Segitiga #12

46 3 0
                                    

Hari ini aku kembali kerja di pameran. Tepat hari ini adalah penutupan pameran. Aku sedikit tidak bersemangat untuk ini. Entah, mungkin karena aku sudah tidak dekat dengan Harry? Ah, aku harus melupakannya. Aku tidak boleh mengingatnya lagi. Hari ini juga hari dimana aku sangat sibuk. Aku harus mengurusi acara penutupan pukul 17.30 pm nanti. Hari ini lebih cepat. Karena ini adalah hari terakhir pameran.

Seperti dua hari lalu, aku kembali bekerja di ruang sekertariat. Namun, kali ini aku harus bolak balik ke panggung utama untuk mengurusi acara penutupan.

Sekarang aku sedang mengurusi susunan acara dengan Gaelina di ruangan sekertariat.

"Ok, semua sudah siap," ucapku.

"Hm, souvernir sudah?" tanya Gaelina memastikan.

"Sudah." Merapihkan kertas-kertas susunan acara.

"Jadi aku Mcnya?" tanyanya.

Aku meliriknya singkat lalu menaiki alisku berisyarat menjawab pertanyaannya.

"Ok," katanya. "Bril, kau sudah memberi teks pidato ke Mr Styles? Kau tahu kan? dia tidak suka jika ia harus membaca pidato, namun dia belum memahaminya."

Seketika aku terdiam. Aku kembali mengingatnya.

"Belum. Aku akan kesana setelah ini." Tersenyum paksa.

Haruskah aku bertemu dengannya? Kalian harus tahu. Setiap di rumah, aku selalu memikirkannya.

Setelah aku membereskan tugasku di sekertariat, aku berjalan menuju ruangan Harry.

Setelah aku sampai di depan ruangan khusus untuknya. Aku menarik nafas panjang lalu membuangnya. Mencoba mengumpulkan kekuatan untuk bertemu dengannya. Entah, rasanya sangat berbeda bertemu dengannya sekarang.

Aku mengetuk pintunya. Tidak ada jawaban. Aku kembali mengetuknya. Lagi-lagi tidak ada jawaban. Aku kembali lagi mengetuknya.

"Masuk!" ucapnya dari dalam.

Aku menghela nafas sambil memejamkan mataku singkat. "Thank god," ucapku.

Aku pun masuk ke dalam ruangannya. Sekilas aku melihat Harry sedang memasukkan kembali telpon genggamnya ke kantung celananya. Sepertinya dia baru saja menerima telpon.

Aku berjalan menghampirinya sambil membawa isi pidato yang harus ia bacakan. Ya tuhan, wajahnya tampan sekali.

Aku mendehem dan menggelngkan kepalaku berusaha melupakan apa yang ku pikirkan.

"Ada apa?" tanyanya.

"Aku ingin memberikan ini," ujarku sambil memberikan kertas yang kubawa kepadanya tanpa melihat wajahnya."Ini teks pidato untukmu."

Harry pun meraih kertasnya.

"Ok. Ini membahas tentang apa?" tanyanya.

"Kau baca saja sendiri."

Harry menatapku dengan heran. Aku hanya melemparkan tatapan yang sedikit sinis.

***

Acara penutupan pameran di mulai. Saat Harry mulai membacakan pidatonya, aku terus memandanginya. Dia begitu tampan dan berwibawa. Aku tidak bisa berhenti memandanginya.

Setelah acara selesai, aku mulai mengurusi urusan panggung. Tiba-tiba,  Liam datang.

"Hey, Briley!" katanya dengan lembut.

"Hei!" balasku saat menyadari kehadirannya.

"Kau sibuk sekali kelihatannya," katanya.

"Ya... begitulah. Kau kenapa masih disini? Bukannnya kau ada rapat dengan Harry?" tanyaku.

SEGITIGA(Harry Styles)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang