Kenangan Tak Terlupa

228 20 1
                                    

Ketika pagi menjelang, suasana villa yang semalam penuh dengan kekacauan berubah menjadi sunyi. Sinar matahari perlahan masuk melalui jendela, menerangi sisa-sisa pesta konyol yang terjadi semalam. Piring dan cangkir plastik berserakan di mana-mana, confetti tersebar di lantai, dan motor mini Oline masih terparkir di tengah ruang tamu, menjadi saksi bisu dari kegilaan yang baru saja terjadi.

Oline yang masih mengenakan jaket kulitnya, tertidur di sofa dengan helm sebagai bantal. Di sebelahnya, Erine juga tertidur lelap, kepalanya bersandar di bahu Oline. Mereka berdua terlihat damai, sangat berbeda dengan suasana liar yang mereka ciptakan hanya beberapa jam yang lalu.

Nala, Regie, Levi, dan Lily terbangun lebih dulu, masih dalam keadaan setengah sadar. Mereka memandang sekeliling dengan mata yang berat, dan langsung tertawa kecil saat menyadari betapa berantakannya tempat itu.

"Gila, semalam kita benar-benar rusuh," kata Nala sambil mengusap wajahnya yang masih lelah.

Regie tertawa, suaranya serak. "Gue rasa kita baru aja memecahkan rekor pesta paling aneh seumur hidup."

Levi mengangguk setuju sambil meregangkan tubuhnya. "Dan yang paling nggak disangka... Oline bener-bener di luar dugaan. Gue kira dia bakal nahan-nahan, tapi ternyata dia malah yang paling gila."

Lily mendekati motor mini Oline dan menatapnya dengan kagum. "Gue masih nggak ngerti dari mana dia dapet motor ini. Lo ada yang tau?"

Nala mengangkat bahu. "Gue nggak yakin juga. Kayaknya motor ini tiba-tiba aja muncul entah dari mana, kayak magic."

Mereka semua tertawa lagi, tapi kali ini lebih pelan, seolah-olah tidak ingin membangunkan yang lain. Namun, suara mereka cukup untuk membuat Oline terbangun. Dia membuka matanya perlahan, dan segera menyadari posisi mereka. Dia menatap Erine yang masih tertidur di bahunya, dan sebuah senyum lembut muncul di wajahnya. Dengan hati-hati, Oline merapikan rambut Erine yang sedikit berantakan tanpa membangunkannya.

Melihat ini, Nala tersenyum jahil. "Aww, liat deh. Ratu jamet kita ternyata bisa juga sweet kalau sama Erine."

Oline mendelik ke arah Nala, tapi dia tidak bisa menahan senyumnya. "Bodo amat, Nal. Jangan ribut, ntar pada bangun."

Tapi Nala dan yang lain sudah bangun sepenuhnya, dan mereka mulai berencana untuk kejahilan berikutnya. Namun kali ini, mereka lebih fokus pada menghabiskan waktu dengan ketenangan yang langka, mengingat semalam mereka sudah habis-habisan. Mereka memutuskan untuk membuat sarapan bersama dan membereskan kekacauan yang mereka buat semalam.

Saat mereka mulai membereskan, yang lain mulai terbangun satu per satu. Delynn dan Ribka yang pertama kali bangun, segera menyusul ke dapur untuk membantu. Sementara itu, Erine terbangun dengan lembut dan mendapati dirinya masih bersandar di bahu Oline. Wajahnya sedikit memerah ketika dia menyadari betapa dekatnya mereka berdua.

"Pagi," Oline menyapa dengan suara lembut, masih dengan senyum di wajahnya.

Erine mengangguk kecil, masih mencoba untuk sepenuhnya sadar. "Pagi... Kamu nggak capek semalam?"

Oline menggeleng sambil tertawa kecil. "Enggak sih. Malah seru banget."

Erine tertawa kecil, "Kamu bener-bener gila, Lin. Tapi Aku nggak nyangka... Kamu ternyata bisa segila itu."

Oline mengangkat alisnya, pura-pura terkejut. "Oh, jadi Kamu baru sadar ya? Udah lama sebenernya, cuma nunggu momen yang pas aja."

Erine menggelengkan kepala sambil tersenyum. "Aku kira Kamu bakal lebih... kalem gitu."

"Nah, Kamu salah besar. Aku bisa kalem, tapi kalau situasinya tepat, Aku juga bisa lebih dari sekadar jamet," jawab Oline dengan tawa.

Seiring pagi itu berjalan, mereka semua menikmati kebersamaan yang hangat dan penuh canda. Oline, kini mulai lebih terbuka dan terlihat benar-benar menikmati momen-momen bersama teman-temannya, terutama dengan Erine.

ERINE!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang