Liburan ( Part II)

474 67 7
                                    

Hari kedua di vila Nala dimulai dengan suasana yang lebih santai. Meskipun begitu, ada kegelisahan di antara beberapa dari mereka, terutama Oline dan Erine. Sejak percakapan mereka di balkon kemarin sore, keduanya seakan sama-sama bingung tentang bagaimana harus bersikap. Hari ini, Nala mengusulkan ide untuk menghabiskan waktu di kolam renang vila, yang langsung disetujui oleh yang lain.

Oline bangun lebih awal dari biasanya, mungkin karena tidur malamnya yang tidak nyenyak. Dia terlalu banyak memikirkan hal-hal yang tidak biasanya dia pedulikan, terutama tentang Erine dan perasaan-perasaannya sendiri. Selama ini, dia selalu pandai menutupi apa yang dia rasakan, namun entah kenapa, di depan Erine, semua topeng itu perlahan runtuh. Oline berdiri di depan cermin, menatap bayangannya sendiri, mencoba menata pikirannya.

Setelah sarapan, semua orang berkumpul di area kolam renang. Kolam itu besar, dengan air yang jernih, mengundang siapa saja untuk segera menceburkan diri. Pemandangan pegunungan yang mengelilingi vila menambah suasana damai dan menyegarkan. Nala, yang memang selalu ceria, sudah lebih dulu berlari menuju kolam, diikuti oleh Nachia dan Regie. Sedangkan yang lainnya lebih memilih untuk duduk di tepi kolam sambil menikmati suasana.

Erine, yang duduk agak jauh dari yang lain, memandang air kolam dengan pikiran yang melayang-layang. Dia masih mencoba mencerna apa yang Oline katakan kemarin. Ada perasaan yang sulit dijelaskan, dan dia sendiri bingung harus bagaimana menanggapinya. Di satu sisi, dia tidak bisa mengabaikan fakta bahwa dia merasa ada yang berbeda ketika bersama Oline. Namun di sisi lain, dia belum siap untuk mengakui bahwa mungkin dia juga merasakan hal yang sama.

"Lo gak mau ikutan berenang?" suara Nachia tiba-tiba terdengar di sampingnya, membuat Erine tersentak dari lamunannya.

"Oh, gue ikut kok, bentar lagi," jawab Erine dengan senyum tipis, mencoba menyembunyikan kegugupannya. Nachia hanya mengangguk, kemudian berlari kembali ke kolam untuk bergabung dengan yang lain.

Oline, yang sedari tadi diam-diam memperhatikan Erine, merasa ada sesuatu yang berbeda dari gadis itu hari ini. Meskipun Oline tidak menunjukkan ekspresi apapun, hatinya sebenarnya penuh dengan keraguan. Dia tahu bahwa perasaannya terhadap Erine semakin kuat, tapi dia juga sadar bahwa semua ini tidak bisa dipaksakan. Ada banyak hal yang harus dipikirkan, dan dia tidak ingin gegabah dalam mengambil keputusan.

Sambil mencoba mengalihkan pikirannya, Oline melepaskan jaket kulitnya dan menceburkan diri ke dalam kolam. Air yang dingin terasa menyegarkan di kulitnya, membantu menenangkan pikirannya yang kacau. Dia berenang ke arah yang lain, berusaha untuk bergabung dalam percakapan mereka, meskipun hatinya tidak sepenuhnya ada di sana.

Kimmy, tiba-tiba menyemprotkan air ke arah Regie, memicu perang air yang langsung diikuti oleh semua orang. Tawa mereka menggema di sekitar kolam, menciptakan suasana yang riuh dan penuh keceriaan. Namun di tengah semua itu, Erine merasa hatinya berdebar kencang setiap kali melihat Oline tertawa atau berbicara dengan yang lain. Dia tidak mengerti mengapa dia merasa seperti ini, tapi yang pasti, dia tidak bisa mengabaikan perasaan tersebut.

Ketika Erine akhirnya memutuskan untuk masuk ke dalam kolam, dia melakukannya dengan hati-hati. Namun, belum sempat dia menyesuaikan diri dengan air yang dingin, Nachia yang sedang rusuh malah mendorong Erine hingga dia kehilangan keseimbangan. Dengan cepat, Oline menangkapnya, menahan tubuh Erine agar tidak terjatuh ke dalam air. Sentuhan itu terasa begitu berbeda, dan untuk sesaat, waktu seakan berhenti.

Erine, yang masih dalam pelukan Oline, merasa wajahnya memanas. Dia bisa merasakan detak jantung Oline yang cepat, seolah menegaskan bahwa perasaan mereka sebenarnya saling berbalas. Namun, seperti biasa, rasa gengsi membuat mereka sama-sama enggan untuk mengakuinya.

"Lo nggak apa-apa?" tanya Oline dengan nada pelan, memastikan Erine baik-baik saja.

Erine mengangguk, mencoba mengendalikan dirinya. "Iya, gue nggak apa-apa. Makasih, Oline."

ERINE!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang