14: Memancing Kegaduhan

2.5K 206 6
                                    

🦋🦋🦋🦋

Kampanye dimulai pada pukul 10.00 WIB di rumah calon kepala desa, di awali dengan pembacaan doa meminta keselamatan dan memohon untuk dipermudahkan segala rintangan yang nantinya akan dihadapi. Dari muda hingga ke tua semua ikut meramaikan memenuhi jalanan, beberapa tampilan pun turut memeriahkan kampanye keliling desa nomor urut 1 itu. Panasnya cuaca menjelang siang tak urung membuat mereka berhenti, dengan penuh semangat mereka menyerukan nama Candra.

Namun keadaan menjadi sedikit tegang saat melewati kawasan lawan, sebelumnya Dimas sudah memberi peringatan jangan mengeluarkan kata-kata yang menyebabkan kegaduhan. Tetapi ada salah satu orang yang tidak perduli, diketahui laki-laki bertubuh tinggi dengan masker yang menutupi mulut itu berteriak kencang mengucapkan kata-kata yang jika di dengar oleh pendukung nomor dua sudah pasti akan tersinggung.

Dari situlah menjadi awal di mana keributan terjadi. Di mulai dari pendukung nomor dua yang dengan sengaja melempar kursi kayu ke rombongan pendukung nomor urut satu yang sedang berjalan.

"Woy! Maksude opo iki?! Ngajak ribut to?"

"Koe sing miwiti!"

"Miwiti opo? Wong pawai yo kudu gowok-gowok!"

Tak terima dibalas juga oleh teriakan salah satu pendukung nomor urut 2 maju dan memulai keributan. Ramai-ramai mereka memisahkan keributan tersebut, tetapi justru mereka yang memisahkan malah ikut masuk ke dalam keributan itu. Sehingga keadaan menjadi sangat ricuh dan semakin ramai, Candra serta pendukungnya yang tidak terpengaruh dengan keributan di sana berusaha untuk menjadi penengah walaupun sulit.

"Dimas pisahkan perempuan, takut terseret." Suruh Candra dengan wajah panik. Tanpa membalas lagi Dimas langsung melaksanakan apa yang Candra suruh.

"Pak Candra lebih baik sekarang pulang, biar ini yang menjadi urusan kita saja." Ucap Miko seraya menarik lengan Candra.

Tetapi Candra malah balik menarik lengan Miko, wajah pria itu yang semula panik kini berubah, kedua alisnya menekuk tanda emosi.

"Apa maksud kamu? Keributan ini terjadi karena saya juga, tidak mungkin saya malah pulang dan santai-santai di rumah!"

"Tapi Pak di sini bahaya, Pak Candra bisa saja terluka." Balas Miko masih tetap memaksa.

"Jadi menurutmu jika saya pulang ke rumah keadaan di sini sudah tidak bahaya lagi, begitu?"

Miko diam setelah Candra kembali membalas ucapannya dengan tegas.

"Sudah aman Pak." Dimas datang dengan tergesa-gesa.

"Apa yang di ucapkan Mas Miko benar Pak, sebaiknya Pak Candra pulang saja. Di sini terlalu bahaya, Pak Candra tidak usah khawatir ada kita di sini yang akan menanganinya." Ucap salah satu pendukungnya.

Candra membuang kasar nafasnya, pria itu menajamkan tatapannya menatap keributan yang masih berlanjut di hadapannya saat ini.

"Saya tidak akan merubah jawaban saya, tidak adil jika nanti hanya kalian yang mendapat luka sedangkan saya yang akan menikmati jabatannya. Tidak." Ucap Candra tidak lagi mendapat balasan dari lawan bicaranya.

Kegaduhan penuh emosi itu akhirnya terselesaikan walaupun yang memisahkan harus mengeluarkan tenaga lebih ekstra. Setelahnya kampanye tersebut dibubarkan tanpa adanya balasan permintaan damai dari golongan nomor urut 2, awalnya ada salah satu pendukung Candra kembali tersulut emosi tetapi Candra lebih dulu menghentikannya.

"Sudah cukup!" Bentak Candra penuh emosi, nafasnya tersengal-sengal.

"Bubar-bubar ngenteni opo maneh?!" Teriak Dimas menatap satu persatu pendukung Farhan.

Cinta Sang CandrawarmaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang