12: Curiga

2.9K 192 6
                                    

🦋🦋🦋🦋

Di pagi hari setelah melaksanakan kewajiban kepada Allah Swt. Candra mengajak Nara untuk jalan-jalan pagi keliling desa, awalnya Nara menolak karena sejujurnya ia sangat malas jika diajak untuk jalan-jalan pagi atau joging, karena cuaca di desa yang sangat sejuk membuat tubuhnya enggan untuk meninggalkan kasur.

Candra yang sudah siap pun menunggu Nara di halaman rumahnya, matahari terlihat masih malu-malu untuk timbul menyinari bumi. Candra memasukkan kedua tangannya ke dalam kantung celana olahraganya, sesekali menoleh ke belakang menanti kedatangan Nara.

Entah sudah ke berapa kali Candra menengok ke belakang, sampai akhirnya Nara keluar juga bersamaan dengan sinar matahari yang mulai menyinari bumi, Candra tersenyum melihat penampilan sederhana istrinya. Walaupun butuh waktu yang lama untuk menunggu, tapi tidak apa-apa Candra tidak akan marah, sampai kapan pun ia tidak akan marah kepada Nara.

"Udah Mas, ayo!" Nara mengulurkan tangan memberi isyarat agar Candra menggandengnya.

Candra tersenyum manis, lalu ia menerima uluran tangan Nara. Menggenggam erat tangannya dan mengajak Nara untuk berjalan di sampingnya.

Cuaca pagi di desa benar-benar sangat menyejukkan, tidak ada yang bisa menandinginya. Ditambah dengan pemandangan indah dari pohon-pohon yang hijau dan tumbuh dengan subur, ada pula pemandangan gunung-gunung yang semakin membuat orang-orang betah tinggal di desa. Di pagi hari ini pun orang-orang di desa terlihat sudah memulai aktifitasnya setelah selesai ibadah subuh, saat ini juga Candra dan Nara jalan bersamaan dengan orang-orang yang ingin pergi ke sawah dan juga pasar.

Candra memutuskan untuk menetap sejenak di taman kecamatan, dikarenakan hari ini adalah hari minggu taman dipenuhi oleh ramainya orang-orang yang serta pedagang di sana. Ada juga sekumpulan Ibu-Ibu senam yang sebentar lagi akan memulai aktifitasnya.

"Mau beli jajan?" Tawar Candra dan Nara pun membalasnya dengan gelengan kepala.

"Nanti aja belum lapar, Mas Candra mau emangnya?"

Candra menggelengkan kepalanya. "Takut kamu lapar."

Mereka berdua pun memilih untuk duduk di kursi taman sembari mengobrol dan melihat pemandangan Ibu-Ibu senam di depan mereka. Hingga Nara akhirnya meminta untuk dibelikan jajan karena perutnya sudah mulai keroncongan, Candra pun menuruti permintaan istrinya ia segera membeli apa yang Nara mau.


Semakin siang semakin ramai juga pengunjung di taman ini, wajah Nara cemberut dengan kedua bola mata yang kesal menatap Candra yang terlihat sedang mengobrol dengan beberapa warga desa di sana. Candra terlihat sudah membeli apa yang Nara inginkan, tetapi pria itu tidak kunjung menyudahi obrolannya. Nara membuang kasar nafasnya saat melihat Candra yang kembali berjalan ke arahnya, Candra duduk di samping Nara. Seketika dahi Candra mengerut saat melihat wajah cemberut sang istri.

"Ini, masih hangat bakpaonya." Candra menyodorkan sepotong bakpao berisi cokelat kepada Nara.

Nara melirik dengan tatapan tak bersahabat, ia mengangkat satu tangannya berniat ingin mengambil bakpao dari tangan Candra tapi justru Candra menjauhkannya.

"Mas suapi."

Nara menggelengkan kepalanya. "Nggak mau aku Makan sendiri aja." Nara ingin mengambil kantung plastik berisi bakpao tetapi dengan cepat Candra mengambilnya dan menjauhi plastik tersebut dari jangkauan Nara.

Cinta Sang CandrawarmaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang