BAGIAN 22

188 28 14
                                    

***

Di hari senin yang cerah gemilang David and the gang tengah duduk santai di bawah pohon mangga belakang sekolah, sebuah hari keberuntungan yang perlu di rayakan Aderfia karena jam kosong di pelajaran matematika, sebuah hari yang sangat-sangat langka, alasannya karena guru matematika yang mengajar kelas mereka cuti melahirkan, jika tidak mana mungkin pelajaran matematika jam kosong.

"Eitss ga boleh, makan ini aja." Ansel menepis tangan David yang mengambil mangga muda untuk di makan dengan sambel lotis dan menyodorkan mangga matang yang telah di kupas dan di potongnya penuh effort, bahkan Ansel sampai rela manjat gerbang belakang sekolah untuk membeli mangga matang di supermarket, salahkan Hugo yang ngide bikin lotis pakek mangga muda yang ada di pohon tempat mereka berteduh.

"Dikit aja Sel, satu gigitan aja pliss." David mengedipkan matanya bak anak kucing minta di pungut agar Ansel luluh.

"Oke fine satu gigitan." Ansel menyodorkan satu potongan kecil mangga muda pada David tak lupa dengan sedikit sambal sangat-sangat sedikit bahkan hampir tak menyentuh sambal.

Dengan girang David memakan mangga yang di terimanya dan Ansel hanya mampu tersenyum melihat David begitu menikmati apa yang dia makan karena dalam beberapa waktu terakhir David benar-benar tak bisa makan sembarangan.

"Enak juga mangga nya manis, beli di mana Sel?" Tanya Axel setelah menelan mangga yang di kunyahnya.

"Anjir El gue penuh effort kupasin buat Dapit tapi malah lo yang makan." Sahut Ansel sembari merebut piring berisi mangga yang tinggal setengah, tentu piring yang mereka pakai hasil dari meminjam ibu kantin yang sudah pro dengan mereka, bahkan bukan hanya piring yang mereka pinjam melainkan cobek beserta ulekannya dan juga pisau.

"Dikit doang Sel pelit amat." Jawab Axel membela diri.

"Dikit pala kau itu, nih tinggal beberapa biji doang, kalo mau tuh kupas sendiri." Ansel menunjuk plastik berisikan mangga yang belum di kupasnya menggunakan pisau membuat Axel sedikit ngeri.

"Buset pengertian banget sama kembaran, dulu aja ga mau ngakuin." Ujar Brian yang menimbrung perdebatan Ansel dan Axel.

Di sisi lain dari mereka ada Deva yang penuh kesabaran dan kesadaran mencegah David yang ingin ikut Hugo mukbang lotis mangga muda, Deva yang berhati malaikat itu terpaksa melempar kaos kakinya pada Hugo yang nekat mukbang di depan David padahal David sudah merengek-rengek ikut makan.

Dua kubu yang berbeda itu akhirnya mengakhiri perdebatan masing-masing saat pak Hartanto guru BK kesayangan mereka berdiri jarak lima meter dengan membawa sapu lidi.

***
Malam harinya Aderfia kembali berkumpul tapi bukan untuk merayakan hari bebas matematika, hanya saja besok tanggal merah dan mereka memutuskan untuk berkumpul, bukan juga di markas melainkan main ke cafe milik Bara, selain Aderfia ada juga Aiden, Gabriel, Bara dan juga Cakra yang memiliki izin khusus dari bara untuk ikut bergabung dengan mereka.

Masih dengan tema yang sama mereka kini tengah menikmati mangga muda yang Hugo dan Axel ambil dari pohon tempat mereka berteduh saat di sekolah tadi, dan mangga matang manis serta mahal yang khusus dari Jepang untuk David, tadi siang Alex baru saja tiba dari Jepang setelah satu minggu mengurus perusahaannya yang berada di Jepang dan membawakan satu kardus berisi enam mangga Miyazaki, mangga dengan warna kulit merah dan rasa yang menggoda itu di pesan khusus Ansel pada papanya untuk David kemarin.

"Nih mangga mirip Aiden ya, Aiden kan muka-muka Jepang gitu." Ujar Brian sembari memegang satu buah mangga yang belum di kupas oleh Bara.

"Eh sih Deva juga tuh muka-muka Jepang." Sahut Ansel, sedangkan dua oknum yang di bicarakan hanya tersenyum masam di pojokan.

Rumah untuk pulang?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang