggilnya.

SEGITIGA(Harry Styles)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang