13. Alur yang berubah

53.4K 4.1K 158
                                    

Selamat datang dan selamat membaca~

🐹🐹🐹

Dress biru dengan panjang setengah lengan, kakinya yang berbalut sepatu sneakers dengan warna senada, Bianca menatap penampilannya di cermin.

Gadis itu tersenyum, ia mencuci kedua tangannya lalu mengusapnya dengan tisu, tak lupa ia kembali memoleskan lip balm di bibirnya yang terasa kering.

Dirasa sudah baik, Bianca keluar dari toilet, namun ia terkejut saat mendapati Dean yang bersender di dinding dekat pintu toilet.

Bianca tak ambil pusing, mungkin saja Naqila ada di dalam pikirnya, gadis itu hendak melangkahkan kakinya meninggalkan toilet, namun sebuah suara menghentikannya.

"Bianca."

Suara berat terdengar sedikit serak itu memasuki indera pendengarannya, Bianca berbalik, ia menatap penuh ke arah Dean.

"Ya?" jawabnya dengan nada bertanya

Laki-laki itu melangkah, ia mendekat ke arah Bianca membuat raut bingung tertera jelas di wajah cantiknya.

"Apa aku bisa meminta nomor ponselmu?"

"Ha?" Otak Bianca tak bisa mencerna dengan baik, ia menatap bingung Dean

Ada apa dengan pemeran utama ciptaanya ini.

"Kau tidak salah?" ujar Bianca, ia melihat ke sekitar mencari sosok yang akan menjadi jodoh laki-laki itu ke depannya

"Aku bukan Naqila," katanya lagi yang membuat Dean terkekeh merdu.

"Kau meminta nomor ponselku?" tambahnya. "Untuk apa?" tanya Bianca

"Berteman, mungkin," jawab Dean ragu, matanya menyorot sosok cantik di hadapannya ini, sosok yang selalu digadang-gadang pintar dan dipuji oleh para mahasiswa dan siswi di seluruh Universitas.

Bianca diam, ia berfikir harus menjawab apa. Otaknya mencari jawaban demi jawaban.

Drrrrtt!

Ponsel di genggamannya bergetar, ia melihat Ayahnya yang menelepon, senyumnya mengembang sempurna.

"Maaf Tuan, aku harus mengangkat telpon dulu, permisi," ucapnya segera pergi, kesempatan juga menghindari permintaan Dean tadi.

Menatap punggung kecil itu yang semakin menjauh, Dean terkekeh pelan. "Dia benar-benar indah," gumamnya. "Pantas jika seluruh Universitas membicarakannya, benar-benar tidak ada tandingan."

"Sial, aku bisa gila karenanya," umpat Dean seraya mengusap kasar wajahnya.

.
.
.
.

Di sisi Bianca ia menghela napas lega, dengan senyum mengambang gadis itu mengangkat video call dari Ayahnya.

"Halo Ayah," sapanya ceria.

Antonio di seberang sana terkekeh melihat raut antusias putrinya, rasa lelah itu menghilang begitu saja. "Halo Bia," sapanya balik.

"Bia di kampus?"

Bianca mengangguk antusias, posisi gadis itu duduk di taman fakultasnya. "Ayah sedang apa? Jangan terlalu lelah, ingat," ucap Bianca dengan wajah garang.

Antonio tertawa pelan, perasaannya jauh lebih baik melihat putrinya ini. "Ayah sudah istirahat, sudah makan siang bersama Tuan Nathan. Bia bagaimana? lancar?"

"Lancar Ayah, Bia oke," katanya seraya mengacungkan jempol ke layar handphone.

"Paman."

"Eh Nath, ada apa sampai repot-repot datang ke ruangan Paman?" ucap Antonio terkejut, ia meletakkan ponselnya, lalu bangkit

Figuran : Change Destiny of The Antagonist (END) || Segera TerbitTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang