HAPPY READING🧡
😇😇😇
Bianca mendengus bosan di atas sofa ruang tamu. Niat hati ingin menghabiskan akhir pekan bersama dengan ayahnya, tiba-tiba saja pria itu harus berangkat ke Rusia karena urusan pekerjaan.
"Aku bosan." Gadis itu menatap atap rumahnya, rambut panjangnya menjuntai ke bawah hingga menyentuh lantai, kakinya bersandar pada sandaran sofa, di perutnya terdapat laptop yang masih menunjukkan sebuah film yang di pause. Begitulah posisi Bianca sekarang.
"Ini Non, Bibi buatkan camilan," ujar Bi Marta, itu adalah nama pembantu di rumah barunya ini. Wanita itu tidak terlalu tua, seumuran dengan Antonio.
Bianca bergeming. "Makasih, Bi."
Wanita itu mengangguk sekali, kemudian berlalu menuju dapur.
Pikiran Bianca kembali terfokus pada alur cerita yang berubah. Padahal dulu ia menciptakan keluarga yang harmonis untuk Naqila, kenapa gadis itu menjadi broken home di dunia ini?
Gadis itu membenarkan posisi duduknya, ia menatap ke depan dengan serius. "Watak Naqila masih sama, kan? Aku harap hal-hal buruk yang dia alami tidak akan merubah sifatnya."
Tangannya meraih sepotong kukis di atas meja. Mematikan laptop, Bianca beranjak dari sofa, merenggangkan tubuhnya yang kaku.
"Lebih baik aku jalan-jalan."
.
.
.Langkahnya memasuki sebuah supermarket besar yang tak jauh dari mansion. Mengambil keranjang belanja, Bianca mulai berkeliling supermarket.
Ia berhenti di tempat parfum, mencari parfum kesukaannya untuk stok karena sudah hampir habis.
Saat Bianca mengulurkan tangannya untuk mengambil sebotol parfum, sebuah tangan secara bersamaan juga hendak mengambil botol itu. Bianca spontan menoleh. Di sampingnya sudah ada Dean yang juga tengah menatapnya.
"Oh, kau gadis waktu itu," celetuknya. Ia melempar senyum, sedangkan Bianca tidak merespon dan segera berdiri dari duduk jongkoknya.
"Namamu.. Bianca, kan?" ucap Dean sekali lagi
"Iya."
"Boleh kita berkenalan? Namaku Dean." Lelaki itu mengulurkan tangannya.
Apa tidak masalah jika aku menerimanya?
"Bianca." Ia menerima uluran tangan dari Dean. Gadis itu mengernyit ketika genggaman tangan dari lelaki di depannya ini mengerat.
Di tatapnya Dean yang bergeming, ia mencoba melepaskan genggaman itu, namun percuma. "Permisi," tekannya.
"Ah, maafkan aku."
Bianca langsung menarik kembali tangannya begitu terlepas. Ia menatap sekilas Dean yang tersenyum.
Dia.., aneh.
"Aku permisi." Ia segera meninggalkan Dean, meletakkan kembali keranjang belanja dan meninggalkan supermarket itu. Entah kenapa Bianca langsung kehilangan mood-nya untuk berbelanja.
"Aku tidak boleh berurusan dengannya." Gadis itu berjalan dengan cepat, terkadang juga sedikit berlari. Entah kenapa di dekat Dean ia merasa...merinding.
Sementara itu, masih di tempatnya Dean menatap kepergian Bianca. Senyumnya mengembang.
"Ternyata dia menarik."
***
Di ruangannya, Nathaniel memijit pangkal hidungnya lelah. Sudah berjam-jam ia mendengarkan masalah-masalah yang terjadi pada kantor cabang dari anak buahnya. Berkas-berkas menumpuk di atas meja adalah bukti bahwa pekerjaannya di Rusia kali ini tidak akan berakhir sehari-dua hari.
KAMU SEDANG MEMBACA
Figuran : Change Destiny of The Antagonist (END) || Segera Terbit
FantasyDi novel 'Kisah Naqila', Nathaniel Varendra adalah sosok antagonis paling kejam. Ia bahkan tak segan membunuh seseorang yang dianggap mengusik ketenangan pujaan hatinya. Selain kejam, laki-laki itu juga menyandang gelar brengsek dan bajingan. Itu di...