8: Sakit, Terpaksa di Tunda

2.6K 189 6
                                    

🦋🦋🦋🦋

"Candra, Nara! Kok nggak keluar-keluar?" Kembali terdengar suara pintu, kali ini bukan suara Gina melainkan suara Amara.

Nara menjauhkan wajahnya lalu perlahan menyingkirkan tangan Candra yang sudah terhenti mengusap pahanya. Candra membuang nafasnya kasar, menatap kesal ke arah pintu kamar.

"Iya Bu, ini keluar." Jawab Candra.

Nara pun bangkit dari pangkuan Candra lalu merapikan pakaiannya yang sudah sedikit berantakan.

"Aku siapin baju kamu ya Mas, kalau kamu mau mandi dulu." Nara berjalan menghampiri koper kecil yang berisi beberapa pakaian Candra.

Candra menampilkan senyumnya lalu ia ikut berdiri, dengan cepat mendekap Nara dari belakang dan menciumi pipi sang istri tanpa henti. Nara tertawa kecil karena merasakan sensasi geli di pipinya, Nara mengusap punggung tangan Candra yang melingkari pinggangnya.

"Udah Mas, kasihan teman kamu nungguin."

Candra terpaksa melepaskan pelukannya, pria itu membuang nafasnya pasrah. Ia pun lekas keluar kamar dengan membawa pakaian gantinya dan melangkahkan kaki menuju kamar mandi yang terletak di dekat dapur. Sedangkan Nara memilih untuk mengganti pakaian yang lebih sopan karena tadi malam sebelum tidur ia sudah mandi, tidak lupa Nara memakai body lotion sebelum keluar kamar.

"Nar, Candra-nya kemana?" Tanya Amara yang kembali masuk untuk memanggil anak dan menantunya.

Nara yang baru menutup pintu kamar pun membalikkan tubuhnya menghadap pada Ibu mertuanya. "Lagi mandi Bu, teman Mas Candra di depan?"

Amara menganggukkan kepalanya. "Masih, lagi ngobrol sama Ayah kamu."

"Kalau boleh tahu, ada berapa teman Mas Candra yang datang Bu?"

"Empat orang, mereka kerja di luar kota jadi tidak sempat datang kemarin. Mereka juga bawa istri sama anaknya." Beritahu Amara.

Nara pun menganggukkan kepalanya setelah mendengar balasan dari Amara.

"Siapa yang datang Bu?" Candra berjalan menghampiri Amara dan Nara yang masih berdiri di depan pintu kamar Nara.

Candra menyisir rambut basahnya menggunakan sela-sela jari, pria itu terlihat sangat segar dengan bulir-bulir air yang berjatuhan membasahi kaos polo berkerah warna putih yang ia kenakan.

"Teman-teman SMA kamu."

"Ada Zakariya juga?" Candra kembali bertanya.

Amara menganggukkan kepalanya. "Ada dia yang antar ke sini, cepat kalian berdua temuin." Ucapnya setelah itu Amara melangkahkan kaki menuju dapur.

Kedua pasangan suami istri yang baru menikah kemarin pun keluar beriringan keluar rumah.

"Tuh mereka, wajar ya kalau lama. Semalam mungkin habis tempur" ucap Dirja seraya berdiri dari duduknya.

Candaan Dirja membuat teman-teman Candra memberi sorakan kepada kedua pengantin baru yang baru saja duduk bergabung dengan mereka. Nara tampak menatap tajam sang Ayah dengan bibir cemberut karena malu, lain hal dengan Candra pria itu malah terkekeh menanggapi candaan mertuanya.

"Lanjut saja ngobrolnya, saya masuk dulu ya?" Pamit Dirja.

"Iya Pak Rw, terima kasih ya." Balas Zakariya.

Setelah kepergian Dirja empat teman Candra kecuali Zakariya menjabat tangan Candra dan Nara serta mengucapkan selamat kepadanya.

"Selamat ya, akhirnya lepas lajang juga." Ucap salah satu teman Candra.

Cinta Sang CandrawarmaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang