Segitiga #5

45 5 0
                                    

BRILEY'S POV:

Rohku mulai kembali dalam tubuhku. Aku mengejapkan mataku beberapa kali berusaha menyeimbangan pengelihatanku. Setelah mataku mulai terbuka lebar, aku mendapati sinar matahari yang menembus jendela kamar. Tapi ... tunggu! Saat aku bernafas sebuah aroma yang familiar di hidung tercium. Aku mencium aroma bantal yang kutiduri, aku seperti mengenal bau ini. Ini bau favoritku. Bau ... Harry.

Aku melebarkan mataku. Aku bangkit dari tidurku, dan menyadari bahwa aku sekarang berada ... dimana aku? Ini bukan rumahku, bukan kamarku.

Aku memperhatikan setiap titik ruangan ini. Aku dimana? Dan ... bajuku? Dimana? Mengapa aku memakai kemeja? Milik siapa ini?

Tiba-tiba seseorang masuk ke dalam ruangan yang aku tempati tidur sekarang. Ternyata itu Harry. Dia terlihat sangat seksi. Ia menggunakan kaos hitam dan celana tidur abu-abunya. Ya tuhan! Dia sangat menawan menggunakan kaos hitam itu. Dia masuk dengan membawa nampan yang jika ku tebak disitu ada roti dan susu coklat.

Harry berjalan menghampiriku. "Selamat pagi!" ujarnya.

Aku tersenyum heran menanggapinya. "Pagi!"

Harry menaruh nampan itu di meja samping tempat tidur, setelah itu dia duduk di sisi ranjang. Lebih tepatnya di sampingku namun sedikit lebih di depanku.

"Harry, dimana bajuku? Dan mengapa aku memakai kemeja ini? Ini milikmu? Siapa yang menggantikan pakaianku?" introgasiku.

"Kau ini bawel sekali. Bajumu ada di ranjang baju kotorku. Iya, itu kemejaku. Aku yang menggantikannya," ujarnya.

Aku melebarkan mataku terkejut. Dia? Menggantikan pakaianku? Berarti dia ...,"Kau?" teriakku.

Harry terkekeh. "Bril, aku tidak semesum laki-laki lain. Angel yang menggantikan bajumu. Dia pembantuku. Aku saja tidur di kamarku. Ini kamar tamu!" jelasnya.

Aku menghembuskan nafasku lega.

"Aku di rumahmu?" tanyaku lagi memastikan.

"Yep."

Harry kembali bangkit dari dudukunya, ia mengambilkan sarapanku. Lalu ia duduk kembali di sisi ranjang, dan memberikan sarapannya untukku. "Makan!" suruhnya.

Aku meraih rotiku dari tanganya. Lalu memakannya. Um, rotinya sangat enak-- by the way.

Aku menatapnya. Dia sedang menontonku makan. "Kenapa aku ada disini?" Sambil mengunyah sarapanku.

Harry menghembuskan nafasnya. "Kau pingsan semalam di Pub. Apa yang kau lakukan disana? Dan mengapa kau minum?" introgasinya.

"Benarkah? Aku hanya berkumpul dengan yang lain. Aaliyah yang mengajakku. Aku-- hanya mencicipi. Tapi aku ketagihan...," kataku dengan cengiran innocent-ku.

Harry menggelengkan kepalanya pasrah. "Bril, segitu polosnya kau?"

"Kenapa? Kau mengejekku? Baiklah. Aku memang belum pernah mencicipinya, aku juga belum pernah sebelumnya ke pub. Lalu masalahnya dimana? Aku hanya mencoba, Harry!" omelku sambil mengunyah kembali rotiku dengan tidak sabaran. "Kau juga ada disana tadi malam. Ngapain?"

"Aku hanya bermain billiard disana dengan teman-temanku," ujarnya.

"Kau? Lihat, kau saja bermain billiard disana, yang sudah pasti di temani perempuan perempuan yang-- entahlah aku harus sebut seperti apa. Kau pemuda yang pintar, pasti kau mengerti." Sambil kembali menyuap rotiku yang sudah mulai habis lalu mengunyahnya.

Harry mendaratkan kedua tanganya di bahuku, membuatku dengan reflek menatapnya. Harry menatapku tajam. "Aku memang suka bermain billiard di pub. Tapi bukan berarti aku mau di temani perempuan-perempuan itu. Aku masih punya harga diri, Bril!"

SEGITIGA(Harry Styles)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang